(a) Lingkaran Cinta

1.2K 235 33
                                    

[Niki oh Niki😍 ayo semangat lagi komennya, yuk! ]

Niki tahu dia sudah terlalu jauh mengikuti seluruh perkembangan informasi yang sepupunya sampaikan. Dia bukan lelaki kepo, yang ingin terjun langsung dalam masalah orang lain. Sayangnya, yang menjadi inti permasalahan memiliki hubungan dengan kehidupan Niki. Astaga ini sangatlah konyol! Niki memiliki sepupu bernama Sarah, lalu rupanya berada di  kampus dan bahkan organisasi yang sama dengan Teija—lelaki incarannya. Andai saja Niki tak tahu mengenai Teija yang memiliki hubungan dengan Nova, dia tak akan ambil pusing. Sayangnya lagi, Niki tahu! Dan yang lebih membuat pusing, Niki juga tahu dari Sarah bahwa Teija lebih nyaman dengan cewek lain di kampus mereka!

Meski belum terlihat adanya perasaan cinta, tapi semua orang yang terlibat di sini sudah membuat cinta segi ... berapa? Niki menggaris bawahi dengan cinta segi lingkaran. Tidak ada sudut akhirnya, berputar-putar semakin membingungkan.

“Lo lihat sendiri, kan? Di organisasi dia bisa debat sekaligus sharing pendapat sama gue, Nik. Tapi sesudah itu dia langsung jalan bareng cewek itu!”

Sarah terlalu berlebihan menyikapi ketertarikannya pada Teija. Sungguh Niki tak suka bagian ini. Jika sudah tahu Teija hanya akrab di ruang organisasi, kenapa juga Sarah harus merasa memiliki ikatan kuat dengan Teija? Urusannya akan lebih mudah andai saja Sarah mengalah dan membiarkan Teija dekat dengan cewek yang sekarang mereka dapati makan bersama di kaki lima bersama Teija untuk kesekian kali.

“Sebenernya ini nggak harus jadi masalah kalo lo nggak baperan duluan, Sar.”

What?? Lo ngatain gue baperan? Lo nggak tahu, sih, seberapa menariknya Teija kalo lagi—”

“Oh, shut up! Gue nggak tertarik dengerin kelebihan cowok lain dari mulut lo. Ini kalo bukan gara-gara gue mau ngumpulin bukti-bukti, nggak akan gue mau jadi sopir dadakan lo ngintilin si Teija.”

“Tapi lo dapet keuntungan, bego! Kalo bukan karena gue, lo nggak bakal bisa deketin cewek yang kata lo bininya Teija.”

Sarah berdecak, menyipitkan matanya yang sekarang terfokus pada Niki. “Gue sampe sekarang masih nggak percaya Teija udah nikah.”

“Itu sebabnya lo masih penasaran sama dia? Sampe lo buntutin terus si Teija begini?”

Sarah menaikkan bahunya tak peduli. Sosok seperti Sarah ini membuat Niki cemas. Takutnya menjadi bibit perusak rumah tangga orang lain.

“Lo nggak usah sok suci pake geleng kepala gitu, ya, Nik! Lo juga bego karena masih deketin bininya Teija! Kita, tuh, sama aja. Jadi jangan merendahkan satu sama lain!”

Niki menghela napasnya dan mengambil kamera. Lagi dan lagi dia mengabadikan semuanya. Foto dan video selalu dirinya tangkap. Memori kameranya penuh sangking seringnya ikut Sarah mengikuti Teija dan cewek yang mereka ketahui sebagai seorang pekerja di salah satu toko makanan cepat saji itu.

“Kasus kita agak beda, Sar. Kalo gue nggak tahu ada penyimpangan yang dilakuin Teija, nggak bakal gue bertahan.”

Sarah mendorong mundur tubuh Niki, karena Teija dan gadis yang tak mereka kenal sudah mulai berpisah dengan motor masing-masing. Jangan sampai Teija melihat mereka yang mendadak jadi mata-mata.

“Lo kayaknya cinta banget sama perempuan itu. Apa, sih, daya tariknya? Kata lo, dia nggak lebih cantik dari gue. Aktif organisasi juga nggak. Menonjol di kelas juga nggak. Berarti dia biasa-biasa aja, dong?”

Niki kembali mengingat sosok Nova yang memang biasa saja itu. Bagaimana menjelaskannya? Tidak ada alasan khusus bagi Niki untuk menyukai seseorang, terlebih lagi itu Nova. Ya, tiba-tiba saja tertarik. Mungkin karena mereka selalu di kelas yang sama. Mungkin karena Nova satu-satunya yang tidak bersikap berlebihan padanya. Mungkin karena Nova tidak genit seperti gadis lain di kelas mereka. Mungkin karena Nova yang mau memberikan contekan meski dengan marah-marah lebih dulu. Mungkin karena Nova tidak ingin menonjol di depan orang lain. Mungkin karena pribadinya yang sederhana. Mungkin karena ... karena Niki menyukai perempuan itu apa adanya saja.

“Anjir, ditanyain apa kelebihan tuh cewek, lo malah ngehalu sambil cengar cengir begitu! Aneh lo!”

“Apa pun itu, Sar. Dia nggak kayak lo, nggak kayak cewek lainnya. Lo nggak bakalan ngerti.”

The Baby's Contract✓Where stories live. Discover now