xxii. Pemuda coklat

5 1 0
                                    

" Coklat itu rasanya manis, begitu juga dengan gula. Sementara manusia terlihat seperti kopi. Mereka sebenarnya pahit, tapi jika ada maunya, gula sebesar gunung saja akan mereka larutkan "





© ~ ~ ~ ~ ~ ©

" Wah Heejin, kok gue baru tau ya kalo elo sepopuler itu. Ada apa ? Mereka semua penggemar elo ? Serius, dengan semua coklat ini ??" todong Wooyoung tepat berdiri ditengah pintu kamar sepupunya.

" Elo habis ngerayu siapa ? Si Mingi ? Atau bocah basket itu ?? Katakan apa yang terjadi diantara kalian..!  Kim Heejin jangan diem saja..,"

Heejin berdecak lirih. Melirik sang sepupu dengan tatapan malas. " Wooyoung please...., kau tau kan ini sudah jam berapa ? Berhenti dan cepat pergi tidur ! " rengek Heejin sudah muak mendengar omelan Wooyoung yang sudah berlangsung cukup lama.

Asal kalian tau saja, sejak pulang sekolah, Wooyoung tak henti-hentinya menanyai Heejin pasal kejadian yang terjadi di sekolah. Dia terus mengikuti kemanapun gadis itu pergi. Melontarkan semua kalimat yang ada dipikirannya sekaligus.

" Heejin apa elo menandatangi suatu kontrak dengan Mingi ?"

" Kau dekat dengannya, ya ?"

" Eh..., yang gue dengar dari orang-orang, elo sering ke loker Mingi. Mau ngapain ? Menyatakan perasaan elo sama bocah itu ?"

" Yah...! Jieun pasti sedih kalo elo suka sama Mingi. Dia pasti merajuk nanti "

" Oh Heejin atau jangan-jangan Mingi suka sama elo tapi elo nolak dia ??"

" YAKH KIM HEEJIN....! Jangan bilang si rambut merah itu pacar elo yang sesungguhnya !"

Wooyoung emang secerewet itu kawan-kawan. Heejin yang notabene-nya sebagai sepupu saja kadang masih suka heran dengan kelakuannya. Mulutnya ituloh, nggak bisa direm barang semenit saja.

Dan kalaupun bisa dihentikan itupun harus dipaksa. Tidak boleh dengan kalimat yang sama tinggi, tapi dengan intonasi dan pilihan kata yang lebih lembut.

Kalau tidak, pemuda itu akan merengek. Lalu bertingkah lebih parah lagi - seperti berbicara lebih cerewet lagi-.

" Oh ayolah Heejin gue tanya baik-baik loh ! Jawab atau gue bakal tidur dikamar elo malam ini !!" ancam Wooyoung masih kekeh. Kedua bola matanya kompak melotot.

Mendengar ancaman itu Heejin seketika membalasnya dengan hal serupa. Ia menaruh kedua tangannya ke pinggang sebagai upaya kalau dirinya tak bisa di intimidasi semudah itu. Namun yang namanya Wooyoung juga tak akan semudah itu ditaklukkan. Pemuda itu justru semakin gencar mengancam Heejin. Mengatakan akan menelepon sang ibu dan mengadukannya sedetail mungkin.

" Kita lihat saja, my mom pasti bakal terkejut jika keponakan kebanggaan dia menyia-nyiakan kesempatan untuk bersekolah dan lebih memilih  berpacaran ketimbang belajar. Elo tau kan seheboh apa nyokap gue kalo menyangkut soal- "

" Ok,ok... aku bakal jawab, jadi diamlah ! " Sela Heejin lalu menghela nafas. " Tapi sebelum itu tak bisakah kau menyingkir dari pintu ? Kau menghalangi jalanku, Wooyoung "

" Oh benarkah ?" balas pemuda itu berucap dengan nada terkejut. Tak butuh waktu lama ia segera menyingkir. Membiarkan sang sepupu keluar. " Jadi, ada hubungan apa elo sama Mingi ataupun Hongjong ?"

Wooyoung terus mengikuti kemanapun Heejin pergi. Kali ini dia dibawa oleh gadis itu ke dapur. Heejin mengambil segelas air di kulkas kemudian meneguknya sampai habis. Sedangkan Wooyoung dibiarkan diam begitu saja.

" Hanya.....kenalan mungkin, " jawab Heejin sedikit ragu. Satu buah senyum tipis nan canggung tersaji di bibir manisnya.

Mendengar jawaban yang sama sekali tak Wooyoung sangka membuat pemuda itu lantas mengeryit kebingungan. Ia memiringkan kepalanya ke kiri beberapa centi.

°°~Guardian Spirit Mission : Gemini Shadow~°°{Ateez}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang