43. Sedikit demi sedikit

50 9 2
                                    

"Sedikit tidak menerima takdir, bukanlah hal yang fatal 'kan?"
_Orlan_

_Owl-Man_





•••

"Gue mau lo jadi mata-mata buat ngawasin Resha" tutur Orlan dengan senyum penuh arti.

Saat ini mereka berada di kamar Orlan. Ditemani 2 cangkir kopi dan biskuit yang Dero temukan diatas meja ruang tamu.

"Kenapa? Lo suka Resha?" tanya Dero dengan nada yang kurang suka atas perintah Orlan.

"Gue curiga sama dia, lo cukup awasi dia. Bila perlu lo cari tau siapa dia sebenarnya, walaupun gue punya kemungkinan yang sedikit berkaitan dan bisa jadi itu benar" jelas Orlan.

"Apa?"

"Ava" jawab Orlan.

"Maksudnya, Resha ada kaitannya dengan Ava?" Dero semakin penasaran dengan apa yang Orlan rencanakan.

"Lo sahabat gue kan, Der?" tanya Orlan.

Dero mengangguk, belasan tahun hidup bersama, bagaimana bisa Orlan menanyakan hal seperti itu.

"Kalau gitu, lo cukup ikuti rencana yang gue buat. Sebentar lagi Der, sebentar lagi semuanya akan terungkap. Gue gak sabar buat ketemu Mama. Oh, iya! Gimana keadaan Mama?" tanya Orlan. Berhari-hari dia pergi tanpa kabar, tentu ia rindu melihat wajah sang ibunda tercinta. Meskipun ibunya tak lagi menganggap ia sebagai anaknya, atau mungkin lupa dengan Orlan.

"Keadaan Nyonya Mama berangsur membaik, Lan. Kita semua juga bingung, setiap malam, Nyonya selalu mengunci kamarnya. Dia juga gak mau Tuan Papa sampai masuk. Seperti ada yang disembunyikan sama dia. Tetapi, itu membuat kesehatan mentalnya membaik, bahkan obat yang biasanya dia buang, sekarang dia minum dengan teratur" jelas Dero.

"Ada kaitannya" jawab Orlan dengan misterius.

"Dengan dia lagi?" tanya Dero.

"Besok mulai misi, lo ikutin kemanapun Resha pergi. Jangan terkecoh, karna penjagaan Resha sangat ketat" jelas Orlan.

Malam semakin larut, Dero memutuskan untuk menginap dirumah ini bersama Orlan.



***

Sementara itu, orang yang mengikuti motor Orlan menyadari kalau ia sedang dipermainkan.

"Ck! Sial!" Umpat orang itu memukul setir mobil yang ia kendarai.

"Licik juga lo! Gue jadi semakin penasaran sama rencana lo selanjutnya" seringai orang itu, lalu memutar arah mobilnya dan memutuskan untuk pulang

***


Pagi harinya, Orlan melanjutkan penyamarannya yang sempat tertunda, menjadi aksa.
Ia bersiap mengenakan seragam sekolah, sementara Dero sedang memakai sepatunya. Bi Muna dan Pak Ali sudah mendengar berita kepulangan Orlan sejak semalam, karena Dero menghubungi mereka. Mereka sangat senang dan bahagia ketika melihat anak majikannya pulang dengan selamat.
Tak lupa, Pak Ali sudah membersihkan halaman rumah Orlan yang sempat ditumbuhi rumput liar. Sementara BI Muna sudah selesai menyiapkan sarapan untuk mereka.

Mengenai pekerjaan mereka di rumah utama, itu sedang dikerjakan oleh tukang kebun lain dan beberapa pembantu yang bekerja disana. Maka dari itu, Pak Ali dan BI Muna bisa dengan bebas berada disini. Hal itu juga bisa terjadi karena Papa Orlan belum pulang dari luar kota, untuk menjalankan beberapa bisnis disana. Sementara Mama dari Orlan, diurus oleh beberapa suster yang dibayar Papanya.

"Lan, gimana ceritanya Tuan Besar masih hidup?" tanya Dero.

"Lo tau tentang pemalsuan kematian?"

"Tau, gue sering baca tuh di wattpad" jawab Dero.

"Wattpad?" tanya Orlan dengan dahi mengkerut. Baru kali ini ia mendengar nama aplikasi itu.

"Iya, wattpad itu aplikasi sejenis novel online gitu kali ya. Kesukaan ciwi-ciwi zaman now  gitu, karena banyak cogan kayak gue disana," jawab Dero sambil membusungkan dadanya.

"Nah semacam itu, kalau lo mau tau nanti malem dateng ke sini. Gue ceritain sedikit," jelas Orlan.

"Siapp boskuu!" sahut Dero sembari memberikan hormat layaknya upacara bendera.

Mereka pun menuju meja makan minimalis milik Orlan. Disana sudah tertata beberapa makanan yang terlihat sangat enak. Orlan pun segera mendahului Dero untuk memberikan piringnya kepada BI Muna, itu sudah seperti kebiasaan di rumah ini jika makan bersama keluarga Dero. Bi Muna mengambilkan sedikit nasi dan beberapa lauk untuk Orlan. Lalu, ia juga mengambilkan untuk suami dan anaknya.

"Harusnya gue yang duluan diambilin nasi sama Ibu tau!" kesal Dero setelah menerima piring yang berisi nasi dan lauk itu.

"Gue anak kesayangannya, mau apa lo?" tantang Orlan.

"Mau minggat!" sahut Dero dengan asal.

"Sana minggat!" seru ketiga orang yang ada dimeja makan itu.

Itu membuat Dero semakin cemberut. Namun, tidak ada rasa cemburu sedikitpun dihatinya karena Orlan dekat dengan kedua orangtuanya. Baginya, melihat Orlan bahagia, adalah sebuah kebahagiaan juga bagi Dero. Selain sahabat, Orlan juga sudah seperti kakak untuk Dero. Karena kerap kali melindungi Dero, walaupun sedikit dingin, ia tak bisa menyembunyikan rasa sayangnya kepada orang lain. Ya, itulah Orlan.

Mereka melanjutkan makannya, dengan beberapa candaan yang sesekali memenuhi ruangan itu. Hangat, itulah yang Orlan rasakan. Kadang, ia berharap kalau mereka ini adalah Barta dan Lusi, mungkin ia akan sangat bahagia. Namun, hal itu belum juga terjadi.

"Sebentar lagi Ma, Pa" tekad Orlan dalam hati.

Selesai sarapan, mereka bergegas menuju ke sekolah melalui jalan rahasia. Hari ini, Orlan membonceng Dero karena kaki Dero terasa sedikit sakit, padahal tadi malam terlihat biasa saja. Orlan yang sebenarnya malas  pun, terpaksa untuk membonceng Dero. Namun, berbeda dengan Dero yang bahagia karena tidak perlu bersusah payah membawa motor sendirian. Memiliki anak majikan yang mau menjadi supir pribadi, tentu hal yang langka bukan?

"Lan, soal teka-teki yang kayak Dora itu, lo udah pecahin?" tanya Dero yang sangat penasaran. Ia banyak tertinggal informasi tentang Orlan.

"Udah" jawab Orlan dari balik helm nya.

"Apaan emang? Gue penasaran banget, itu sebuah tempat atau apa? Maksudnya apa?" pertanyaan itu terus keluar dari mulut Dero.

Orlan sebenarnya enggan meladeni manusia cerewet ini. Jika boleh, ia akan membuang Dero ditengah jalan agar dipungut oleh orang yang gabut. Itupun kalau ada orang yang ingin memungut beban keluarga ini, pikir Orlan.

"Tempat, gue udah tau dimana dan apa maksudnya. Nanti gue ceritain, sekarang masih ditengah jalan, ini bukan konsumsi publik" jelas Orlan.

Percakapan mereka bisa saja didengar oleh orang lain. Suara motor yang mereka kendarai, membuat mereka harus berbicara sedikit lebih keras, agar bisa didengar satu sama lain.

Dero hanya mengangguk mengerti, meskipun anggukan itu tidak bisa dilihat oeh Orlan. Namun, melihat Dero yang tak lagi bersuara, sudah menjelaskan bahwa laki-laki itu mengerti apa yang dimaksud oleh Orlan. Ia sangat mempercayai Dero, karena ia yakin kalau Dero tidak akan mengkhianatinya. Jika sampai ia tau ada penghianat, Orlan tidak akan pernah mengampuninya. Jangan lupakan, bahwa ia adalah keturunan seorang Barta. Orang yang bahkan tega menganiaya darah dagingnya sendiri. Darah Barta juga mengalir dalam diri Orlan. Meskipun sedikit pendiam, Orlan juga memiliki sedikit kekejaman yang terkubur dalam dirinya, yang akan ia keluarkan suatu saat nanti.

"Pada waktu yang tepat, mereka akan tau akibat dari perbuatan mereka" ucap Orlan dalam hati.










🦉🦉🦉

Sedikit ga nyangka bisa sampai part ini. Huhuuu🤏








_TBC_

OWL MANWhere stories live. Discover now