MWiM 25

169 5 0
                                    

19.00 pm

"Mmm, sebenarnya ada acara apa di rumah utama?," tanya Ara yang penasaran dari awal.

"Katanya tidak mau tau", goda Angga melirik sebentar istrinya.

"Ya sudah kalau gak mau", Ara melipat kedua tangannya dan menghadap ke kaca mobil.

"Pfftt, tidak usah marah begitu. Aku hanya bercanda, hari ini adalah ulang tahun pernikahan mama dan juga papa", ucap Angga masih fokus menyetir.

"Hah? Kenapa tidak bilang dari awal sih? Kalau tau begini kan, aku bisa pilih hadiah yang lebih bagus", cemberut Ara.

"Aku cuma beli tas untuk mama dan jas untuk papa", lanjutnya kembali murung.

"Tidak apa-apa sayang", Angga menggenggam tangan istrinya erat seraya mengusapnya dengan lembut.

"Tapi...".

"Percayalah, kedatangan mu saja sudah membuat mereka berdua bahagia", ucap Angga menenangkan Ara.

"Mmm, baiklah".

***

Mereka telah memasuki pekarangan mansion utama. Tempat tinggal Angga dari kecil sampai dewasa.

Rumah tampak ramai, mungkin orang tua mereka juga mengundang rekan kerja dan beberapa kerabat jauh. Ara melihat sekeliling dan menemukan keberadaan orang yang ia cari.

"Sayang, aku akan ke sana ya", tunjuk Ara pada keberadaan orang tua nya.

"Sekalian saja, aku juga ingin menyapa mereka", Angga menggandeng tangan istrinya dan berjalan menuju orang tua Ara.

"Ayah, bunda", sapa Ara riang.

"Wah, lihat siapa ini?," goda bundanya pada Ara.

"Ihh, bunda, pasti setiap kali ketemu begini", gerutunya kesal.

Elmira, nama bunda Ara. Elmira memeluk erat putrinya dan mengecup puncak kepalanya dengan sayang.

"Jangan marah-marah, maafin bunda ya", Elmira tertawa pelan.

Angga menjabat tangan ayah Ara dan bertanya kabar walaupun sekedar basa basi saja. Ara dan Angga pamit pergi untuk menemui orang tua Angga.

"Ma, pa, happy anniversary", Ara mengucapkan selamat kepada orang tua Angga.

"Ahh, menantu kesayangan mama", Gita membawa Ara ke dalam pelukannya dan mengecup pipi gadis itu dengan gemas.

Angga terlihat cemburu, ia langsung menarik lengan istrinya dari pelukan sang mama dan memberikan tatapan tajam pada mama nya.

"Apa? Kamu mau marah? Kamu mau mama pecat jadi anak hah?," kesal Gita melihat kelakuan putra kurang ajarnya itu. Bisa-bisanya dia mengambil Ara dari pelukannya.

"Mama kan sudah punya papa, Ara ini adalah milikku. Peluk saja punya mama", ucapnya dengan Ara yang berada di pelukannya.

"Dasar anak nakal", Gita menjewer telinga putra nya dengan geram.

"Sudahlah sayang, jangan menggoda nya lagi", lerai Darma, papa Angga.

"Kamu dan putramu sama saja", gerutu Gita kesal.

"Ayo Ra, mama akan memperkenalkan kamu dengan rekan kerja papa", Gita langsung menarik tangan menantunya dan pergi meninggalkan Angga yang masih belum mengeluarkan protesnya.

"Sudahlah, nak. Biarkan mama mu memonopoli Ara untuk malam ini saja. Mungkin mama mu sudah jengah dengan keberadaan lelaki kutub di rumah nya", tegur Darma menepuk pundak putranya pelan.

"Papa sadar diri juga ternyata", ujar Angga acuh tak acuh.

"Apa? Kamu ini benar-benar ya", Darma kesal pada Angga, ingin menjewer telinganya, takut di marahi sang istri, jadi dia hanya mengusap dadanya sabar.

"Oh iya pa, tadi kami bertemu dengan mertua ku. Apa papa sudah bertemu dengan mereka?," tanya Angga.

"Benarkah? Kami tidak melihat mereka dari tadi. Ayo, ajak papa kesana", ujar Darma.

Angga mengangguk dan berjalan lebih dulu untuk memandu papanya menuju ke arah mertuanya.

Tapi, mereka lebih dulu dicegat oleh ayah nya papa, dan itu adalah kakeknya Angga, yang bernama Jaya Kusuma.

"Selamat ulang tahun pernikahan putraku", sapanya dengan memeluk Darma.

"Ya, terima kasih yah", Darma membalas pelukan itu.

"Dan perkenalkan gadis yang di samping ayah ini, dia adalah Tasya, calon menantu kamu", ucapnya memperkenalkan Tasya pada Darma.

Angga dan Darma menatap tak suka pada kakek tua di depannya ini. Angga menatap tajam pada kakek dan juga Tasya.

"Apa maksud ayah?," Darma mencoba menyelesaikan masalah setenang mungkin, dia tidak ingin acara yang berharga bagi istrinya ini rusak hanya gara-gara kelakuan ayahnya.

"Kamu tidak dengar? Dia adalah calon menantumu, calon istri Angga. Ayah sudah membicarakan hal ini dengan orang tua Tasya. Dan kebetulan mereka juga hadir disini", ucapnya dengan senyuman yang lebar.

"Hah, sebelumnya maaf yah, Angga sudah memiliki seorang istri. Dan Angga sangat mencintai istrinya, dan kenapa ayah tak membicarakan hal ini pada kami? Bukankah ayah sudah tau kalau Angga mempunyai seorang istri?," Darma masih mencoba bersikap setenang air di danau.

"Ya, ayah tau, ayah juga pernah mengatakan hal ini pada Angga sebelumnya. Angga harus menceraikan istrinya dan menikahi Tasya. Dengan pernikahan dua keluarga ini akan membuat perusahaan Darmawangsa berkembang lebih pesat", entah kakeknya ini bebal atau sudah pikun, padahal Angga sudah menolak mentah-mentah tawaran gila kakeknya itu.

"Lagi pula asal usul gadis itu juga tidak jelas, jadi tidak ada masalah kan?," ucapnya kembali.

"Cukup kakek!," Angga menaikkan oktaf nadanya sedikit membentak sang kakek, hingga membuat mereka menjadi sumber perhatian.

"Apa kakek tuli atau pikun? Aku sudah mengatakan ini jutaan kali, aku tidak akan pernah menceraikan istriku", Angga menekankan setiap nada bicaranya tegas.

"Jangan keras kepala Angga", sang kakek juga tak kalah keras kepalanya dengan Angga.

"Hentikan omongan bullshit ini", Angga melangkah pergi namun lengannya di tahan oleh Tasya.

"Kenapa?," tanyanya dengan air mata yang mulai turun.

Angga menghempaskan tangan itu dari lengannya dan mengusap secara kasar, seakan-akan itu adalah hal menjijikkan yang ada di lengannya.

"Damn it, jangan melampaui batasan, Tasya. Aku juga sudah pernah mengatakannya padamu, tapi kamu masih keras kepala. Jika kamu masih nekat melakukan hal gila ini, jangan salahkan aku jika aku berbuat jauh terhadapmu", ancam Angga kemudian berlalu pergi.

"Ayah, jangan mengacaukan acaraku. Tetap diam dan tenanglah", Darma berbisik di telinga ayahnya dengan nada yang datar kemudian berlalu pergi.

Jaya Kusuma mengepal tangannya dengan erat kemudian pergi dari sana meninggalkan Tasya yang kebingungan seorang diri.

Angga menghampiri mertuanya dan disana juga terdapat mama dan Ara. Angga langsung memeluk Ara dengan erat dan tidak tau malunya, ia mengecup bibir istrinya di hadapan banyak orang. Seakan-akan Angga mengatakan kepada seluruh dunia bahwa Ara adalah istrinya, miliknya, kekasihnya.

Orang tua Ara dan juga Angga menatap tak percaya apa yang telah dilakukan oleh Angga barusan.

Gita memukul anaknya itu, bisa-bisanya ia berbuat seperti itu di hadapan banyak orang. Untuk anak kesayangan dan juga satu-satunya, jika tidak ia akan menghabisi orang yang telah mengambil main character mereka malam ini.

"Dasar kamu kelebihan hormon", tegur Gita.

Ara masih terdiam kaku dengan perlakuan Angga yang barusan. Angga benar-benar melakukan ciuman, itu bukan sekedar tempelan bibir biasa. Bahkan Ara masih merasakan lidah Angga di dalam mulutnya.

Ara menatap Angga dan tiba-tiba saja wajahnya memerah sempurna, ini benar-benar memalukan. Angga melihat itu dan membawa istrinya kedalam pelukannya.

Gita dan Darma benar-benar menjadi second couple pada acara mereka malam ini. Padahal ini adalah acara mereka berdua, tapi itu tidak masalah, selama Angga dan Ara bahagia, mereka rela memberikan semuanya.

To be continue

My Wife is Mine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang