MWiM 20

199 6 0
                                    

Hari demi hari hubungan Angga dan juga Ara semakin melekat, bagaikan perangko yang tak dapat dipisahkan.

"Morning", Angga mengecup bibir Ara sembari membangunkan gadis itu dari tidur cantiknya.

"Hoam, morning pak suami", Ara meregangkan tubuhnya dan mengucek matanya beberapa kali.

"Hari ini kamu ada jadwal di kampus?", tanya Angga.

"Siang, nanti ujian tengah semester", Ara menyingkirkan selimutnya dan menuju ke kamar mandi.

"Kamu tunggu sebentar disitu ya, jangan kemana-mana", titah Ara.

"Ok", dengan patuh, Angga duduk diam di kasurnya sambil memainkan ponsel miliknya.

Pria itu hanya memakai kaos putih dan celana pendek saja, sehingga memperlihatkan kakinya yang berotot karena posisi duduk yang sangat cool, yaitu mengangkang seperti pria pada umumnya.

Ara keluar dari kamar mandi kemudian memasuki walk in closet. Gadis itu memilih baju kemeja, jas, dasi, beserta jam tangan yang akan dipakai suaminya hari ini. Karena Ara menyukai warna dongker, ia memilih kemeja berwarna putih, jas dongker, serta celana dongker. Dasi yang berwarna merah hitam. Bukankah itu kombinasi yang sangat sempurna? Jam tangan juga berwarna hitam.

Ara keluar dengan membawa stelan jas dan kemeja yang telah ia pilih tadi. Ara menyodorkan pakaian itu ke suaminya. Dengan senyum bangga, ia mengambil baju itu kemudian memakainya.

Ara mengecup pipi Angga, "aku bikin sarapan yang simple saja ya", ujar Ara dengan senyuman.

Mereka berdua sudah duduk di meja makan, dengan sarapan yang sederhana yaitu roti plus kopi untuk Angga, susu untuk dirinya.

"Apa Liam masih mengganggu mu?", tanya Angga.

"Mm, akhir-akhir ini dia tampak diam saja. Tapi ya sudah, ngapain dipikirin orang yang begitu, kalau diganggu ya tinggal di hajar", jawab Ara dengan santai.

"Dia menyukaimu", ujar Angga.

"Tahu kok", jawab Ara acuh tak acuh.

"Kamu tahu? Sebaiknya kamu hati-hati dengan dia", peringat Angga.

"Hei, aku ini wanita strong. Tidak usah khawatir, lebih baik kamu mengkhawatirkan dia, takut dianya duluan yang terkapar", Ara terkekeh pelan kemudian melanjutkan makannya.

____

Pukul 13.00
Di Kampus Darsara

"Ra, lo udah belajar belum?", tanya Fara.

"Belum sih".

"Sepertinya gue salah tanya orang deh. Lo baik belajar ataupun nggak juga bakalan bisa menjawab tuh soal", ketus Fara.

"Loh, kok ngamok?", goda Ara sambil mencolek pinggang gadis itu.

"Semoga, nilainya memuaskan", do'a Fara dengan penuh harapan yang tinggi.

"Jangan berharap lebih, jangan seperti maba deh. Lo udah mau semester akhir, lo juga tahu kan kalau nilai itu tergantung mood dosen. Jadi gak usah berharap terlalu banyak", ujar Ara yang membuat Fara mengeluh seketika.

"Hahh, dosen benar-benar ya bikin gue darting mulu", kesal Fara.

"Kerjakan saja soalnya", tegur Farel dari belakang.

Beberapa menit kemudian, ujian mereka pun berakhir dengan senyuman sumringah tercetak di wajah Ara. Dan senyuman pahit yang tercetak di wajah Fara.

"Haha, hore!", Fara menyemangati dirinya karena telah menyelesaikan ujian yang begitu sulit.

My Wife is Mine ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum