(d) Perasaan Bingung

1.4K 267 30
                                    

[Ini double update, ya. Bab 15 bisa kalian baca duluan di Karyakarsa. Aku mau malem mingguan dulu, thank you!]

Jawaban apa yang harus Teija berikan pada mertuanya? Dia ingin sekali mengatakan kejujuran, tapi kemungkinan besar akan ada keributan yang terjadi di rumah ini. Namun, tidak mengatakan apa-apa hanya akan membuat orangtua Nova semakin bingung dengan kondisi rumah tangga putrinya. Teija menelan ludahnya dan bersiap dengan segala kemungkinannya.

"Sebenarnya Nova marah sama saya, Yah."

"Iya, saya tahu dia marah. Keliatan, kok. Nova nggak akan di sini hanya karena bayinya mau begitu. Dia sangat menyukai kamu, dia akan memilih menghabiskan lebih banyak waktu sama kamu ketimbang di sini. Makanya saya bingung Nova marah kenapa sampai begitu?"

Sebagai seorang ayah, Arsaki merasa sangat terkejut dengan ucapan yang disampaikan Nova. Ucapan mengenai rasa benci menancap pada perasaan Arsaki, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam. Kecewa diteriaki putrinya sendiri sudah pasti. Namun, yang paling membuatnya kecewa adalah kemarahan putrinya yang tidak bisa dibendung. 

"Nova nggak pernah seperti itu selama ini. Ada banyak hal yang pasti membuatnya nggak bisa mengendalikan kemarahannya sendiri."

Teija mengangguk, dia juga paham bagaimana Nova dulu semasa mereka hanya teman bertetangga. Rumah itu berisik, Nova juga sama berisiknya, tapi tidak pernah ada kemarahan secara berlebihan yang dikeluarkan perempuan itu. Gara-gara gue Nova jadi jauh beda dari diri dia sebelumnya. 

"Saya minta maaf, Yah. Saya udah bikin Nova seperti ini."

Arsaki mendesah lelah. "Coba kamu jelaskan sekarang, Nova marahnya kenapa?"

"Saya punya teman di kampus, perempuan. Nova marah karena saya terlihat dekat dengan teman itu. Saya sempat membantu perempuan itu, membawa motornya yang rusak ke bengkel. Saya kasihan dan nggak mau menerima uangnya untuk membayar biaya reparasi motornya. Jadi, teman saya itu membayar hutangnya dengan mentraktir saya makan selama bertemu di kampus. Nova tahu semua itu dari Niki, teman SMA kami yang ternyata satu kampus dengan Nova. Dari sana mulai banyak salah paham dan kemarahan. Nova mengira saya punya hubungan sama teman perempuan itu. Saya nggak punya hubungan apa pun, Yah."

Arsaki menyuruh Teija berhenti, merasa sudah mengerti garis besar permasalahannya. 

"Anak muda memang seringnya cemburu buta. Saya paham kalian masih begitu muda, dan sulit belajar di kehidupan pernikahan. Tapi satu-satunya jalan yang harus kita lakukan adalah menyelesaikan masalah ini sesegera mungkin. Jangan sampai masalah kalian malah semakin berlarut-larut."

Teija hanya bisa diam, dia belum mengatakan bahwa Nova menginginkan perceraian. Pikiran Teija, jika hal itu diungkapkan, maka kontrak yang dilemparkan Nova kemarin malam akan kembali dibahas. Gue harus gimana? 

Kontrak itu hanya mereka berdua yang tahu dan membuatnya. Jika harus dibuka, apakah nantinya Nova tidak semakin marah? Apa yang akan perempuan itu lakukan? 

"Sana kamu masuk ke kamar sama Nova. Kalian harus bicara," ucap Arsaki. 

"Tapi, Yah?"

"Kenapa?"

"Nova lagi marah," jawab Teija.

"Terus kenapa? Kamu suaminya. Kamu yang memimpin keluarga. Masa istrimu marah kamu takut? Takut apa? Dipukul? Takut ditinggalin?"

Teija menunjukkan ekspresi yang memang takut. Arsaki yang melihat itu menjadi cemas sendiri.

"Kamu ... beneran takut ditinggalin?" tanya pria itu. 

"Nova udah meminta kami pisah, Yah ...."

Mata Arsaki membelalak lebar. Tidak percaya dengan apa yang didengarnya kini. Bagaimana bisa kecemburuan membuat putrinya meminta berpisah? Mereka baru saja menikah, belum ada satu tahun. Apa yang dipikirkan putrinya itu hingga meminta hal demikian?

"Apa kamu bilang?"

"Nova memang meminta saya untuk pergi. Dia nggak mau melihat wajah saya karena masalah yang ada diantara kami, bukan karena bayinya."

Memijat kepalanya yang mendadak pusing mendengarkan hal ini. Arsaki merasa begitu bodoh dalam sekejap. 

"Apa? Kenapa begitu? Nova meminta cerai? Dia hamil. Apa yang salah dengan pendidikan yang aku berikan?" gumam Arsaki. 

Teija segera berkata bahwa ini bukan salah Arsaki, agar pria itu tidak menyalahkan kualitasnya sebagai ayah selama ini. 

"Ayah, ini bukan karena ayah yang salah mendidik Nova. Ini karena kami yang bodoh membuat perjanjian karena kami nggak siap dengan semua ini. Harusnya saya bisa menghentikan perjanjian it--"

"Perjanjian apa? Apa lagi yang kalian sembunyikan?!"

Teija tertegun, dia sudah salah bicara karena terlalu panik. Jika begini, semuanya akan semakin sulit. 

The Baby's Contract✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang