23. Kucing Hilang

263 51 19
                                    

Siang itu, saat aku mengelilingi komplek SM seperti biasanya, anak laki-laki Pak Bondan yang masih SD sedang menangis di depan gerbang rumahnya sambil menunduk. Terisak-isak sedih, kasihan sekali.

Kenapa ya?

Apa dia patah hati juga seperti Gibran karena tidak bisa bersatu dengan pujaan hatinya? Tapi, dia kan masih SD. Masa sih anak kecil sudah punya pacar. Dalam kamus bahasa manusia kan anak kecil dilarang berpacaran. Apa dia baru dimarahi oleh Pak Bondan karena nakal? Tapi kenapa menangisnya di depan rumah siang-siang seperti ini? Apa dia diusir?

Aku mendekat ingin tahu. Tak jauh dari tubuh anak itu, ada sebuah mangkuk berisi makanan kucing yang masih utuh seperti baru diisi ulang. "Meong," sapaku pelan.

Sejujurnya aku tidak begitu dekat dengan Pak Bondan dan keluarganya, tetapi karena penasaran, mau tidak mau aku harus memberanikan diri sekaligus menurunkan gengsi untuk menyapa lebih dulu.

Jordan---nama anak itu---melihat kedatanganku di sana. Dia mengangkat kepalanya dari lipatan tangan yang tertumpu di atas dengkul. "Meeeng, huhuuu ... hiks!"

Bukan berhenti, Jordan justru semakin kencang menangis begitu melihatku. Putra kesayangan Pak Bondan ini dengan sesenggukan mengangkat mangkuk makanan, lalu menggesernya ke hadapanku.

Wah, dapat makanan enak nih.

Tanpa pikir panjang aku hendak memakan makanan itu, tetapi baru mencium aromanya sedikit, tangan kurus Jordan sudah lebih dulu menariknya mundur sambil terus menangis. "Aaa ... huks, jangan dimakaaan. Hiks ... ini buat Joaaa!"

Aku melangkah mundur. Kalau bukan buatku kenapa menariknya kehadapanku tadi? Kan aku jadi kepedean dulu, kupikir makanannya untuk aku.

"Meeeng, Joa hilang, hiks. Aku sedih banget, huhuuu."

Waduh, Joa itu siapa ya?

"Joa belum makan, aku udah ambilin makanannya tapi Joanya gak adaaa, hiks." Anak laki-laki itu mengelap air matanya menggunakan lengan kaus lalu menarik sebuah benda persegi bergambar kartun bintang merah muda berkolor hijau. "Ini Joa," katanya menunjukkan foto seekor kucing yang kira-kira seumuran dengan Luna.

Kalian ingat ada kucing bernama Moly yang dulu diusir oleh majikannya gara-gara dihamili Oyen? Rupanya kucing itu dibiarkan tinggal di rumah Pak Bondan sampai ia melahirkan anak-anaknya. Moly kabur dari rumah beberapa hari setelah melahirkan---tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang, apa dia masih hidup atau tidak. Anak-anaknya meninggal satu persatu, tersisa satu saja yang selamat karena berhasil dirawat oleh keluarga Pak Bondan. Rupanya anak itu diberi nama Joa.

"Kamu bisa bantu carikan gak? Aku takut dia matiii huhuuu."

"Kalau dia gak tahu jalan pulang gimanaaa?"

"Nanti dia diculik orang jahaaat, huaaa!"

Tangisan Jordan semakin kencang. Aku jadi ikut bingung. Abang-abang tukang es cendol yang kebetulan lewat juga ikut bingung sepertinya. "Ya udah deh, nanti aku coba carikan," kataku pada akhirnya.

Meski masih sesenggukan parah, tetapi tangisan Jordan sudah tak seberisik sebelumnya. "Kasihan, nanti Joa kelaperan."

"Iya, iya. Aku coba carikan dulu ya, Jordan." Aku mengusapkan kepalaku ke kaki anak itu. Merasa bersimpati.

Tak lama kemudian, Pak Bondan keluar dari rumah dengan kondisi tidak pakai baju. Hanya memakai celana pendek seperti biasanya Mas Bian waktu kepanasan di dalam rumah. "Jordan, udak, Nak. Masuk dulu sini. Nanti juga pulang kucingnya."

"Gak mau!"

"Kalo gak mau masuk nanti kamu yang diculik orang jahat loh," kata bapak-bapak itu, menakut-nakuti.

Si MengWhere stories live. Discover now