Chapter 56

90 11 0
                                    

Jangan lupa vote yah 😏

Boat sedikit merinding setelah memasuki kawasan gunung mati itu. Ia terus berusaha untuk selalu berdekatan dengan Mew hingga ia merasa risih dengan kelakuan Boat.
"Boat apa kau bisa menjaga jarakmu?"
"Phi apa kau tidak merasakannya? Disini seperti tempat yang berhantu. Bagaimana jika aku menghilang tanpa kau sadari?" Mew tak menyangka dengan apa yang dikatakan Boat. Badan besarnya kini ketakutan karena makhluk seperti hantu? Padahal dia seorang pemburu vampir. Mew menjauhinya.
"Tidak ada hantu oke! Tugas kita mencari tahu tentang orang-orang yang hilang"
"Tapi sejak tadi aku tidak merasakan keberadaan vampir satu pun" Mew meliriknya. Ia pun tidak merasakannya sedikit pun.
"Apa informasi yang kita terima salah?"
"Sebaiknya kita berpencar untuk mencari tahu"
"Apa?!! Tidak!! Phi-" Boat begitu panik, ia tidak ingin sampai ditinggal sendiri. Baginya, hantu tak bisa dilawan, berbeda halnya dengan vampir yang bisa ia lawan. Bagaimana jika ia bertemu hantu dalam pencariannya nanti?
"Boat!! Jika kau tidak ingin membantu, sebaiknya kau kembali dan katakan pada p'Mile kau tidak bisa melakukan tugasmu karena takut dengan hantu" Boat menekuk wajahnya, tentu saja ia tidak bisa mengatakan hal itu. Akhirnya keduanya memutuskan untuk berpisah menyisir pegunungan ini.

Gulf sampai di kediaman Amphol dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah Bright yang tampak sudah dekat dengan Amphol. Ia penasaran apa yang telah terjadi saat dirinya pergi.
"Sepertinya hubungan kalian membaik" Keduanya terkejut Gulf kembali dengan cepat dan mereka pun memberi hormat.
"Yang mulia, kau sudah kembali. Syukurlah"
"Hm. Kau tidak menjawabku. Tapi tak apa. Ini, aku sudah membawanya" Gulf memberi sebuah kotak pada Amphol dan tanpa membuang waktu, ia pun bergegas untuk segera memperbaiki pedang Gulf.
"Pho, ada yang bisa aku bantu?" Gulf memperhatikannya, Bright adalah pengawalnya, bukankah harusnya Bright lebih mengurus dirinya lebih dulu? Lihatlah, dia melupakanku!
"Tidak. Layani yang mulia. Aku bisa mengerjakannya sendiri"
"Berapa hari kau bisa menyelesaikannya?"
"Aku rasa tiga hari yang mulia" Gulf hanya mengangguk mengerti.
"Yang mulia. Ayo masuk, sebaiknya kau istirahat"
"Tidak. Aku akan beristirahat di istana. Tiga hari lagi aku akan datang kesini. Kau jaga pedangku"
"Apa?! Baiklah, tapi aku akan mengawalmu ke istana"
"Tidak perlu. Kau tetap disini. Aku pergi" Detik itu juga Gulf menghilang dari pandangan Bright. Ia melirik ayahnya. Setelah tiga hari aku akan membawanya ke rumahku.

Gulf terdiam menatap istananya. Sejak kapan istananya dijaga ketat oleh vampir seperti ini? Apa selama ia pergi vampir menguasai istananya? Pikiran konyol, itu tidak mungkin. Tak lama kemudian, seorang vampir yang ia kenal muncul.
"Yang mulia! Kau sudah datang?" Pete terkejut melihat Gulf sudah kembali.
"Pete?! Kenapa kau ada disini?"
"Ah tuan Apo yang mengirimku dan semua yang berjaga juga semua dari klan kami" Gulf memang meminta bantuan Apo untuk meminjam vampir-vampirnya, tapi tak sebanyak ini juga. Ia bisa melihat wajah pucat beberapa prajuritnya yang ikut berjaga.
"Hah... Dia berlebihan. Kau atur vampir-vampir itu jangan terlalu ketat seperti ini. Aku tidak suka melihatnya. Daripada membuatnya berkumpul disini, kau sebaiknya sebar di semua wilayah kerajaanku. Tugaskan mereka untuk melindungi rakyatku" Ucap Gulf melewati Pete yang terdiam. Ia tidak mengerti, bukankan lebih banyak orang yang berjaga akan lebih baik?

Gulf melemparkan dirinya di atas kasur yang sudah cukup lama tidak ia tempati. Ia lelah setelah beberapa hari tidak tidur. Ia juga terpikirkan Mew. Bagaimana kondisinya sekarang? Apa dia sudah sampai? Aku merindukannya. Tak membutuhkan waktu lama, matanya pun terpejam.

Mata Gulf terbuka karena suara ketukan pintu kamarnya. Ia melirik keluar jendela yang sudah kembali terang.
"Masuk!" Tak butuh waktu lama seorang pelayan masuk dengan sedikit panik.
"Yang mulia, terjadi keributan di kota. Para pedagang dan vampir saling beradu mulut" Apa hal itu adalah sesuatu yang begitu mendesak? Hingga seorang raja harus mengurusnya sendiri? Ia masih ingin bermalas-malasan di kamarnya.
"Dimana Pete?"
"Tuan Pete sudah pergi ke kota tadi"
"Baiklah aku akan bersiap. Tolong siapkan kuda" Pelayan itu membungkuk sebelum pergi. Gulf masih terdiam, walaupun malas, ia penasaran apa yang dilakukan mereka.

Suasana di pasar kota begitu ribut. Mereka terus berselisih, untuk alasan para vampir yang dengan seenaknya mengambil beberapa hewan ternak dagangan mereka. Pete berusaha menengahi, namun kelompok vampir yang bersilisih bukanlah anak buahnya sehingga mereka tidak mempedulikan perkataan Pete. Padahal Pete sudah menyelesaikannya dengan cara membayar para pedagang dan juga meminta maaf, tapi keesokan harinya hal itu kembali terulang.
"Kau hanya rakyat kecil. Sudah ku katakan, aku pengawal dari istana. Kalian harusnya berterima kasih. Lagipula aku tidak menghabiskan semua daganganmu!"
"Dasar makhluk menjijikkan!"
"Apa kau bilang?!!" Vampir itu menarik kuat pakaian pedagang itu.
"Hey! Boun! Hentikan! Kau tidak boleh menyakiti manusia!" Pete mencoba untuk memisahkannya, namun hanya tatapan tajam yang ia dapatkan dari Boun.

Jleb!

Sebuah pisau menancap di tangan Boun. Ia semakin tersulut emosi dan berbalik melihat orang yang berani menyerangnya. Seketika ia terdiam melihat Gulf yang menatapnya tajam.
"Yang mulia!" Semua orang berlutut memberi hormat.
"Kau menyakiti rakyatku?"
"Tidak yang mulia, saya... Saya hanya ingin sedikit menghukumnya. Dia berkata vampir adalah makhluk menjijikkan. Itu sebuah penghinaan untuk anda juga yang mulia!" Gulf tak bergeming menatapnya.
"Dia mengatakannya hanya untukmu!" Ucap Gulf penuh penekanan di setiap katanya.
"Pete! Bagaimana kau mengatur orangmu?! Jika mereka hanya bisa menyakiti rakyatku, sebaiknya mereka di kembalikan. Aku tidak membutuhkannya!"
"Yang mulia maafkan saya. Saya akan mengembalikannya ke klan"
"Tidak! Yang mulia! Maafkan saya, jangan kembalikan saya. Saya akan bekerja keras disini. Salahku karena mengganggu makhluk lemah" Gulf mendekatinya.
"Apa kau bosan hidup?! Sampai kapan kau membuatku kesal? Makhluk lemah? Kau bilang rakyatku makhluk lemah" Boun begitu panik. Tubuhnya bergetar karena Gulf terus memberikan tekanan padanya, hingga kakinya tak bisa menahan tubuhnya yang membuatnya kini berlutut.
"Maafkan saya yang mulia"
"Minta maaf padanya bukan padaku!" Boun meliriknya, ia sedikit malas, tapi dibanding jika dikembalikan ke klan, berada disini menjalankan tugasnya akan lebih baik.

Walaupun sedikit ragu, Boun membungkuk meminta maaf pada pedagang itu.
"Pete, aku berikan dia tugas untuk membantu pedagang itu. Kukira kau bisa menyelesaikan hal sepele ini" Pete menunduk terdiam. Gulf menaiki kudanya untuk kembali ke istana.
"Uhuuk!!" Pete mengeluarkan darah dari mulutnya karena tekanan yang diberikan Gulf.

Boat mengeratkan jaketnya untuk menghangatkan tubuhnya. Udara di malam hari benar-benar membuatnya kedinginan, dan kini saat pagi pun udaranya terasa menusuk. Ia melirik Mew yang tampak baik-baik saja. Mew tampak bersiap-siap memasukan beberapa keperluannya ke dalam tas.
"Phi kau mau kemana?"
"Aku akan pergi ke pasar untuk membeli makanan. Kau berjaga disini"
"Apa?! Phi! Kau mau meninggalkanku?"
"Boat! Kenapa kau jadi penakut? Hari sudah menjadi lebih terang sekarang. Jangan jadi pengecut. Aku pergi" Boat masih terngiang suara-suara aneh yang terdengar di sekitar hutan saat tengah menyusuri pegunungan.

Mew berjalan di tengah pasar yang sangat ramai, ia akan membeli makanan yang sudah jadi. Karena akan memakan waktu jika ia memasak. Ia pun menghampiri sebuah kedai. Sembari menunggu, ia melihat sekitar hingga matanya menangkap seseorang dengan pakaian tertutup bersembunyi. Gerak geriknya begitu mencurigakan, namun Mew mengabaikannya. Itu tidak akan menjadi urusannya. Ia terlalu sibuk untuk segera menyisir kembali pegunungan setelah ini.

Mew dalam perjalanan kembali namun seseorang menabraknya hingga ia hampir terjatuh. Orang mencurigakan tadi?
"Hey apa yang kau lakukan?!" Orang itu terkejut melihat Mew, ia mengenalnya. Tapi bagaimana bisa orang itu ada disini?

Orang itu berusaha untuk kabur. Beruntung Mew menahannya dengan menarik tudung jaket yang dipakai orang itu. Namun Mew masih belum melihat wajahnya karena ia juga menutupnya dengan sebuah masker.
"Kau langsung kabur setelah menabrak orang? Apa kau tidak punya sopan santun?" Orang itu berusaha melepaskan diri, tapi cengkraman Mew sangat kuat.

KING GULF 2Where stories live. Discover now