Chapter 60

86 11 3
                                    


Mew berlarian kesana kesini mencari keberadaan Boat. Ia pun berhenti untuk mengatur nafasnya. Tidak mungkin mereka menangkapnya? Jika seperti itu, aku harus pergi kemana?
"Phi?!" Sebuah suara terdengar dari belakangnya membuatnya langsung menoleh.
"Boat! Kau baik-baik saja? Hah... Ku kira mereka menangkapmu"
"Aku lebih dulu pergi dari tempat itu sebelum mereka menemukanku"
"Syukurlah. Tapi bagaimana kau tahu mereka mencarimu?"
"Aku tidak sengaja melihat mereka saat ingin mengambil air. Mereka pemburu lainnya?"
"Hm. Dan orang yang memimpin mereka, aku rasa dia dekat dengan p'Mile"
"Apa?! Bukankah kita harus menemui mereka?"
"Tidak! Tidak sekarang. Kita belum tahu mereka akan menjadi teman atau musuh untuk kita. Banyak hal yang mencurigakan dengan p'Mile kau juga tahu bukan"
"Kalau begitu, kita harus gimana sekarang?" Mew pun mengajak Boat pergi.

Gulf di sibukan dengan pekerjaannya. Ia hampir tidak tidur dengan baik. Beruntung dia seorang vampir, jika manusia biasa mungkin Gulf sudah sakit-sakitan. Pintu ruangannya terbuka menampilkan Bright yang masuk ke dalam dengan membawa nampan.
"Yang mulia minumlah dulu"
"Ya. Kau beristirahatlah, ini sudah larut malam"
"Aku baik-baik saja. Aku akan menemanimu sebentar" Gulf meliriknya yang duduk dengan membawa sebuah buku di tangannya.
"Yang mulia, apa tuan Mew belum kembali?"
"Aku rasa begitu"
"Kau tidak merindukannya?" Bright sedikit menggoda rajanya itu. Gulf terdiam. Jika dipikirkan, kepergian Mew sedikit memakan waktu. Apa ada yang terjadi dengannya?
"Yang mulia?"
"Bright, apa belum ada kabar dari jenderal Nodt?"
"Belum. Haruskah aku mengirim seseorang kesana?"
"Tidak. Kita tunggu beberapa hari lagi" Gulf tahu, banyak vampir di kerajaan itu. Ia tidak akan mengambil resiko untuk mengirim orang. Apa ia harus pergi kesana?

Gulf selesai menutup bukunya dan ia pun beranjak untuk segera ke kamarnya. Walaupun seorang vampir, ia juga masih harus beristirahat. Sebentar lagi matahari terbit, ia akan tidur sebentar sebelum kembali bekerja.

Gulf berjalan melewati lorong istana, namun tak lama kemudian langkahnya terhenti.
"Mau sampai kapan kau mengikutiku?" Ucap Gulf tanpa meliriknya. Seseorang turun dari atas yang kini ada dibelakang Gulf.
"Ah... Bagaimana kau bisa tahu aku mengikutimu?" Gulf berbalik dan seorang pria yang tak ia kenal kini dihadapannya.
"Siapa kau?"
"Maafkan aku menyelinap kesini. Kau tahu? aku sudah sangat lama ingin bertemu denganmu" Gulf yakin tidak pernah bertemu dengan orang itu. Gulf sedikit tidak nyaman berada dekat dengannya. Ia tidak bisa menebak ia seorang manusia, vampir atau pemburu. Seseorang yang tidak bisa ia rasakan. Baru pertama kali ia menemui orang seperti ini. Gulf pun membawanya ke ruangan kerjanya.

"Jadi, siapa kau?" Orang itu langsung membungkuk memberi Gulf hormat. Gulf hanya memperhatikannya.
"Aku Ryan"
"Aku tidak menanyakan namamu" Ryan tertawa. Melihat kepribadian Gulf dari dekat membuatnya senang.
"Aku manusia" Ryan menjawab dengan tawanya membuat Gulf tak percaya dengan ucapannya.
"Hahaha aku tidak menyangka kau sangat manis dilihat dari dekat seperti ini. Baiklah aku seorang vampir. Kau tidak bisa merasakanku?" Gulf menatapnya curiga. Ia tidak yakin orang di depannya ini adalah seorang vampir.
"Untuk apa kau ingin menemuiku?" Bukannya menjawab, Gulf memberinya pertanyaan kembali. Ia memang penasaran dengan hal itu. Tapi melihat perilaku Ryan, membuatnya lelah.
"Wah.. Kau sangat dingin. Tapi itu menjadi sangat menarik"
"Jika kau hanya ingin beromong kosong, sebaiknya kau pergi dari sini"
"Baiklah baiklah. Aku vampir yang berasal dari daerah Barat, setelah aku mendengar tentangmu aku segera bergegas datang kesini. Bukankah kau setengah vampir? Ternyata kita sama"
"Apa?! Kau juga setengah vampir?"
"Eum! Menarik bukan?!" Ucap Ryan antusias mendekati Gulf. Gulf sedikit mundur, semua yang di ucapkan Ryan seperti hanya omong kosong baginya.
"Kau mungkin tidak tahu, tapi di tempatku banyak yang menentang keberadaan kita. Kita dianggap sebagai pengkhianat, entah itu dari sisi manusia ataupun vampir. Jadi saat aku mendengar tentangmu. Aku sangat terkejut. Kau diterima oleh semua orang. Lihatlah, kau bahkan seorang raja"
"Lalu, setelah kau bertemu denganku, apa yang kau inginkan?"
"Aku hanya ingin berteman denganmu. Hanya itu" Gulf meliriknya curiga. Tidak mungkin tujuannya hanya itu.
"Aku tidak bisa. Sebaiknya kau kembali" Gulf berbalik untuk segera pergi namun dengan cepat Ryan menahannya.
"Tunggu. Bagaimana dengan kekasihmu itu? Aku dengar dia seorang pemburu. Saat itu aku melihatmu bersamanya di tengah hutan. Kau ingat saat kau mengejarku?"
"Itu kau?!"
"Ya, aku tidak sengaja melihatmu saat itu. Tapi kulihat kau bersama seorang pemburu. Jadi aku kabur" Saat itu dia berpikir seorang pemburu yang mengawasinya. Tapi jika dipikirkan saat itu terlalu cepat sampai ia tidak bisa mengejarnya.
"Bagaimana kau bisa akrab dengan semua orang? Aku benar-benar penasaran. Apa karena kau seorang raja?" Gulf meliriknya. Ia cukup penasaran dengan Ryan, ia harus tahu vampir seperti apa Ryan. Jika di biarkan berkeliaran, mungkin Ryan akan menyakiti orang-orangnya.
"Kita bicarakan lagi nanti. Aku siapkan kamar untukmu, kau bisa beristirahat. Pelayan akan mengatarmu"
"Benarkah? Terima kasih. Sudah ku kira kau orang baik" Ryan memeluknya yang langsung Gulf dorong sebelum tubuh keduanya benar-benar menempel.
"Jaga sikapmu!"
"Haha maaf. Aku terlalu senang" Gulf pergi dengan kesal dan Ryan masih dengan senyuman ramahnya yang bertahan sampai Gulf menghilang dari pandangannya.

Mew menghampiri Boat yang tengah membereskan rumah yang ditinggalkan Nodt. Ia harus mengirim Boat kembali, terlalu bahaya berada disini untuknya.
"Boat, sebaiknya kau kembali ke mansion. Laporkan tidak ada apapun di gunung mati dan laporan yang datang merupakan laporan palsu"
"Apa?! Bagaimana denganmu phi?"
"Masih ada yang harus aku selidiki. Tapi jangan sampai p'Mile tahu. Katakan aku membantu Gulf untuk kerajaannya" Boat menatap Mew. Ia mengerti dengan tindakannya. Ia pun mengangguk mengerti.
"Baiklah. Jaga dirimu phi jangan sampai terluka dan cepatlah kembali"
"Aku tahu, kau juga. Jika kau bertemu dengan Gulf, katakan jangan mengkhawatirkanku aku akan segera kembali dan sampaikan maafku untuknya, karena tidak bisa kembali lebih cepat" Boat terdiam mendengar Mew mengatakan hal itu. Namun, ia mengerti bagaimana perasaan Mew sekarang.
"Akan aku katakan nanti. Kalau begitu, aku akan bersiap" Mew hanya memperhatikannya.
"Boat, tentang mimpimu... Apa kau memimpikannya lagi?"
"Tidak. Hanya hari itu saja"
"Benarkah? Tidak ada rasa sakit atau apapun?"
"Tidak phi. Aku baik-baik saja sekarang" Mew mengangguk. Ia masih tidak tahu tujuan asap itu disebarkan dan orang yang ia dengar saat itu belum ia temukan.

Disinilah dia sekarang. Rumah seorang vampir yang pernah ditolongnya.
"Eoh? Tuan pemburu, kau disini. Masuklah"
"Panggil aku Mew saja"
"Ah baik tuan Mew" Mew memasuki rumah Prim. Ia cukup terkejut melihat beberapa lilin aroma terapi menyala di berbagai sudut.
"Maaf tuan Mew. Aku hanya tidak ingin kau mencium bau darah disini" Sementara Prim menyiapkan teh untuk di sajikan, Mew duduk di sofa ruang tamu itu. Ia sebenarnya tidak terganggu sama sekali.
"Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu melakukan hal ini" Mew mengambil cangkir teh di depannya. Meminumnya perlahan. "Ini enak. Kau pandai membuat teh" Wajah Prim memerah. Baru pertama kali ia mendengar seseorang memujinya tentang teh buatannya.
"Aku masih belajar membuatnya. Syukurlah jika kau menyukainya"
"Jangan merendah. Teh ini hampir sama dengan teh buatan seorang ahli. Tapi darimana kau mendapatkan darah?"
"Aku berburu binatang liar. Tidak mungkin aku menghisap manusia"
"Kenapa tidak?"
"Kami para vampir pekerja disini sudah diberi tanda. Tanda itu akan membunuh kami jika sampai kami menyerang manusia"
"Tanda apa maksudmu?" Prim sedikit ragu, tapi Mew terus menatapnya menunggu jawaban darinya. Tak lama kemudian Prim berbalik menyingkap kaosnya untuk segera melepaskannya. Mew tentu saja terkejut. Sebuah tanda yang pernah ia lihat terukir di punggung Prim. Tanda bergambar kelelawar yang tertusuk pedang. Mew mengulurkan tangannya untuk menyentuh tanda itu.
"Tanda apa ini?"
"Itu tanda para pemburu. Kau tidak tahu tentang ini? Sepertinya kau berasal dari daerah lain" Prim kembali memakai pakaiannya. Melirik Mew yang terdiam tak meresponnya.
"Rasanya aku muak diperlakukan seperti budak oleh mereka. Ada sebuah berita yang mengatakan jika seorang raja dari kerajaan Kanawut adalah seorang vampir. Itu rasanya sulit dipercaya. Tapi, jika bisa aku ingin pergi kesana. Mungkin perlakuan disana lebih baik daripada disini" Mew meliriknya. Seburuk apa mereka diperlakukan disini?
"Kau tahu dimana tempat mereka?" Prim menggelengkan kepalanya.
"Tapi ada yang mengatakan jika hanya ada satu jalan menuju tempat itu dan hanya keluarga kerajaan yang bisa melewatinya" Mew beranjak dari kursinya.
"Baiklah terimakasih informasinya. Tapi bisa kau rahasiakan  tentang aku?"
"Tentu. Kau sudah menolongku" Mew pun segera pergi dari tempat itu.

Beberapa hari ini Ryan tidak bisa menemui Gulf karena banyak kegiatan yang Gulf lakukan di luar istana. Sedangkan ia seperti tahanan berada di dalam istana. Ryan melihat Gulf yang baru memasuki istana. Dengan cepat ia segera keluar dari kamarnya.

Gulf turun dari kudanya. Ia segera berjalan menuju istana.
"Yang mulia, aku dengar jenderal Nodt sudah datang. Tapi dia masih berada di kamp sekarang"
"Dia sudah datang? Benarkah?"
"Ya, dia akan menemuimu nanti"
"Baiklah. Aku ingin istirahat dulu-"
"Gulf!" Gulf melirik orang yang memanggilnya. Sudah berapa hari ia tidak menemuinya? Lebih tepatnya ia menghindarinya. Ia tidak terlalu suka dengan sikapnya yang berusaha terus menempel disekitarnya.
"Yang mulia haruskah...?" Bright melirik rajanya itu. Ia yakin jika keberadaan Ryan sangat mengganggunya. Gulf membiarkan Bright dan yang lainnya untuk kembali.
"Aku sudah lama menunggumu. Bagaimana dengan sekarang? Kau masih sibuk?" Gulf hanya meliriknya sebelum ia berjalan melewatinya. Ryan tak menyerah dan mengekorinya di belakang.
"Gulf, ayolah. Bagaimana jika kita bersantai? Sembari membicarakan beberapa hal?" Telinganya terasa lelah mendengar Ryan yang terus memohon padanya. Hingga akhirnya ia berakhir di sebuah gazebo taman istana. Sesuai keinginan Ryan, keduanya ditemani dengan beberapa camilan dan teh hangat.

KING GULF 2Where stories live. Discover now