MWiM 7

333 12 0
                                    

Ara sudah selesai dengan urusan posko mereka. Ara izin pamit pulang ke rumah, ia ingin cepat-cepat menyusul suaminya ke mobil. Karena sang suami sudah mengirimkan pesan teks yang berisi bahwa dirinya menunggu di parkiran.

"Guys, gue pulang duluan ya. Supir gue udah nunggu di depan gerbang", pamit Ara dan langsung melarikan diri tanpa mendengarkan perkataan teman-temannya.

Ara berjalan menuju parkiran tempat mobil sang suami menanti. Suara klontang dari hak tinggi nya membuat Angga keluar dari mobil. Entah kenapa ia tau bahwa suara itu berasal dari sang istri. Ketika ia keluar mobil, dan benar saja bahwa sang istri sedang berjalan kearahnya.

Ara datang dan berdiri di depan Angga, dan dengan tiba-tiba Ara mengecup bibir Angga dengan singkat. Tingkah Ara membuat Angga terkesiap dan memandangi Ara tak percaya. Ia menyentuh bibirnya yang baru saja dikecup itu.

"Kenapa tiba-tiba?", pertanyaan yang terlontar dengan mukus dari bibir Angga dan dengan tatapan polosnya.

"Pftt, hahaha. Wajahmu, tolong dikondisikan, hahaha", Ara tertawa terbahak-bahak dan tak ada kata jaim disela tawanya itu, ia amat bahagia ketika melihat wajah bodoh sang suami.

Ara melihat wajah Angga yang muram karena Ara tertawa, dan Ara berhenti kemudian menyentuh pipi sang suami.

"Hahaha, maaf ya karena sudah tertawa. Hanya saja wajahmu benar-benar membuatku ingin tertawa", jelas Ara.

Sentuhan lembut itu diresapi dengan dalam oleh Angga. Ia memegang tangan sang istri kemudian mengecupnya pelan. Angga juga menyentuh wajah sang istri dan mengusapnya dengan kasar.

"Auuu, sakit goblok. Kenapa kasar sekali sih?", umpatan yang keluar dengan spontan yang membuat Angga tertawa seketika.

"Kenapa tertawa hah? Ada yang lucu? Sakit tau pipi ku", ucap Ara sambil mengusap wajahnya.

"Maaf sayang, aku ingin menghilangkan bekas tangan pria brengsek tadi", kesal Angga.

Sekarang Ara mengerti kenapa sang suami seperti itu padanya.

"Sudahlah jangan dihiraukan, aku sudah pernah bilang kan, kalau aku gak akan pernah selingkuh. Soalnya aku sudah punya suami yang sangat tampan ini, dan kaya lagi. Ngapain cari yang lain? Bodoh kali aku kalau nyari yang lain", ucap Ara sambil memegang pipi sang suami dan mengusapnya pelan.

Angga mengangguk mengerti kemudian membawa Ara kepelukannya dan mengecup kepala Ara berkali-kali.

Sedangkan di dalam mobil tepatnya di kursi supir, ada pria jomblo yang sedang menggigit jarinya saat ini.

"Huaa mama, bos ku jahat. Dia bahagia karena punya istri yang bisa di uyel-uyel, lah aku? Ketemu wanita aja jarang, pacaran nggak apalagi punya istri, semua ini salah bos ku. Mama, tolongin anakmu yang tampan ini", Ralvi meratapi nasibnya sendiri dan menghentukkan keningnya ke stir mobil berkali-kali.

***

"Sial, kenapa harus ada pak Angga? Emang apa hubungan diantara mereka berdua? Benar-benar brengsek, arghh", Restu marah-marah tidak karuan dan menendang tong sampah yang berada tepat di sampingnya dan membuat kakinya sendiri kesakitan.

"Restu", sapa seseorang dari belakang dan membuat Restu melihat kearahnya.

"Ada apa Ellena?", tanya Restu yang merubah raut wajahnya menjadi datar kembali.

"Apa sih yang lo liat dari Kinara? Gue lebih baik dari dia Res", ucap Ellena.

"Bukan urusan lo", setelah itu Restu langsung pergi dan meninggalkan Ellena yang kesal.

"Sial, kenapa semua perhatian para pria selalu ke arah Kinara? Padahal aku lebih cantik dari Kinara", gerutu Ellena.

"Cih, benar-benar buang-buang waktu. Dasar para pria yang buta pada wanita", lanjutnya kembali dan pergi sambil menghentakkan kakinya.

Keesokan paginya

Suara bel berbunyi pada pukul 9.00 pagi di rumah Angga dan Ara. Mereka yang baru saja bangun terpaksa keluar dari kamarnya dan melihat ke luar, siapa tau itu adalah orang tua mereka yang sering datang tanpa ngasih kabar duluan.

Ara berjalan dengan malas, dan membuka pintu rumah itu. Baru juga dibuka eh wajahnya malah disemprot dengan air ludah seseorang, karena bicaranya yang muncrat entah kemana.

"Kamu siapa? Ini rumah Angga kan? Bisa panggilkan dia? Oh, kamu pasti adeknya ya. Kalau begitu dek, tolong panggilin abangnya ya. Kakak ini pacarnya", ucap seorang wanita yang air liurnya muncrat itu.

Ara kesal bukan karena wanita ini mengaku sebagai pacar suaminya, ia kesal karena muncratan ludah tante itu sampai ke wajahnya dan itu sangat bau, tante ini gak gosok gigi apa?

"Oh, ok", Ara mulai berteriak dan memanggil Angga.

"BANG ANGGA, PACAR ABANG NYARIIN NIH", teriakan Ara menggelegar sampai ke kamar mereka dan membuat Angga yang berada di kamar mengernyit bingung.

Ia berjalan keluar kamar dan menghampiri Ara, "panggilan baru apalagi Ra?", tanyanya ketika sampai disana. Niatnya yang ingin memeluk sang istri, dikejutkan oleh seorang wanita yang dengan lancangnya memeluk dirinya.

"Angga, kenapa lama banget sih? Kamu tau, aku itu kangen banget sama kamu", ucap wanita itu dengan nada bercanda sambil menggesekkan payudaranya ke Angga.

Angga dengan tak berperasaan mendorong wanita itu dari pelukannya dan membuatnya terjatuh. Wanita itu merengek kesakitan, karena pantatnya menghantam marmer yang keras.

"Loh, kenapa abang dorong. Itukan pacar abang", ucap Ara yang mulai menggoda suaminya.

"Sayang, kenapa kamu membiarkan orang asing masuk ke rumah?", tanya Angga dengan tatapan yang dingin.

Melihat tatapan Angga yang dingin itu, membuat Ara semakin bersemangat untuk menggoda lelakinya ini.

"Lah, itukan wanita mu. Urus nih wanita mu, bantuin dia. Kasian tau pantat semoknya kesakitan. Aku masuk duluan, bye", ucapnya pada Angga dan pergi masuk.

"Angga, adek mu itu perhatian loh sama hubungan kita. Kamu nggak mau memperbaiki hubungan kita? Ayo bantuin, sakit tau. Aku tau kamu kaget karena aku meluk dengan tiba-tiba tadi", ucap wanita itu dan mengulurkan tangannya dengan niat agar dibantuin Angga.

Angga hanya acuh tak acuh dan berkata, "enyahlah, anda siapa? Kita pernah kenal? Menjauhlah dari saya, dan sekarang pergi dari rumah saya", ucap Angga dan menutup paksa pintu rumahnya, dia tidak peduli dengan teriakan wanita itu.

Angga masuk ke dalam kamar dengan perasaan yang marah dan membanting pintu kamarnya dengan kasar. Moodnya saat ini sedang tidak bagus.

"Kita akan pindah rumah", ucapnya dengan nada yang datar pada Ara.

Ara yang berpura-pura memejamkan matanya langsung membuka mata mendengar apa yang dikatakan sang suami.

"Loh? Kok pindah lagi? Kamu ini pemborosan uang tau, ini pindahan rumah kita yang ke 3 kali, dan kamu mau pindah rumah lagi?", tanya Ara dengan tak yakin.

"Aku tidak peduli", Angga bersiap-siap untuk menelpon sang sekretaris namun dihentikan oleh Ara.

"Kamu ini ya, itukan urusanmu dengan wanita-wanita mu, kok aku jadi ikutan kena getahnya sih? Kalau kamu masih berurusan sama mereka, jangan bawa-bawa aku dong. Emang pindah rumah gak capek apa? Capek tau, dan aku tau kalau kamu itu kaya. Tapi gak usah boros juga kali, hemat. Kalau kamu berani nelpon sekretaris kamu, awas kamu", ancam Ara dengan serius, sedangkan Angga hanya diam mendengarkan Ara yang berbicara panjang lebar.

"Tapi mereka bukan wanitaku Ra, mereka hanyalah benalu, dan mereka selalu membuatku kesal", ucap Angga.

"Itumah urusan mu, bukan urusan ku. Jadi, jangan macam-macam ingin pindah rumah", tegas Ara sekali lagi dan pergi ke kamar mandi.

"Hahhh, mereka benar-benar minta dihapuskan dari dunia ini", ucap Angga dengan nada yang dingin dan sorot mata yang tajam.

To be continue

My Wife is Mine ✔Where stories live. Discover now