14. Gombal ala Sera

397 51 3
                                    


"Pertama kali aku melihatmu, aku tak ingin menutup mata telalu lama. Terlampau takut untuk tak bisa menyapamu lagi"

_Owl-Man_



°°°

Matahari menyelinap melalui jendela Rumah Sakit, tepatnya di kamar inap Orlan. Semalaman Sera dan Dero menunggu Orlan. Hari ini pun mereka izin tidak masuk sekolah, karena Orlan belum boleh pulang. Orlan sudah mengabari bundanya, sedangkan Dero juga sudah mengabari orangtuanya.

Orlan berhasil melewati operasinya dengan lancar tadi malam. Ternyata, peluru yang ditembakkan orang misterius itu beracun. Racun yang cukup kuat dan cepat menyebar. Untung saja Orlan cepat dibawa ke Rumah Sakit dan cepat ditangani. Jika tidak, mungkin Orlan akan mengalami koma atau bahkan kehilangan nyawanya.

Saat ini ia terbaring dibrankar, ditemani oleh Sera yang duduk dikursi, yang diletakkan samping brankar. sementara Dero bermain game disofa tak jauh dari brankar Orlan berbaring. Orlan sudah siuman, dan sudah merasa membaik. Dokter pun memuji tubuh Orlan yang dengan mudahnya merasa membaik. Padahal, tertembak 2 peluru beracun.

"Lo beneran udah gak papa Or-lan?" Sera bertanya kepada Orlan. Ini untuk pertama kalinya ia mengetahui nama asli Orlan.

"Tau?" tanya Orlan.

"Iya, kan tadi malem Dero teriak nama lo. Gimana sekarang? Udah baikan?" tanya Sera lagi.

"Kalo gak nyaman panggil Orlan, panggil Owl aja," sahut Dero yang sedari tadi melihat Sera tidak terbiasa.

"Bener," Orlan tersenyum, mengusap kepala Sera yang menunduk malu.

Walaupun bar-bar dan terlalu aktif (bukan centil), Sera juga merasa malu. Apalagi, tertangkap basah oleh kedua laki-laki ini.

"Iya deh iya Owl, susah tau nyebut Orlan. Lidah gue suka kesleo," jawab Sera yang sudah mengangkat pandangannya.

Kini ia menatap Orlan, dengan penuh arti. Dero melanjutkan main gamenya, tak ingin melihat keuwwuan yang ia yakini akan terjadi.

"Itu bisa," ucap Orlan.

"Mana ada, gue gak bisa nyebut Orlan tau, bisanya tu Owl," jawab Sera.

"Lah itu?" Orlan masih tak mau kalah, bukannya Sera menyebutkan namanya barusan.

"Itu contoh ih!" kesal Sera.

"Iya deh iya," Orlan lebih baik mengalah, daripada berdebat yang tak akan ada ujungnya.

"Owl! Tadi tante Suster nganterin sarapan buat lo, makan dulu ya biar cepet sembuh," ucap Sera mengambil menu sarapan Orlan pagi ini.

"Apa tuh? Gue gak suka bubur!" tolak Orlan.

"Lo harus makan ini Owl, perut lo gak mungkin gue kasih asupan seblaknya Kang Ujang yang pedes kan. Udah deh makan aja!" omel Sera.

"Tapi gak suka," rengek Orlan.

Sera sedikit terkejut melihat sisi lain dari Orlan. Orlan yang biasanya dingin dan cool, sekarang yang ia lihat adalah sosok Orlan yang manis dan manja. Sera menyukainya, dan Orlan juga nyaman menunjukkan sisi lainnya kepada Sera.

"Terus lo sukanya gue gitu?" canda Sera.

"Kalo iya?" goda Orlan, ia berniat membuat Sera salah tingkah.

"Ya gak papa sih, kan lo yang suka. Gue sih enggak," acuh Sera.

Orlan merasa aneh, tumben sekali gadis dideoannya ini tidak seperti biasanya.

"Kenapa?" tanya Orlan memastikan.

"Karena gue sayang bukan suka. Sayang, yang berproses menjadi cinta," jawab Sera mengedipkan sebelah matanya.

OWL MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang