(a) Sibuk

1.3K 228 12
                                    

[Yuhuuu. Udah baca special chapter? Udah ada clue di sana soal kesibukan Teija lohhhh🤭. Happy reading.]

Semakin hari, semakin banyak kegiatan baru yang terasa semakin memenuhi waktu 24 jam Teija dan Nova. Tidak ada yang mengajarkan pada mereka bahwa menjalani pernikahan sekaligus kehidupan perkuliahan rupanya terasa melelahkan. Ini baru semester pertama, dan Nova bisa merasakan tuntutan besar di dalam dirinya sebagai seorang istri. Pekerjaan rumah Nova-lah yang mengurusnya, bukan berarti Teija tidak melakukan apa pun. Lelaki itu menunjukkan pekerjaannya yang selama ini tidak diketahui Nova. Mengedit video rupanya memiliki hasil yang bisa begitu menguntungkan. Jadi, intinya mereka membagi tugas dengan baik sejauh ini. Ya, sejauh ini saja. Tak tahu besok-besok.

Nova memiliki jadwal yang bentrok dengan Teija di hari Kamis. Biasanya mereka memiliki waktu di rumah berdua, tapi belakangan mereka kesulitan memiliki waktu bersama. Teija katanya sudah sibuk dengan organisasi kampus. Nova tahu suaminya memang sejak masa sekolah selalu aktif ikut organisasi, sampai-sampai terkenal sana sini. Namun, dia tidak menyangka Teija akan tetap melakukannya di kampus.

Untuk ukuran Nova yang banyak bicara dengan Teija, kepribadian perempuan itu jauh berbeda dengan yang ditunjukkan di sekolah dan sekarang ini di kampus. Nova ini seperti memiliki masalah jika berteman. Sifat galaknya di sekolah membuatnya tak disenangi oleh banyak orang. Namun, Nova tak peduli, dia melakukan apa yang dirinya suka saja dan tak membutuhkan banyak teman. Di kampus, sudah pasti dia menjadi mahasiswa kupu-kupu. Tidak mau susah-susah berkenalan dengan orang baru. Jika dikatakan dirinya cupu, Nova tak masalah sama sekali. Yang terpenting adalah dirinya tidak memiliki masalah dalam menangkap materi di kelas.

Menunggu kelas lanjutan, Nova tidak bisa pulang pergi. Dia hanya akan menyusahkan diri, jadi akhirnya memilih membeli makanan ringan dan minuman di kantin. Lagi-lagi sendirian tak membuatnya bermasalah sama sekali.

"Akhirnya gue ketemu sama lo!"

Nova tidak salah mengenali suara seseorang yang menyapanya tanpa canggung itu. Niki! Dari mana datangnya teman sekelasnya ini?

"Niki? Lo ngapain di sini?" sahut Nova.

"Kuliah jugalah! Setelah hampir sebulan kuliah, akhirnya ketemu juga sama lo, Nov."

Nova buru-buru menggelengkan kepala. Jika Niki bersyukur bertemu Nova, maka berbeda dengan perempuan itu.

"Akhirnya, akhirnya! Gue nggak suka ada kata akhirnya yang keluar dari mulut lo, ya!!"

Bukannya menyingkir dan ngeri mendapatkan omelan dari Nova, lelaki itu malah mengambil tempat duduk di hadapan Nova. Beberapa orang menatap ke arah mereka, dan Nova tak tahu kenapa. Tebakannya, orang lain menatap mereka berdua karena Nova sibuk mengomel sedangkan Niki cengar cengir begitu santainya.

"Lo nggak berubah, ya, Nov. Kalo liat gue bawaannya pengen marah melulu. Tapi nggak apa-apa, gue tetep suka."

Niki mencomot makanan ringan Nova setelah mengatakan kalimat yang tak jelas tujuannya apa. Nova benar-benar tidak nyaman dengan kondisi seperti ini. Instingnya mengatakan untuk segera berlari, tapi mau ke mana? Jika Niki malah mengekori, yang ada malah Nova semakin malu.

"Makan, dong! Kok, lo malah jadi ngeliatin gue begitu?"

Nova menyipitkan matanya dengan penuh keheranan. Dia harus segera menghindari Niki yang tampaknya semakin jelas menyampaikan isi hatinya.

"Gue nggak mau makan apa yang udah lo makan. Nafsu makan gue langsung ilang!"

Ucapan tersebut harusnya mengejutkan bagi yang mendengar, tapi jika yang mendengar adalah Niki, maka berbeda jalan cerita.

"Gue nggak masalah lo mau marah sampe gimana. Yang penting sekarang gue bisa ketemu lo tanpa ada gangguan dari tetangga lo itu."

"Maksud lo Teija?"

Niki mengendikkan bahunya tak peduli. Dia kembali mengambil makanan Nova dan kali ini meminum es milik perempuan itu dari gelasnya. Sungguh Nova menatap dengan jijik pada teman SMA nya itu.

"Lo di ilkom, kan? Gue lihat papan nama lo waktu masa orientasi, lucu juga lo pake begituan. Pas SMA malah keliatan culun, tapi kemaren lo keliatan manis."

Nova semakin menggelengkan kepalanya tak percaya. Dia yakin Niki sedang tak waras sampai mengatakan pujian tak jelas semacam ini.

"Nanti pulang bareng—"

"Niki!! Dicariin sama kakak lo!"

Niki tampak berdecak tak suka karena gangguan tersebut.

"Eh, siapa, nih, Nik? Cewek lo?" tanya lelaki yang tak Nova ketahui siapa namanya.

Niki langsung berdiri dan mendorong dada lelaki tersebut.

"Nov, gue cabut duluan. Besok gue bakalan temuin lo lagi."

Nova tak membalasnya sama sekali. Biarkan saja Niki sibuk mencari, ujungnya tak akan menemukan Nova. Sebab Nova besok tak ada kelas. Sekarang, Nova hanya bingung memikirkan bagaimana caranya di hari-hari berikutnya tak bertemu dengan Niki.

The Baby's Contract✓Where stories live. Discover now