MWiM 24

140 7 0
                                    

"Sayang", panggil Angga dengan nada yang begitu lembut.

"Hmm?", Ara melihat kearah Angga.

"Mama dan papa mengundang kita ke rumah", ujar Angga.

"Oke".

"Kamu gak mau tau alasannya?", tanya Angga mengernyitkan dahinya bingung.

"Kenapa harus ditanya? Kan ke rumah orang tua sendiri. Emang butuh alasan buat ke rumah mereka?", tanya Ara.

Angga tersenyum lembut, memejamkan matanya dan kembali menatap istrinya dengan tatapan penuh kagum, cinta, sayang, bahkan semua hal positif untuk istrinya ini.

___

"Mas suami, kapan ke rumah utama?," tanya Ara menatap Angga yang sedang meminum kopinya.

"Nanti malam", jawabnya dengan nada yang lembut.

"Mmm, karena kamu ke kantor, aku saja yang cari buah tangan untuk ke rumah", ujarnya pelan.

"Aku bisa menemanimu sebentar", Angga berbicara setelah mendengar bisikan pelan Ara.

"Tidak apa-apa, aku tidak akan lama. Jadi, kamu tidak perlu khawatir", ucap Ara.

"Kami yakin? Tidak perlu aku temani?," Angga bertanya sekali lagi untuk meyakinkan sang istri.

"Iya, tidak perlu. Kamu tau kan, kalau aku bisa menjaga diriku sendiri", ujar Ara menenangkan Angga.

"Baiklah, tapi kamu akan di temani oleh pak supir", titah Angga mutlak yang tak dapat dibantah.

"Iya, iya", Ara mau tak mau menyetujui keputusan Angga.

Ara mengantar Angga sampai di depan pintu. Ia mencium tangan Angga dan Angga mengecup kening Ara. Itu adalah rutinitas mereka berdua di setiap paginya.

"Hati-hati di jalan", ujar Ara.

"Iya, kamu juga hati-hati", ucap Angga mengingatkan Ara.

Ara mengangguk dan melambaikan tangannya untuk melepaskan kepergian sang suami menuju ke kantor.

Ara memasuki rumah dan segera beres-beres. Beberapa bulan yang lalu, ia telah belajar beres-beres rumah dan juga memasak, seperti yang kalian ketahui. Angga tidak mempermasalahkan tentang memasak, tetapi ia mempermasalahkan tentang beres-beres rumah. Untuk apa mereka menyewa ART, kalau semuanya dikerjakan oleh Ara. Tetapi, Ara tetaplah Ara yang keras kepala. Dan mau tak mau, Angga menyetujui kekeras kepalaan Ara. Tetapi dengan satu syarat, jika gadis itu memiliki jadwal kampus di pagi hari, maka di haramkan untuk Ara beres-beres rumah. Dan Ara juga terpaksa menyetujui hal itu.

___

Ara pergi ke mall terdekat dengan supir tentunya. Seperti kesepakatan mereka berdua pagi tadi, dan inilah hasilnya. Ara berangkat ditemani pak supir.

Ia memasuki mall itu dan mulai berkeliling melihat-lihat apa yang akan ia beli nantinya.

Ara memakai pakaian biasa, celana kulot dengan hoodie, serta topi yang bertengger di kepalanya. Yang lebih sederhananya lagi, gadis itu hanga mengenakan sendal biasa, sendal yang di jual 15 ribu sepasang kalau di pasaran. Begitulah outfit yang dikenakan oleh Ara saat ini. Ia tak terlalu menghiraukan outfit nya, asal ia nyaman itu tak menjadi masalah.

Mata Ara tertarik pada satu tempat, yaitu tas branded. Ia memasuki toko itu dan mulai melihat-lihat tas yang ada disana.

Ara mengambil tas coklat yang tampak mewah dengan merk Gu**i.

"Mmm, permisi nona. Ini berapa ya?," tanya Ara pada *Shopkeeper yang berada tak jauh darinya.

Shopkeeper itu mendekati Ara dengan raut wajah yang jutek. Sebenarnya Ara sudah peka sedari awal ia memasuki toko ini. Tugas seorang Shopkeeper adalah melayani tamu dengan sebaik mungkin. Tetapi yang ia dapatkan hanyalah tatapan sinis dan juga merendahkan.

My Wife is Mine ✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu