Chapter 61

79 8 0
                                    


Gulf memperhatikan Ryan yang makan dengan cukup rakus sembari berbicara. Jangan tanya Ryan tengah membicarakan apa, karena Gulf sendiri tidak mengerti apa yang dikatakannya. Apa ia selalu makan seperti ini?
"Bisakah kau jaga sikapmu? Makanlah perlahan tidak akan ada yang merebut makananmu" Ryan terhenti matanya berkaca-kaca menatapnya dan hal itu membuat Gulf merasa jijik. Apa lagi sekarang?
"Tidak ada orang yang mengkhawatirkanku seperti ini. Aku sangat bersyukur" Gulf kehabisan kata-kata. Apa dia beranggapan aku mengkhawatirkannya?
"Tapi tenang saja. Makanan manusia selalu tidak membuatku kenyang. Aku bahkan bisa memakan makanan satu kereta penuh" Apa itu sesuatu yang harus dibanggakan?
"Terserah. Habiskan makananmu, aku harus segera kembali bekerja" Ryan meliriknya. Gulf tampak tak tertarik sedikit pun padanya. Tapi ia yakin, banyak pertanyaan dibenaknya saat ini. Ryan segera menelan makanannya.
"Jika ada yang ingin kau tanyakan. Tanyakan saja" Gulf meliriknya.
"Jangan sungkan. Aku tidak akan memusuhi sesamaku" Gulf sedikit ragu. Ia pernah menanyakan hal ini pada Apo, tapi tidak ada jawaban pasti. Karena bagi Apo semua vampir sama, meskipun itu hanya setengah vampir. Namun Apo selalu mengatakan untuk berhati-hati.
"Apa kau benar-benar diasingkan di tempatmu?"
"Eum. Karena aku sudah bosan tinggal sendiri, jadi aku datang kesini. Aku berharap bisa berteman denganmu"
"Apa kau tidak memiliki niatan lain? Katakan saja apa maumu" Ryan menyimpan sendok kuenya dan menatap Gulf. Entah kenapa Gulf merasakan tatapan yang sedikit berbeda darinya.
"Kau terlalu waspada padaku. Tidak hanya diasingkan, mereka juga memperlakukanku dengan kejam. Aku hanya menginginkan hidup yang damai. Tapi karena memiliki darah seperti ini, aku tidak bisa"
"Kenapa kau tidak pergi dari dulu?"
"Aku pernah melakukannya, tapi hal itu tetap tidak membuatnya lebih baik. Tapi syukurlah, disini sangat damai. Apalagi aku bisa bersama dengan seseorang yang sama sepertiku" Ryan meraih tangan Gulf yang langsung ditepisnya.
"Ah, kau masih tetap bersikap dingin. Tapi tak apa. Aku menyukainya" Ryan mengedipkan matanya sebelah untuk menggoda Gulf. Ia tahu, akan jadi seperti ini. Gulf tak tahan, terlalu menjijikkan untuknya. Bahkan pertanyaan-pertanyaan yang ia miliki pun tak sampai keluar. Ia pun berdiri.
"Kukatakan ini terakhir kalinya! Jaga sikapmu! Atau aku akan mengusirmu dari sini" Gulf segera pergi. Ryan hanya menatapnya dengan senyuman. Baginya sangat menyenangkan membuat Gulf kesal, terlihat sangat manis.

Gulf terdiam, serius mendengarkan laporan dari Nodt. Ia tidak menyangka sudah ada persiapan dari kerajaan Ratanaporn. Tapi tentu saja ia tidak terlalu mengkhawatirkan hal itu. Ia akan sangat siap untuk menghadapi mereka jika mereka tiba-tiba menyerang.
"Bright, kumpulkan pasukan khusus dan tempatkan mereka di perbatasan selatan" Bright mengangguk dan langsung pamit pergi.
"Yang mulia, saya juga bertemu tuan Mew" Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa mendengar kabar Mew. Ia sangat merindukannya sekarang, jika tidak mengingat konflik yang sedang terjadi sekarang, mungkin ia akan segera menemuinya.
"Oh benarkah?"
"Apa dia benar-benar kekasih anda yang mulia?" Gulf menatap Nodt. Ia penasaran apa yang dikatakan Mew padanya, hingga jenderal Nodt menanyakan hal ini.
"Ya itu benar. Apa yang kalian bicarakan?" Mendengar pernyataan langsung dari rajanya masih membuatnya terkejut.
"Tidak banyak. Kami tidak sengaja bertemu"
"Apa yang sedang dia lakukan?"
"Saya rasa dia sedang menyelidiki tentang sebuah asap yang menyebar"
"Asap?"
"Ya, dia mengatakan jika asap itu mengendalikan mimpi semua orang. Saya tidak tahu mimpi apa itu"
"Lalu, bagaimana denganmu?"
"Aku tidak tahu tentang asap itu"
"Kau masih menyimpan batu itu?" Nodt teringat dengan sebuah batu yang diberikan rajanya sebelum pergi. Ia pun mengeluarkannya. Sebuah batu yang ia ambil dari klan Nattawin sebagai jimat pelindung. Gulf pikir, mungkin Nodt tidak terpengaruh karena ia menyimpan batu ini. Gulf menggenggam erat batu itu dan sebuah kilasan terlihat olehnya. Asap putih yang menyebar namun hanya melewati Nodt yang sedang tidur. Ia penasaran asap apa itu.
"Baiklah. Sebaiknya, kau simpan ini. Kau sudah bekerja keras. Kau bisa kembali sekarang" Gulf tidak bisa menahan tawanya, ia berasumsi mungkin kerajaan Ratanaporn sedang tidak baik-baik saja sekarang. Ia memalingkan pandangannya keluar jendela dan saat itu juga tawanya menghilang melihat seseorang yang sedang berada di atas pohon menatapnya. Apa yang dia lakukan? Dia menguping pembicaraanku?

Ryan tersenyum melambaikan tangannya, dan ia pun melompat menuju jendela ruangan Gulf yang terbuka.
"Aku tidak pernah melihatmu tertawa seperti itu. Ada apa? Apa ada hal baik?" Gulf sedikit malas untuk menjawabnya. Ia yakin Ryan tahu apa yang dibicarakannya tadi.
"Hmm.. Kau tidak menjawab lagi. Tapi sering-seringlah tertawa. Kau terlihat sangat cantik saat tertawa" Gulf menatapnya tajam bersiap untuk menghajarnya.
"Hahaha baiklah baiklah, lupakan. Aku tidak bermaksud menguping, tapi aku rasa aku tahu tentang asap yang kau bahas itu"
"Benarkah? Asap apa itu?"
"Aku akan memberitahumu, tapi bagaimana jika sebagai balasannya, kau berkencan denganku?"
"Apa?!"
"Hanya sekali saja. Kau tahu, tak banyak yang tahu tentang asap putih itu" Gulf sudah memiliki Mew sebagai kekasihnya, mana mungkin ia berkencan dengan pria lain.
"Kencan seperti apa?"
"Seperti orang-orang, aku ingin berkeliling kota denganmu, makan bersama, mengobrol bersama, menghabiskan waktu seharian bersamaku" Gulf berpikir tidak terlalu aneh dengan permintaannya.
"Baiklah. Jadi beritahu aku sekarang" Ryan mengepalkan tangannya senang.
"Aku akan memberitahumu nanti. Jika sekarang, mungkin kau tidak akan memenuhi janjimu" Gulf kembali mengabaikannya.
"Jangan marah dan bersabar untuk menunggu. Sebenarnya aku kesini karena seseorang sepertinya sedang mengawasimu"
"Aku tahu. Banyak yang mengawasiku"
"Benarkah? Tampaknya dia cukup kuat. Seorang pemburu?"
"Pemburu?"
"Ya, tapi dia kembali lagi. Kukira dia akan melenyapkan vampir-vampir yang berjaga disini" Gulf terdiam. Ia penasaran pemburu mana yang mengawasinya. Jika dipikirkan sudah sangat lama sejak ia bertemu dengan Mile.
"Bright!" Gulf memanggil Bright yang langsung masuk ke dalam ruangannya. Ia cukup terkejut melihat Ryan yang ada didalam. Padahal ia daritadi berjaga di depan pintu.
"Apa Win sudah kembali?"
"Apa?! Ah.. Tuan Win, aku dengar dia akan kembali besok"
"Benarkah?"
"Siapa Win?" Tanya Ryan penasaran.
"Kenapa kau ada disini? Bagaimana kau masuk?" Tanya Bright. Ia tidak suka dengan keberadaan Ryan. Namun ia juga tidak bisa mengusirnya, karena rajanya membiarkan vampir itu tinggal.
"Lewat sana?" Ryan menunjuk jendela yang terbuka. Bright menatap kesal. Bagaimana bisa dia begitu tak sopan pada rajanya.
"Bright. Aku akan menjemput Win besok"
"Apa?! Tapi besok bukannya akan ada pertemuan dengan para petinggi?"
"Batalkan itu. Ganti dengan hari yang lain" Bright tidak bisa menolaknya dan ia pun memberinya hormat.
"Gulf siapa Win? Kau akan kemana besok? Bisakah aku ikut?" Gulf melirik Ryan dengan wajah yang begitu berharap. Sebuah ide muncul di kepalanya.
"Tentu kau boleh ikut" Ucap Gulf sebelum ia berjalan keluar.
"Benarkah?!"  "Apa?! Yang mulia!" Gulf tak menghiraukan keduanya dan segera pergi menuju kamarnya.

Mile kembali dari tempat berlatih para pemburu. Ia duduk di sofa ruangannya. Hingga tak lama kemudian Khom datang ke ruangannya.
"Phi, yang mulia Gulf datang" Mile membeku, untuk apa Gulf datang? Apa ada hal mendesak? Atau dia sudah tahu tujuanku? Tidak! Itu tidak mungkin.
"Phi?!" Panggilan Khom kembali menyadarkannya.
"Oh ya aku akan segera kesana"

Mile melihat Gulf yang tengah bicara dengan Win, ia pun menghampirinya.
"Gulf. Sudah cukup lama kau tidak datang kesini"
"Ya, aku dengar hari ini Win akan kembali. Jadi aku ingin menjemputnya"
"Yang mulia, seharusnya anda tidak melakukan hal ini"
"Kenapa? Kau sebuah kebanggaan dari kerajaan karena kau sudah menjadi pemburu sekarang. Lagipula aku juga ingin menyapa p'Mile, aku harap kau baik-baik saja phi"
"Tentu saja. Bagaimana denganmu?"
"Aku juga baik. Oh ya, Bright kau bisa pergi mengantar Win kembali"
"Apa?! Bagaimana denganmu?"
"Ryan akan menemaniku" Ryan yang sedari tadi diam akhirnya tersenyum senang dan mendekati Gulf. Ia merangkul bahu Gulf yang langsung ditepisnya. Memunculkan kecurigaan dimata Mile yang melihatnya.
"Aku akan menjaganya dengan baik"
"Tapi- yang mulia-"
"Bright, aku yakin sekarang tuan Pan sedang menunggu kepulangan anaknya. Cepatlah pergi. Win segera naik, kau bisa menaiki kudaku" Win sedikit ragu, bagaimana bisa ia menaiki kuda yang biasanya dipakai oleh rajanya itu. Namun entah bagaimana, ia merasa suasanya sedang tidak baik. Tanpa protes, Win segera naik ke atas kuda di ikuti Bright. Fokus Gulf kembali pada Mile dan ia tersenyum padanya.

Sejak tadi, Mile terus memperhatikan tingkah Ryan yang menurutnya terlalu bersikap santai pada Gulf.
"Gulf, aku baru melihatnya. Siapa?" Tanpa menunggu jawaban Gulf, Ryan terlebih dulu mengulurkan tangannya pada Mile dengan senyum ramahnya.
"Aku Ryan. Setengah vampir, sama seperti Gulf"
"Apa?! Benarkah?!" Mile melirik Gulf meminta penjelasannya.
"Ya, itu benar phi. Dia tiba-tiba datang entah darimana dan kini dia tinggal bersamaku" Mile hanya menatap keduanya.

KING GULF 2Where stories live. Discover now