MWiM 19

178 6 0
                                    

Ara kembali ke kampusnya seperti biasa, setelah insiden yang tak mengenakkan dari Bapak Rektor waktu itu, akhirnya mood Ara kembali seperti sedia kala.

"Hei kau!", teriak seseorang menyapa Ara namun itu terlalu kasar kalau hanya sekedar menyapa.

Baru saja Ara mengatakan bahwa harinya dan mood nya sudah membaik, tetapi ada saja yang membuat mood nya itu memburuk dengan sepersekian detiknya.

"Anda siapa ya? Sangat tidak sopan, padahal saya memiliki nama", Ara yang membalikkan badan menghadap orang itu dan menatap sinis kepada orang yang tak sopan padanya itu.

"Dasar bocah kurang ajar! Beraninya kau pura-pura lupa dengan ku", marahnya.

"Mohon maaf nih ya, saya benar-benar tidak mengenali anda", Ara menatap wanita tua yang ada di depannya ini dengan tatapan menyelidik.

"Aku ini adalah tunangannya Angga, dasar bocah tak tau diri. Menjauhlah dari tunanganku sialan!", umpat wanita itu.

"Ohhh, ternyata anda ya", Ara tersenyum dikalah mengingat siapa wanita itu.

"Maaf karena saya tak mengenali anda sebelumnya, soalnya anda terlihat lebih tua dari waktu itu", ejek Ara dengan seringai tipisnya.

"Kau! Aku peringatkan kau untuk menjauhi Angga, dia adalah tunanganku!", teriak wanita itu pada Ara.

"Sstt, tante jangan berteriak. Apa anda ingin menjadi pusat perhatian di pagi buta begini?", ejek Ara.

"Oh iya, kalau dipikir-pikir, tunangan yang tante sebut itu adalah suami ku. Kukatakan sekali lagi dia adalah SUAMI KU", Ara menekankan kata suami untuk membuat tante itu lebih marah padanya.

"Dadah tante, soalnya hari ini jadwal kuliah ku full", Ara melambaikan tangannya pada wanita itu dan pergi meninggalkan wanita itu dalam keadaan marah dan juga kesal.

"Tasya, cobalah untuk tenang. Jangan biarkan gadis kecil sialan itu mempengaruhi mu", ucapnya pada dirinya sendiri kemudian melenggang pergi.

___

"Ukhh, tante itu benar-benar membuat mood ku kembali hancur. Kenapa tidak ada hari tenang di dalam kamus ku hari ini!", teriak Ara sambil memegangi kepalanya.

"Lo kenapa?", sapa Fara ketika melihat Ara seperti orang yang frustasi akan kehidupan.

Ara melepaskan tangannya dan menatap ke belakang, terdapatlah saudara kembar yang sedang menatapnya bingung.

"Tidak ada, hanya saja hari baik gue di hancurkan oleh seseorang yang tak ingin gue lihat seumur hidup gue", ujar Ara dengan tatapan yang dingin.

"Woo, selow bestie. Anggap saja di dunia ini hanyalah pohon hidup yang menyegarkan", saran Fara itu benar-benar membuat Ara bingung, maksudnya apa coba.

"Ara, jangan terlalu dihiraukan. Dia kelupaan minum obat tadi", ujar Farel lalu menarik Fara yang bergelantungan di badan Ara.

"Ya, tolong jaga kembaran lo, otaknya benar-benar berada di kemiringan 140°", ujar Ara sambil menoyor kening Fara yang masih bergelantungan padanya.

___

Ara berjalan menuju ke perusahaan Angga dengan sekotak bekal yang telah ia bawa dari rumah. Sepulang kampus tadi, Ara pergi berbelanja dan memasak di rumah untuk di bawa ke perusahaan suaminya.

Ara terkagum-kagum melihat betapa besarnya perusahaan suaminya ini. Gedung yang memiliki ketinggian yang maksimum menurutnya, dinding yang terbuat dari kaca, ini benar-benar wow di mata Ara.

My Wife is Mine ✔Where stories live. Discover now