MWiM 38

159 6 0
                                    

"Sayang, kamu beneran gak butuh bantuan aku buat ngerjain skripsi kamu?" tanya Angga.

Ini sudah lima hari Ara fokus kepada laptop dan file-file yang ada diatas meja. Angga selalu menawarkan dirinya sendiri, namun Ara selalu menolak dengan tegas dengan alasan yang sama, dia masih mampu untuk menyelesaikan skripsinya ini.

Hari selalu berganti dan minggu mulai berganti. Angga telah diperbolehkan pulang oleh dokter dengan syarat dia akan melakukan check up untuk beberapa bulan kedepan terhadap luka jahitannya.

Dan keesokan harinya adalah sempro Ara. Dia semakin terburu-buru untuk mengerjakan skripsi nya. Ia juga tak lupa untuk mengawasi suaminya yang baru pulang dari rumah sakit.

Angga merasa kasihan melihat istrinya. Dia telah menyewa beberapa asisten rumah tangga untuk meringankan bebannya. Ara merasa bersyukur bahwa suaminya sangat peka akan dirinya.

Oh btw, ponsel dan juga tas Ara telah dikembalikan. Dia juga telah menghubungi dospemnya. Dan untungnya untuk saat ini masih berjalan dengan lancar, dia berharap semoga kedepannya tetap lancar seperti jalan tol.

***

Keesokan paginya

"Sayang, aku berangkat dulu ya," pamit Ara.

"Iya sayang, hati-hati. Semoga sempronya di lancarkan ya."

"Aamiin."

"Oh iya, jangan lupa, nanti datang ya," ingat Ara.

"Iya sayang."

Ara berangkat dengan mobil dan berangkat ke kampus. Setelah sampai, ia langsung memasuki ruang yang telah dijanjikan serta mempersiapkan segalanya. Dimulai dari infocus, menata meja, meletakkan makanan, dan sebagai mana anak-anak yang akan melakukan sidang pada umumnya.

Dosen-dosen mulai memasuki ruangan. Ada 3 orang dosen yang memasuki ruangan itu, yang pertama adalah dosen pembimbingnya, yang kedua adalah dosen pengampu mata kuliah, dan yang terakhir mungkin dia adalah dosen pengujinya.

Ara memulai dengan berdoa didalam hati dan mulai mempersentasikan power point yang telah ia buat dan menjelaskan apa-apa saja yang ada didalamnya.

Selang beberapa menit, Ara keluar dari ruangan yang ditunggui oleh kedua sahabatnya dengan wajah yang tersenyum bahagia.

Mereka berpelukan bersama seperti teletubbies dan berputar-putar mengutarakan kebahagiaan yang tak terhingga.

Fara dan Farel memberikan buket untuk keberhasilan Ara atas sempronya. Mereka keluar dan melihat bahwa Angga telah berdiri di lapangan dengan memegang sebuah buket bunga yang begitu besar.

Ara berlari dan memeluk Angga dengan sangat erat. Dia juga memberikan kebahagiaan melalui pelukannya kepada Angga.

Angga memberikan buket itu dan mendekatkan dirinya pada Ara, sembari membisikkan kata-kata yang romantis.

"Sayang, istrinya Angga, bidadari Angga. Kamu hebat, terima kasih karena sudah bertahan selama ini," ucapan Angga itu diakhiri dengan kecupan di pipi Ara.

Ara seperti tak terkejut lagi dengan kejutan yang diberikan Angga. Ia memberikan senyuman terbaik, kemudian kembali memeluk Angga dengan erat.

"Eii, ayolah. Jangan lupakan kami yang ada disini," sindir Fara yang berjalan mendekati mereka.

Mereka berfoto bersama dan mengambil kenangan, walaupun masih banyak kenangan lain kedepannya.

***

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Ara selesai sidang skripsi dan ia dinyatakan lulus dengan nilai terbaik. Dan ia adalah mahasiswi yang lulus lebih cepat diantara seluruh mahasiswa lainnya.

Akhir bulan desember ia akan wisuda dan lulus dari kampus. Semuanya mereka jalani dari hari ke hari. Ara menunggu kedua bestie nya dan akan wisuda bersama-sama.

Rumah tangga Ara dan Angga sangat baik-baik saja. Yang tidak baik hanya satu, hubungan suaminya dengan kakeknya.

"Sayang, apa...kamu gak ingin...berbaikan dengan kakek?" tanya Ara penuh kehati-hatian.

"Tidak perlu."

Jawaban tegas Angga membuat nyali Ara ciut seketika. Dia tak berani untuk bertanya lagi.

Ara dan Angga kembali ke kamar mereka dan bersiap untuk tidur. Ara keluar dari kamar mandi dengan sehelai handuk yang menutupi area yang seharusnya. Angga meneguk ludahnya kasar. Ia berdiri dari ranjang dan mendekati Ara.

Ia mulai menyentuh Ara dengan lembut. Memegang pundak halus itu dan menciuminya dengan kelembutan, menghirup aroma sang istri yang baru saja selesai mandi. Aroma itu benar-benar memabukkan Angga, ia ingin menerkam Ara saat itu juga, namun ia takut jika itu dapat membuat Ara takut akan dirinya.

Ia memutar tubuh Ara menghadap dirinya, memperhatikan wajah cantik yang sedang menunduk malu itu. Angga mengapit dagu Ara dan menengadahkan keatas, menatap dirinya. Ara terpaksa membuka matanya dan menatap mata yang sedang memperhatikan dirinya.

Mata itu dipenuhi dengan kabut napsu yang sayu, membuat tubuh Ara meremang seketika.

Angga meminta izin kepada Ara, "bolehkah?"

Ara mengangguk memberikan jawaban. Angga tersenyum bahagia, ia menuntun sang istri untuk duduk diatas ranjang. Pergi keluar meninggalkan Ara yang sedang kebingungan.

Ia kembali dengan segelas susu dan menyentuh ubun-ubun Ara sembari membaca do'a. Setelah itu ia menyerahkan susu itu dan meminta sang istri untuk meminumnya.

Angga mematikan lampu dan melakukan ritual suami istri pada umumnya. Tidak perlu dijelaskan secara rinci, karena hanya mereka dan Allah saja yang tau apa yang mereka kerjakan.

***

"Selamat pagi sayang," sapa Angga ketika melihat mata Ara yang telah terbuka dari tidurnya.

Mereka mengulang tidur sehabis subuh dan baru saja bangun jam 9 pagi. Rasanya tubuh Ara sangat-sangat sakit pagi ini. Bayangkan saja ia digempur habis-habisan oleh sang suami.

Tetapi ia memaklumi hal itu, sebenarnya ia telah berdosa selama ini karena tak memberikan kewajiban pada suaminya. Namun apalah daya dirinya dahulu.

Ara duduk dan menyandarkan dirinya di ranjang.

'ugh, seberapa besar sih stamina mas suami? Sampai encok semua nih badan dibuatnya'

Ara memukul mukul pinggangnya yang terasa begitu pegal. Hal itu disadari oleh Angga dan mengambil alih memijit punggung sang istri.

"Berbaringlah, biar aku yang memijitnya."

Ara hanya menurutinya saja, kapan lagi dia akan mendapatkan tukang pijit gratis.

Pijitan yang lembut itu membuat Ara terlena dan memejamkan matanya kembali tetapi tidak untuk tidur.

"Sayang, bagaimana kalau kita honeymoon ke luar negri? Swiss sepertinya bagus," ucap Angga.

Ara melihat kearah Angga penuh minat setelah mendengar kata Swiss. Swiss adalah negara impiannya. Dia sangat ingin berlibur kesana, hanya waktu saja yang tak memperbolehkannya.

"Yang benar mas?" tanya Ara memastikan.

"Iya sayang. Atau kalau perlu kita berangkatnya langsung besok?"

"Hah? Ihh gak usah bercanda."

"Tapi semua itu kan butuh persiapan," sambung Ara.

"Gak usah mempersiapkan apapun, kita tinggal beli disana. Cukup bawa badan dan pakaian yang ada di badan," jawab Angga dengan santainya.

Ara langsung menggeplak bahu Angga kesal. Bisa-bisanya suaminya itu mengatakan semuanya dengan sepele begitu.

"Aku tau kamu kaya, ya. Tapi gak gini juga. Kamu itu harus hemat, sedikit-sedikit beli, apa-apa beli. Kita akan berangkat minggu depan. Kamu beli tiketnya, aku akan mempersiapkan kopernya. Kamu mengerti?" ucap Ara tegas.

"Ok bu bos."

To be continue

My Wife is Mine ✔Where stories live. Discover now