54. Rencana

Mulai dari awal
                                    

"Baiklah, tetapi kau tidak boleh jauh dariku. Dan jangan pernah hilang dari pengawasan kami. Aku akan membawa orang-orangku untuk mengawal kita," jelas Adison.

"Baik, Pa" jawab Lusi.

"Apa kau bisa menggunakan pistol?" tanya Adison.

"Tentu, aku pernah diajak berburu oleh Barta. Jadi, aku telah terlatih menggunakan benda itu, walaupun belum terlalu mahir untuk mengenai sasaran," jelasnya.

Adison pun memberikan Lusi sebuah pistol untuk berjaga-jaga, serta melindungi dirinya. Takut jika terjadi hal yang tak diinginkan.

"Mobil sudah Opa siapkan, ayo berangkat!" ajak Adison yang bangkit dari tempat duduknya.

"Aku ingin menggunakan motor kesayanku!" ucap Resha.

"Ava!" tegur Lusi.

"Ayolah Opa, aku akan lebih cepat jika menggunakan motorku. Aku ahli dalam mengendarainya, aku pastikan kalau aku tidak akan terluka jika mengendarainya," bujuk Resha.

Ia sudah menyiapkan mobil anti peluru untuk mereka semua. Sedangkan cucunya yang keras kepala itu, tetap dengan pendiriannya.

"Baiklah, tapi Dero akan bersamamu!" ucap Adison yang tak ingin dibantah.

"Ta-"

Belum sempat Resha berbicara, Adison lebih dulu memotongnya, "iya atau tidak sama sekali."

"Baiklah!" pasrah Resha.

Sementara Dero, ada rasa senang dihatinya. Namun ia juga merasa takut jika itu dapat membahayakan nyawa Resha.

'Gimana kalau Echa terluka,' ucap Dero dalam hati.

Hal itu menarik perhatian Orlan, karena dia bisa mendengar apa yang Dero khawatirkan.

"Gue percaya, lobisa jaga Ava!" ucap Orlan menepuk bahu Dero, untuk meyakinkan pemuda itu.

Dero pun mengangguk, walaupun masih ada rasa ragu dihatinya.

"Orlan akan mengendarai motor Orlan sendiri. Jadi, Opa dan Mama saja yang naik mobil," ucap Orlan pada mereka.

"Ah! Terserah kalian sajalah, Opa pusing!" kesal Adison, "ayo Lusi!" lanjutnya.

"Baik, Pa!" jawab Lusi.

Sedangkan Lusi, pun mengikuti mertuanya. Karena disini, ia hanya boleh menuruti perintah mertianya, jika ingin ikut dengan mereka.

"Dero! Ayo naik!" perintah Resha yang tiba-tiba datang dengan motornya.

"Cha! Kamu cantik dan keren banget, tapi tutup aja jaketnya, dingin!" tegur Dero dengan penuh hati-hati karena takut Resha salah paham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cha! Kamu cantik dan keren banget, tapi tutup aja jaketnya, dingin!" tegur Dero dengan penuh hati-hati karena takut Resha salah paham.

Sebenarnya, bukan hanya karena dingin. Namun, Dero tidak ingin jika banyak pasang mata yang nantinya akan memperhatikan Resha dengan pakaian itu.
Dero juga tak lagi menggunakan embel-embel 'Beb' saat memanggil Resha, terlebih saat berada di depan keluarga Resha. Ia menghormati mereka, karena keluarga Dero bekerja pada mereka.

"Hm baiklah!" sahut Resha.

"Gue aja yang bawa ya?" pinta Dero.

"Ga! Ayo naik, dan lo pegang 1 pistol gue. Takut kalau ada yang nyerang tiba-tiba. Kalau gue cape, baru kita gantian bawa motor ini!" ucap Resha tak terbantahkan.

Dero hanya mengangguk menuruti perempuan yang ia sayangi itu.

Orlan mendahului mereka, mengejar mobil Adison. Karena, hanya Lusi yang bisa melacak keberadaan mereka saat ini.
Sementara, pengawal mereka mengikuti dari belakang. Semua pengawal Adison mengendarai motor yang sama, semua motor mereka adalah pemberian dari Adison, sebagai hadiah kesetiaan mereka pada Adison.

Mereka mengendarai motor dengan kecepatan diatas rata-rata, namun tidak terlalu cepat, karena mengimbangi mobil Adison.

"Gue ga pernah izinin orang lain naik motor gue, lo beruntung karena dengan mudah bisa naik motor gue malam ini," gumam Resha saat diatas motor, yang masih didengar Dero.

"Hah? Apa Cha?" tanya Dero yang berpura-pura tidak mendengarnya.

"Fokus, musuh bisa aja muncul dengan tiba-tiba!" ucap Resha sedikit keras, sebenernya itu hanya untuk mengalihkan pembacaraan mereka.

Sedangkan di depan, Orlan masih fokus dijalanan. Bahkan ia mematikan handphone miliknya, karena takut jika tiba-tiba Sera menghubunginya. Sementara ia tak tau harus menjelaskan darimana. Jika semua telah selesai, mungkin ia akan menjelaskan semuanya pada Sera.

"Aku janji sayang, akan pulang dengan selamat. Sekalipun Tuhan mengambil nyawaku, setidaknya itu karena aku telah berbakti pada ayahku, dan ingin melindungi keluargaku," gumam Orlan yang tidak bisa didengar oleh siapapun.

Mobil Adison masih melaju, belum ada tanda-tanda akan berhenti. Padahal, mereka sudah sangat jauh dari rumah Adison.

20 menit kemudian, mobil Adison mulai melambat pada suatu tempat. Tempat yang sepi karena masuk ke tempat yang bisa disebut mirip seperti hutan, bahkan hanya ada satu rumah yang berdiri ditempat itu. Rumah yang bisa dibilang sangat mewah, dan besar. Hal itu terlihat dari pagar rumah itu yang menjulang tinggi.

Mereka berhenti sedikit jauh dari rumah itu. Orlan dan yang lain pun mulai mendekati dan masuk ke mobil Adison. Sementara, pengawal mereka berhenti dibelakangnya, menunggu perintah dari Tuannya.

Tempat mereka parkir tertutup dengan pepohonan besar, sehingga tidak akan terlihat oleh para penjaga rumah itu.

"Disana?" tanya Resha.

"Ya, menurut jejaknya, memang ini tempat penyekapan itu," jawab Lusi.

"Opa tau rumah ini milik siapa?" tanya Orlan.

"Nanti saja, sekarang kita susun rencana. Bagaimana bisa menyelinap masuk kesana, sedangkan penjagaannya sedikit ketat," ucap Adison.

"Habisi saja mereka!" usul Resha.

"Ide yang tidak terlalu buruk, tapi bagaimana jika jumlah mereka lebih banyak?" tanya Adison mempertimbangkan keputusan itu.

"Resiko!" jawab Resha dengan enteng.

"Bagaimana kalau kita bagi tugas?" usul Orlan.

"Maksudnya?" tanya Dero.

"Kita bagi tugas, ada yang memancing perhatian mereka, ada yang menyelinap masuk lewat pintu belakang," jawab Orlan.

"Gue, Dero dan beberapa anak buah Opa akan memancing mereka," usul Resha.

"Tidak sayang, itu berbahaya!" ucap Lusi yang tidak setuju.

"Tenang Nyonya, saya akan menjaga Resha dengan baik. Nyonya, Tuan Besar dan Orlan silahkan mencari pintu masuk lain untuk menyelinap saat kami berurusan dengan mereka," ucap Dero.

"Gue percayain Resha sama lo, jaga dia baik-baik," tegas Orlan.

Semuanya setuju dengan ide itu, mereka pun mulai keluar dari mobil dan membagi pasukan mereka. Sementara, Resha mengirim pesan pada orang kepercayaannya, untuk mengirim pasukan susulan. Untuk berjaga-jaga jika mereka memerlukan itu.

"Lo bisa beladiri kan?" tanya Resha pada Dero.

"Tentu, gue cuma ga mau pamer sama siapapun," jawab Dero, Resha mengangguk mengerti.

"Ayo!" ucap Resha dan Dero secara bersamaan.

Sementara Orlan, Adison, Lusi dan sebagian pasukan yang lain, memutari rumah itu untuk mencari jalan masuk agar bisa menyelinap.












🦉🦉🦉

Huh, akhirnya bisa update lagi🙌





_TBC_

OWL MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang