39. Tunggu Aku Pulang

120 10 7
                                    

"Bagaimana bisa aku menjauh darimu, sedangkan kamu adalah duniaku"

_"Owl-Man"_




•••

"Olan bangun!"

"Nanti, Olan masih capek disuruh latihan mulu dari kemarin!" sahut Orlan tanpa membuka matanya.

•••

"Kemarin siapa yang ngemis-ngemis mau ketemu Ava hm?" tanya Opa Orlan.

Ya, dialah Adison Nugraha. Opa Orlan yang dinyatakan menghilang setelah kematian mendiang istrinya. Bahkan Barta yang memiliki banyak koneksi dan bisa membayar detektif terkenal pun tidak bisa melacak keberadaannya.

"Ava?! Dimana dia Opa? Orlan ingin menemuinya? Apa benar dia masih hidup Opa?" rentetan pertanyaan itu keluar dari bibir Orlan.

Setelah 10 tahun lebih dia menderita, hanya karena tuduhan palsu yang ditujukan untuknya. Selama itu pula Orlan harus menahan segala kesedihan, kehilangan separuh nyawanya, Oma yang menyayanginya serta kasih sayang kedua orangtuanya.

"Huft!" Adison hanya menghela nafasnya. Ia bingung harus menceritakan semua ini darimana.

"Opa jawab!" desak Orlan mengguncang tubuh Opa.

"Dia masih hidup, dia tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pemberani" ungkap Adison.

"Pemberani?" gumam Orlan.

Ingatannya berputar saat ia sedang bermain dengan gadis kecil yang seumuran dengannya.

°°°

"Olan ada bayangan monstel! Ava takut dimakan monstel" teriak gadis kecil itu berlari dan langsung memeluk Orlan.

"Ava, itu cuma bayangan Leo " ucap Orlan menenangkan gadis kecil yang dipanggil Ava itu. Sembari mengusap kepalanya, dan sesekali mengecup kening Ava yang sedang menangis ketakutan.

Leo adalah anak kucing tetangga Orlan yang seringkali mengikuti kedua bocah itu saat sedang bermain

°°°

"Apa dia menjadi gadis yang kuat juga Opa?" tanya Orlan yang dibalas anggukan oleh

"Ya, dia menjadi gadis yang sangat kuat. Bahkan dia tidak pernah merasakan apa itu sakit. Hatinya dingin seperti es batu, dia tidak lagi menjadi anak kecil yang manja. Dia adalah cucu perempuanku, dia memili sifat seperti aku" ucap Adison tersenyum, namun ada setitik air mata yang jatuh. Ia segera menyeka itu, namun Orlan terlanjur melihatnya.

'Dia berubah sejak dia mengenal cinta, Orlan' ucap Adison dalam hati, namun Orlan bisa mendengarnya.

"Siapa laki-laki beruntung itu Opa?" tanya Orlan, seketika membuat Adison terkejut.

"Apa maksudmu? Laki-laki apa?" tanya Adison.

"Ayolah Opa, kau tidak bisa membohongi cucumu ini. Aku lebih pintar daripada apa yang Opa pikirkan. Bahkan suara hatimu pun bisa ku dengar Opa" tutur Orlan sembari mengedipkan matanya.

Bukan terlihat menggemaskan, malah terlihat mengerikan untuk Adison. Hey! Dimana Orlan yang seperti kulkas itu?.

"Maksudmu?" Adison masih tidak paham dengan ucapan Orlan.

"Ck!" decak Orlan, yang langsung mendapat jitakan dari Adison.

"Beraninya kau berdecak di depanku Orlan. Dimana sopan santunmu itu 'huh?"

"Maaf Opa" ucap Orlan memegang telinganya.

"Hm"

"Hihi. Opa ganteng kalau lagi marah" goda Orlan.

"Apa kau juga menjadi tidak normal? Apa kau hanya bermain-main saja dan berpura-pura mentukai gadis nakal itu?" sindir Adison.

"Hey! Opa memata-mataiku? Itu tidak sopan Opa, itu privasi" rajuk Orlan.

Ya, Adison itu orang hebat. Bahkan lebih dari Barta, itulah sebabnya Barta tidak bisa melacak keberadaannya. Walaupun ia berada sangat dekat dengan mereka.
Adison juga mengawasi cucu-cucunya, ia takut terjadi hal buruk yang tidak diinginkan. Bagaimanapun juga, ia menyayangi keluarganya. Ia bahkan terkejut. Saat mengetahui bahwa menantunya dinyatakan terkena gangguan jiwa.

"Diamlah!"

"Baiklah, Opaku tersayang. Mengenai yang tadi, Orlan juga tidak mengetahuinya Opa. Tiba-tiba saja Orlan memiliki kemampuan ini. Orlan bisa mendengar suara hati orang lain, baik ataupun jahat. Terkadang Orlan juga merasa terganggu, apalagi ketika bertemu orang yang berpura-pura tersenyum lalu menjelekkan Orlan," keluh Orlan.

"Kau beruntung Orlan, kau bahkan memiliki kemampuan yang tidak semua orang miliki. Mengenai orang yang menjelekkanmu itu, mungkin memang karena kau jelek," ejek Adison.

"Opaa!"

"Iya-iya! Kau tidak jelek, hanya saja tidak tampan dan sangat aneh," jujur Adison.

"Ternyata kejujuran memang menyakitkan" keluh Orlan yang ingin merebahkan tubuhnya kembali, namun segera ditahan oleh Adison.

"Hey pemalas! Cepat bersihkan tubuhmu dan bersiap untuk latihan beladiri sekarang, sore nanti jadwal kau latihan memanah dan malamnya temui aku di perpustakaan utama. Banyak pelajaran yang harus kau kuasai. Kau memang pintar dikalangan sekolahmu, tetapi kau masih sangat bodoh disini. Persiapkan mental dan pikiranmu. Jika kau butuh bantuan, mintalah bantuan siapapun yang ada disini. Mereka akan membantumu tanpa adanya penghianatan," tegas Adison.

"Opa, apa Orlan boleh menelpon Dero? Orlan akan melakukan semua yang Opa perintahkan setelah itu" tanya Orlan.

"Bilang saja kau ingin memberi kabar pada gadismu itu kan?" goda Adison.

"Tidak Opa, tidak sepenuhnya salah sih. Tapi boleh kan Opa?" tanya Orlan memastikan.

"Hp milikmu ada dilaci itu, segera ganti barang jelek itu dengan yang terbaru. Disana juga banyak kartu yang bisa kau pakai untuk membeli apapun yang kau mau. Jangan seperti orang miskin didepanku" sombong Adison.

"Huft! Untung beneran kaya" gumam Orlan, yang tidak terdengar jelas oleh Adison.

"Apa kau bilang?"

"Ha? Em itu Opa, tidak ada apa-apa" bohong Orlan.

"Baiklah, aku mau bersantai dulu. Jangan ganggu aku kecuali ada hal yang penting" tegas Adison sembari memutar tubuhnya.

"Opa!" panggil Orlan.

"Ada apa lagi?"

"Kapan aku boleh menemui Ava?" tanya Orlan dengan penuh harap.

"Saat kau sudah pantas menemuinya"
'dan saat dia siap menemuimu' lanjut Adison dalam hati, lalu pergi meninggalkan Orlan yang penuh tanya.

"Sebenarnya apa yang mereka sembunyikan dariku?" tanya Orlan, yang tidak akan dijawab oleh siapapun.

Orlan segera bangkit dan mandi dengan tenang. Disini, Orlan bisa hidup dengan normal. Tanpa aturan aneh, hukuman serta mata-mata yang ditugaskan oleh Barta.

Namun, disisi lain Orlan juga rindu semua orang yang selama ini menemaninya. Orlan rindu Dero dengan tingkah konyolnya, Pak Ali dan Bi Muna yang ia anggap sebagai orangtua kedua, bahkan Sera yang belum lama ia kenal.

Ah! Memikirkan nama gadis itu saja membuat Orlan tersenyum tipis. Entah bagaimana kabar gadis itu, apa dia sudah keluar dari Rumah Sakit? Ataukah masih dirawat disana. Apakah Sera merindukan Orlan juga??

Orlan akan segera menghubungi Dero untuk menanyakan kabar gadis itu saat ini. Ia harap Dero bisa menjaga Sera saat dia disini. Semoga saja, dia bisa mengandalkan laki-laki itu. Setidaknya dia bisa memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja sampai Orlan kembali padanya.

"Tunggu gue ya Setan Kecil, gue harap lo selalu baik-baik saja dan bahagia. Walaupun gue jauh disini, gue bakal selalu inget sama lo yang lucu kayak badut. Gue harap lo juga gitu ya. Kalau lo baik-baik aja sampai gue balik, gue janji bak beliin lo es krim, coklat ataupun seblak kesukaan lo itu, tapi itu dianggap utang ya.hihi" kekeh Orlan diakhir kalimatnya.












•••





_TBC_

OWL MANWhere stories live. Discover now