(b) Malam Pertama

2.3K 304 51
                                    

[Double update! Karena komennya oke. Thank you kalian, ya. Semangat semuanya! Aku tunggu vote nya juga yes.]

Nova yang biasanya sangat cerewet menjadi sangat hening ketika Teija mengajak pulang. Mereka sampai di depan gerbang perumahan pukul delapan. Setelah adanya drama dari Nova yang merasa tak nyaman untuk belajar jalan pasca malam pertama yang dilakukan bukan pada malam itu itu. Sekarang, Nova tak mau turun dari motor dengan posisi duduk miring.

“Va? Gimana?” tanya Teija.

“Nggak mau jalan kaki!” keluh Nova.

“Terus gimana? Mau langsung gue anterin pulang aja?”

Nova mengangguk dengan lemas. Dia mengeratkan pegangan pada Teija setiap kali lelaki itu menyalakan mesin motor.

Cukup lama mereka berada di atas motor, masih belum ada tanda-tanda Teija menjalankan motornya.

“Ja?” panggil Nova.

“Lo belum makan malem, Va. Mau sekalian cari makan dulu nggak? Mumpung belum jam sembilan.”

“Gimana mau cari makan? Gue aja mau jalan sama duduk susah!”

Teija mengangguk dan berjalan begitu saja. Dia memarkirkan motornya di depan rumah Nova. Kawasaki Ninja kesayangan Teija itu sudah berhenti dan tak bersuara. Nova turun secara perlahan menahan nyeri.

“Kok, lo nggak parkir di dalem aja sih? Lo nggak boleh balik ke rumah papa mama lo, ya, Ja! Gue nggak mau masuk rumah sendiri!”

“Gue mau beli makanan dulu, lo juga laper, kan? Lo mau nunggu di sini?”

Ekspresi Nova langsung masam. Dia tak mau menunggu di luar rumah sendiri, lebih tak mau jika harus masuk ke dalam sendirian.

“Kenapa tadi nggak sekalian aja, sih?!”

“Ya, gimana? Lo nggak mau tadi diajakin cari makan.”

Bersungut tak suka, Nova akhirnya memilih untuk duduk di kursi teras dan bersikeras menunggu Teija.

“Awas aja kalo lama!”

Teija sudah pasti mencari makan dengan cepat karena tak tega membiarkan Nova sendirian di depan rumah. Lagi pula Teija tidak rewel soal makanan. Dia selalu cepat dan tak repot membeli makanan bahkan untuk mamanya yang tak bisa memasak.

Nova memainkan ponselnya untuk melihat apakah postingannya sudah mendapatkan banyak like dan komentar. Dia sengaja memotret Teija dari belakang yang menggunakan jaket dan helm. Untungnya lelaki itu tidak pernah bergaya menggunakan motor seperti hari ini jika ke sekolah. Dia tidak banyak gaya sebagai seorang siswa SMA. Motor Kawasaki Ninja miliknya hampir tak pernah keluar, karena setahu Nova lelaki itu sangat sayang dengan motornya itu dan tak mau terlalu sering dibawa keluar.

205 likesNvaki11_ mblo jangan nangis 🤪

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

205 likes
Nvaki11_ mblo jangan nangis 🤪

Gusguk08 Ohhhh pantes langsung kabor!🤕

Lianti Siapa tuchhhh

Niki capt nya sok gak jombs. Jgn kebanyakan halu Nov!

Begitu melihat komentar Niki, mood Nova langsung anjlok. Cowok itu masih saja tak percaya dengan status Nova yang memang tidak jomblo.

“Anjir emang, si Niki!”

“Siapa yang anjir?”

Nova terkejut begitu sebuah suara bertanya padanya.

“Bang Janu?”

“Kamu ngapain di sini sendirian? Abis dari mana? Mau main?”

Nova selalu menghormati kakak pertamanya itu. Dia hampir tak berani menatap Januar yang wibawanya sangat tinggi di rumah.

“Udah pulang dari main, kok. Bang Janu dari mana?”

“Lembur dulu tadi. Harusnya pulang sore, tapi ada meeting dadakan sama atasan.”

“Hm? Bukannya Bang Janu nggak ada kantor? Terus, kenapa pake baju kantor begini?”

“Kepengen aja. Biar kayak orang kantor beneran. Kalo gitu abang masuk duluan. Kamu jangan di depan lama-lama.”

Nova yakin ada yang tidak benar dengan sikap kakak pertamanya itu. Pekerjaan Januar yang keluarga tahu memang dilakukan di rumah, seringnya jam kerja pria itu juga jauh berbeda dengan negara mereka. Jadi, pekerjaan apa yang dilakukan kakaknya itu?

Gerbang rumah Nova terdengar, dan Teija masih dengan pakaian mereka pergi tadi berjalan masuk dengan bungkusan di tangan.

“Motor lo mana?”

“Parkir di kamarnya. Nggak enak gue parkir di sini, kasihan keluarga lo kalo pagi-pagi berangkat.”

Mereka akhirnya masuk, dan Nova berpegangan pad Teija tanpa malu-malu. Dia mencengkeram tangan Teija untuk mengalihkan rasa sakit di selangkangannya.

“Pokoknya kalo ada yang nanya harus lo yang jawab! Gue cuma perlu angguk-angguk,” desis Nova.

Teija bisa apa selain mengiyakan? Dia bersama Nova, maka tidak akan ada kata menang. Lelaki itu akan terus mengalah untuk Nova padahal bisa saja mengatakan tidak. Namun, Teija tak mau. Entah kenapa dirinya sampai sebegininya, Teija tak mau ambil pusing. Nikmati saja proses dengan Nova si sinting.

The Baby's Contract✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن