BAB 44

601 94 4
                                    

Kota Longyang

"Saatnya kita bertindak." Tang Yao sepertinya akan menyerang Kota Huekang dan menuju Desa Tianji. Dia sudah menyiapkan semua monster yang saat ini sudah siap bertempur.

Bukan hanya beberapa desa. Tapi, di setiap desa racun itu mulai menyebar. Ada sekitar delapan desa yang warganya mempunyai ciri-ciri yang sama karena obat yang mereka minum tercampur racun tengkorak.

Balai Baichuan

Semua orang yang berada di Balai Baichuan termasuk ke kaisaran saat ini sangat sibuk mendapatkan kabar yang tidak mennguntungkan. Sekitar 8 desa di 3 wilayah menjadi korban racun tersebut. Semua surat pengaduan masuk ke kaisaran hingga Balai Baichuan. Mereka meminta menyelidiki kasus yang meresahkan mereka.

"Apa yang harus kita lakukan?" Han Fu tampak bingung dengan kondisi saat ini.

"Kita tidak bisa mencegahnya secara bersama, Bi Qiu dan Shi Shui tidak ada di tempat dan hanya ada kita berempat." Tambah Jiang Chun.

"Zi Jin.... kita harus melakukan sesuatu, jika semua warga terdampak racun itu akan terjadi banyak hal yang berbahaya." Mian juga mulai cemas. Tapi, tiba-tiba seseorang datang ke Balai Baichuan bersama Yunfei.

"Kakek?" Wajah Zi Jin sangat lega. Dia tersenyum dan menghampiri kakek To Mu yang saat itu baru saja sampai.

"Terimakasih kakek telah datang." Ujar Zi Jin.

"Aku sudah mendengar tentang tiga wilayah yang terdampak racun itu. Jadi, segeralah mengatur rencana. Untuk obat penawar serahkan padaku. Kalian harus bekerjasama dengan kekaisaran untuk menindak lanjuti masalah ini." Jelas kaka To Mu.

"Baik kakek." Jawab Zi Jin.

"Yunfei. Kembalilah ke Aula Tianji. Bilang pada Nyonya He untuk memperketat perbatasan. Aku mempunyai firasat buruk tentang hal ini." Wajah kakek To Mu terlihat gusar.

"Ada apa, Tuan?"

"Nanti aku akan jelaskan. Cepat kembalilah dan bilang tentang yang aku katakan pada Nyonya He dan Menteri Fang." Tanpa mendengar penjelasan terlebih dahulu, Yunfei segera melaksanakan apa yang kakek To Mu perintahkan.

Kota Huekang

Yang Yunchun dan yang lain telah mendapat kabar dari Kekaisaran tentang tiga wilayah yang terkena dampak monster itu. Dengan terpaksa Yang Yunchun haru kembali dan meninggalkan Shi Shui dan Bi Qiu.

"Aku akan segera kembali setelah menangani masalah ini." Yang Yunchun berpamitan pada Shi Shui dan Bi Qiu.

"Masalah di sini biar kami yang atasi." Ujar Bi Qiu.

"Segera kabari aku jika terjadi sesuatu." Yang Yunchun menerima anggukan dari Shi Shui dan Bi Qiu. Setelah berpamitan Yang Yunchun kembali ke Kerajaan.

Dari dalam kamar yang di tinggali Tang Yuan. Matanya mulai bergerak perlahan. Tabib kota Huekang yang merawatnya terlihat lega saat mata Tang Yuan bergerak. Dia segara memanggil Bi Qiu dan Shi Shui.

Mata Tang Yuan terbuka saat mereka berkumpul di dekatnya.

"Anggota Balai Baichuan? Kenapa aku bisa di sini?"batin Tang Yuan.

"Kau sudah sadar? Bagaimana perasaanmu?" Tanya Tabib yang merawatnya.

"Aku.....aku baik-baik saja." Tang Yuan mencoba duduk, tapi dia tidak bisa. Lukanya cukup parah dan mengharuskan dia istirahat total.

"Jangan banyak bergerak. Kau baru sadar." Bi Qiu duduk di samping Tang Yuan yang terlihat waspada. Dia hampir lupa wajahnya sekarang tidak akan di kenali oleh mereka. Karena selama menjadi Raja Timur dia memakai topeng dan yang tau wajah aslinya hanya Li Xiang Yi.

"Apa yang terjadi? Kenapa aku di sini? Kalian siapa?" Tang Yuan pura-pura tidak mengenal mereka.

"Kami anggota Balai Baichuan yang telah menemukanmu pingsan di perbatasan. Apa yang terjadi padamu?" Bi Qiu mencoba bertanya.

"Aku di serang oleh seseorang." Jawab Tang Yuan.

"Apa maksudmu monster itu?" Shi Shui menebak.

"Benar. Aku ingin menyelamatkan ayahku. Tapi, mereka melukaiku." Jawab Tang Yuan. Bi Qiu dan Shi Shui saling melihat. Mereka merasa pemuda yang mereka temui ini tidak ingin membahas apa yang terjadi.

"Kalau begitu istirahatlah sampai kau sembuh." Tang Yuan berterimakasih pada mereka berdua dan masih melanjutkan kebohonganya.

Gunung Hengduan

Malam itu Xiaobao berada di luar rumah sambil meminum arak, langit sangat terang, bahkan bintang dan bulan saling bercengkrama. Hanya saja beda dengan perasaan Xiaobao. Saat ilusi itu terjadi, kenapa dia harus melihat Shan Gudao yang telah melukainya, benak Xiaobao penuh pertanyaan yang sama.

Di Fei Sheng yang saat itu ingin keluar rumah melihat Xiaobao sendirian. Baru saja dia ingin mengatakan pada Li Lian Hua, orang yang dia maksud sudah berada di belakangnya.

"Kau tidak mau bicara denganya?" Tanya Di Fei Sheng.

"Bagaimana denganmu?" Li Lian Hua malah berbalik tanya.

"Kalau begitu kita lakukan berdua." Li Lian Hua setuju dan mereka berjalan ke arah Xiaobao.

"Kenapa kau belum tidur?" Li Lian Hua duduk di samping Xiaobao sedangkan Di Fei Sheng berada di depanya.

"Apa kakek sudah tidur?" Xiaobao melihat ke arah pintu.

"Sudah." Jawab Li Lian Hua.

"Li Lian Hua, apa kalian tidak curiga pada kakek itu? Bahkan namanya saja kita tidak tau." Xiaobao menurunkan nada suaranya, takut sang kakek mendengar.

"Tenang saja. Kakek itu bukan orang jahat. Beliau tau kita akan datang karena peta dari Tabib Song." Jelas Li Lian Hua.

"Benarkah?" Xiaobao ragu.

"Hmm, Fang Xiaobao. Aku boleh bertanya padamu?" Li Lian Hua memulai pembahasan.

"Aku tau, kalian akan bertanya tentang tadi pagi. Aku melihat Shan Gudao dan dia melukaiku dengan menusukkan pisau pada tubuhku." Tanpa panjang lebar Xiaobao sudah tau apa yang akan mereka tanyakan. Setelah mendengar Xiaobao mereka diam. Lalu Li Lian Hua menepuk bahu Xiaobao.

"Itu hanya mimpi. Kau tidak perlu memikirkanya."

"Aku tau."

"Dan waktu tidak akan berputar kembali. Shan Gudao telah mati. Dan kau melihatnya sendiri." Di Fei Sheng memperjelas.

"Ketua Di...." Li Lian Hua tampak tidak terima.

"Aku juga tau itu. Kalian tidak perlu cemas. Aku baik-baik saja. Benar kata Ketua Di, Shan Gudao adalah pengkhianat yang telah mati. Aku tidak perlu memikirkanya lagi." Xiaobao tersenyum pada mereka.

"Seorang pria sejati memang harus seperti itu." Di Fei Sheng mengangkat botol arak yang dia bawa dan bermaksud bersulang dengan Xiaobao. Malam ini mereka terlihat rukun dengan senang hati Xiaobao membalas botol arak dari Di Fei Sheng dan mereka malam itu minum bersama.

Saat suasana tenang dan cuaca yang mendukung, tiba-tiba dari dalam rumah ada suara yang membuat mereka terkejut. Saat mereka akan mendekat, ada beberapa orang yang menyekap kakek itu dengan menaruh pisau di lehernya. Mereka berbaju serba hitam dengan tutup wajah yang hanya di perlihatkan mata mereka saja.

"Serahkan peta Tabib Song!" Saran orang yang menyekap kakek Itu.

"Siapa kalian?" Tanya Di Fei Sheng.

"Bukan urusan kalian! Cepat serahkan!" Tiga orang itu masih terus meminta peta yang di bawa Li Lian Hua. Sang kakek memberi tanda agar peta itu mereka berikan. Dan dengan muda Li Lian Hua menyerahkan peta itu.

"Ini yang kalian mau?" Li Lian Hua melemparnya ke tanah dan mereka segera mengambil lalu memeriksa apakah peta itu asli.

"Ini peta asli. Ayo kita pergi!" Mereka langsung pergi meninggalkan rumah itu.

"Kakek tidak apa-apa?" Tanya Xiaobao mendekati Kakek itu.

"Tabib Song harusnya anda melawan mereka. Aku rasa anda cukup pintar bela diri hingga kaki anda terluka." Kalimat Li Lian Hua membuat Di Fei Sheng dan Xiaobao terkejut.

"Tabib Song?"

To be continue.....

(FF) Mysterious Lotus Casebook : Li Lian Hua - END Where stories live. Discover now