(b) Teija Brengsek

1.3K 273 42
                                    

[Halooo! chapter 13: Teija Brengsek ini aku post sampai bagian (b) di wattpad. Besok aku langsung upload chapter 14 yang judulnya belum kepikiran apa, tapi mulai aku tulis buat nyicil update besok. Yang mau baca chapter 13 full dramanya, silakan ke karyakarsa kataromchick. Kalo nggak mau ya sudah, nikmatin bagian yang kelewatan, yes.]

Nova sudah memaksa Niki pergi setelah mengantarkannya ke kontrakan, rupanya Teija sudah lebih dulu sampai di rumah. Pria itu menatap kesal pada Niki yang tadi memang tidak terlihat gentar dan malah seperti sengaja menantang Teija. Ini bukan waktunya untuk membiarkan ego dua lelaki itu dikenyangkan dengan pertengkaran fisik. Sudah jelas ada hal yang lebih penting dari semua itu; hubungan Nova dan Teija.

"Kenapa, sih, kamu masih aja sama Niki? Aku baru tahu kamu akrab sama dia? Gimana kalian bisa barengan?"

Nova menatap suaminya itu. Tubuhnya memang lelah, tapi ini pembahasan ini tidak akan dilewatkan lagi. Mereka memang harus bicara, menuntaskan segala tanya dibenak satu sama lain. Nova tidak akan lari dari pertanyaan Teija, tidak akan melemparkan pertanyaan balik yang nantinya tidak akan dijawab oleh Teija. 

"Niki satu kampus sama aku, dan aku baru tahu setelah satu bulan perkuliahan jalan. Aku nggak pernah berniat deket sama Niki. Aku menghindarinya, bahkan aku minta dia menjauh, tapi Niki nggak bisa aku usir gitu aja."

"Kamu nggak ngasih tahu Niki kalo kita udah nikah?"

"Udah. Dia bahkan udah scrolling Instagram aku. Dia curiga sama hubungan kita dan aku kasih tahu aja sekali kalo aku memang udah nikah sama kamu. Tapi dia lebih keras kepala. Dia bahkan malah kasih aku bukti-bukti yang dia kumpulkan soal kamu yang sering makan malem sama cewek tadi."

Dari ekspresi Teija yang mengeras, tampaknya rasa tak terima membayanginya. Nova tidak berusaha untuk menutupi apa pun kali ini. Dia akan menggerus perdebatan ini dengan segalanya yang tidak nyaman untuk dibahas.

"Apa lagi yang mau kamu tanyakan ke aku, Ja? Kamu bisa interogasi aku seperti yang aku lakukan ke kamu beberapa hari lalu." 

Teija menggelengkan kepala, interogasi bukanlah yang satu-satunya ingin pria itu lakukan. 

"Aku nggak butuh interogasi semacam itu. Yang penting kamu nggak ladenin dia, itu udah cukup. Aku nggak mau bikin kondisi kita ngaco. Kita bahkan belum saling ngomong dengan bener sejak terakhir kali kamu ngambek."

"Aku nggak ladenin Niki. Kalo aku mau, aku bisa pacaran sama dia. Karena pernikahan kita yang semakin nggak jelas."

"Apa-apaan, sih, Va? Kenapa kamu ngomong gitu?!"

"Kenyataannya memang gitu, kan? Kamu punya banyak fans di luaran sana. Kamu punya penggemar yang bikin aku nggak tenang, karena meneror aku dengan pesan kasar di sosmed aku! Kamu bahkan punya temen yang akhirnya bikin kamu nyaman di kampus, pulang sampe malem, sibuk ceritain temen baru kamu itu. Bahkan kamu sampai akhirnya bisa berbohong sama aku kalo kamu makan di luar bareng temen."

"Aku nggak bohong, aku cuma nggak mau cerita supaya kamu nggak marah-marah nggak jelas kayak gini!"

Nova memejamkan matanya sejenak, dia kesal karena menurut Teija kemarahannya ini tidaklah jelas. 

"Menurut kamu aku marah nggak jelas, Ja? Padahal udah jelas kalo aku marah karena sikap kamu yang kayak pria lajang di luaran sana! Kamu bahkan sengaja nggak pake cincin nikah kita. Kamu bikin perempuan lain nyaman sama kamu. Kamu peduliin perempuan lain yang bukan istri kamu. Kamu ngebiarin perempuan lain labrak perempuan lainnya yang ... yang cari perhatian kamu dengan wajah lemasnya!"

Teija semakin menggeleng-gelengkan kepalanya. Sesuatu yang berat seperti sedang menimpa kepalanya. 

"Kamu kemakan hasutannya Niki. Apa yang udah dia bilang ke kamu?"

"Dia nggak bilang, tapi nunjukkin semuanya. Bahkan kedatangan aku di kosan temen spesial kamu itu, kalo bukan Niki yang nunjukkin, aku akan tetap jadi perempuan bodoh! Perempuan yang nungguin kamu di rumah buat makan bareng dan ternyata kamu udah makan sama perempuan yang sesuai tipe kamu itu!"

"Nova ... kamu lagi ngomong apa, sih?"

"Ngaku aja, Ja. Kamu memang tertarik sama cewek ndeso itu, kan? Kamu nyaman sama dia. Dia pekerja keras, nggak malu dengan logat medoknya, pandai mengatur waktu, dan ternyata juga cantik. Aku akhirnya tahu secara langsung cewek ndeso yang suka kamu ceritain terus menerus itu sangat cantik. Nggak heran kamu seneng membicarakannya, kamu seneng ketika membahasnya dan mungkin kamu selama ini diam-diam bayangin dia."

"Ngaco kamu," ucap Teija berusaha menghindar.

Nova menahan sesuatu yang menggebu di dada. Dia ingin mendapatkan jawaban jelas lebih dulu dari suaminya. 

"Teija ... apa kamu cinta sama aku?"


The Baby's Contract✓Onde as histórias ganham vida. Descobre agora