20. Makan Malam Bersama

263 58 40
                                    

Juna jadi pemenang lomba bulutangkis RT 05. Sungguh prestasi yang di luar logika mengingat seperti apa keseharian manusia bertulang presto satu ini. Kalau di luar hari kuliah biasanya dia dipaksa-paksa oleh Bu Yuni untuk membantu kegiatan di warung agar---setidaknya---Juna punya kegiatan. Tidak seharian goleran di depan televisi guna menonton serial kartun kembar berkepala botak sambil makan.

Biar aku kasih tahu. Dalam sehari, Juna biasanya makan tiga sampai empat kali. Pagi sebelum kelas pagi, siang setelah pulang, sore ketika lapar, dan makan malam. Kalau iseng mendatangi rumah Juna menjelang tengah malam juga aku sering memergokinya sedang makan indomie telur. Camilan di kamarnya sangat banyak. Sepertinya karena Bu Yuni dan Pak Agung sama-sama mendukung hobi makan anak mereka.

Tapi, Juna juga sering dimarahi gara-gara makan terus. "Ini kripik pisang di toples siapa yang ngabisin? Arjuna? Ya Allah, Nak, itu kripik banyak banget loh. Satu toples penuh gini. Gak sakit rahangmu itu ngunyah terus hah?"

Lalu Juna hanya cengar-cengir tak merasa bersalah. Jangan heran! Sama seperti Mas Bian yang suka olahraga angkat-angkat benda berat di pagi hari, Juna juga sering mendatangi tempat gym untuk pembentukan otot-otot sampai lenganya sebesar itu. Gibran pernah cerita. Aku sih iya-iya saja karena tidak mengerti tempat gym seperti apa bentuknya. Tapi sepertinya mahal ya?

Oke, balik lagi dengan kemenangan Juna pada perlombaan hari ini. Untuk merayakannya seluruh warga RT 05 diundang untuk makan-makan di warung malam harinya. Bu Asti, Bu Fani, dan segenap ibu-ibu lain yang bisa memasak langsung ikut terjun ke dapur warung untuk membantu acara masak besar yang dirancang dadakan.

"Hadiahnya gak mau lu jual murah aja, Jun? Motor N-Max lu kan masih baru tuh, gak mungkin dong lu ujug-ujug pakai Sekupi? Gue bayarin deh." Raden yang meski bukan warga komplek situ ikut diajak makan-makan oleh Bu Yuni sangking seringnya cowok cina itu mendatangi tempat mereka. Sebetulnya karena Bening tinggal di sana, sih, tapi mungkin karena kebetulan rumah sahabatnya juga ada di sana, Raden jadi jarang pulang ke rumahnya sendiri. Bu Yuni jadi merasa punya dua anak bujang sekaligus. Tiga kalau ditambah Jamal.

Aku sibuk makan tulang ayam besar yang sengaja dijatuhkan Gibran untukku. Tapi tenang saja, kupingku masih berfungsi sangat baik untuk mendengarkan suara-suara mereka yang ramai.

"Gak. Orang motornya mau buat Cantik."

Gibran keselek lagi.

Kali ini Stevi dengan sigap mendorong minumannya untuk Gibran karena mereka duduk berhadap-hadapan. "Aduh, Bang, hati-hati dong makannya." Suara lembut gadis itu terdengar sedikit khawatir.

Gibran pasti lagi mengintimidasi Juna dan adiknya dengan tatapan yang sok galak. Sampai melupakan perasaannya sendiri terhadap Stevi yang tadi memberinya minum. Stevi loh, Bran, Stevi.

"Dalam rangka apa lo ngasih-ngasih motor?" tanya Gibran sedikit tak suka.

"Ya gak dalam rangka apa-apa. Buat hadiah aja karena Cantik mau berjuang sama gue sampai akhir, sekaligus permintaan maaf gue juga udah bikin Cantik cidera dikit kakinya," balas Juna kalem.

Jadi, sebelum pertandingan final antara Juna melawan Mas Bian, Tim Juna dan Cantik gagal menjadi pemenang tiket dufan karena kaki Cantik sedikit terkilir waktu perlombaan. Membuat performa mereka turun dan Tim Mas Bian serta Mbak Tari dengan mudah menumbangkan mereka.

"Minta maaf mah kasih aja jeruk setengah kilo atau bawain martabak manis toping keju dua bungkus. Gak perlu kasih-kasih motor Sekupi baru."

Gibran melahap lagi nasi ayam serundengnya dengan nikmat, tidak peduli kalau dia sedang jadi sorotan Stevi, Cantik, Mbak Tari, Mas Bian, Raden, dan Juna yang ada dalam satu meja bersamanya.

Si MengTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon