xvii. Bayangan Yang Tidak Dianggap

7 2 0
                                    

* Hehe maaf telat updet 🤭



" Manusia.... bagaimana bisa mereka menyayangi serta membenci seseorang disaat bersamaan ? Mereka menakutkan. Memasang banyak topeng diwajahnya "


© ~ ~ ~ ~ ~ ©


Hujan itu anugerah semesta. Tiap tetesannya sudah melewati ribuan perjuangan sebelum tiba ke bumi. Mereka semua pejuang. Dari bumi lalu terbang tinggi ke langit namun dijatuhkan kembali dengan kecepatan tinggi.

Tak banyak dari umat manusia yang mencintai hujan. Mereka biasanya  membenci kedatangan hujan yang tiba-tiba. Membasahi semua yang dia hinggapi. Mengikis bebatuan sedikit demi sedikit. Dan menghancurkan semua rencana yang sudah dibuat sedemikian rupa.

Hujan itu sifatnya basah. Semua manusia tau itu. Maka dari itu mereka akan meneduh terlebih dahulu jika rintik air langit itu datang.

Hujan merupakan anugrah bagi sebagian orang tapi hujan juga merupakan bencana bagi beberapa orang lainnya. Air langit tersebut kadang ditunggu-tunggu kehadirannya, tapi kadang-kadang juga dibenci kehadirannya.

" Hujan ini kapan berhentinya ?? Gue  harus segera pulang " gerutu Jieun yang saat ini tengah berteduh di halte bus bersama teman karibnya, Heejin. Tangan kanannya diulurkan ke depan.

" Seharusnya tadi gue membawa payung atau menerima tawaran Mark saja. Maka gue nggak akan terjebak lama ditempat ini !" lanjut gadis Han itu.

" Sepertinya hujan ini akan lama Jieun, coba lihat ke selatan ! Awannya sangat hitam !" tunjuk Heejin. Gadis itu melihat ponselnya untuk mengecek prakiraan cuaca. Ia menghela nafas pasrah setelah itu.

Dengan tatapan sendu, Heejin memberitahu tentang prakiraan cuaca yang baru saja ia lihat. " Dan benar, ini akan berlangsung hingga malam nanti. Sebaiknya kita pesan taksi saja daripada menunggu bus. Kau mau aku pesankan atau memesan sendiri ??"

" Tidak, tidak, " tolak Jieun cepat. " Taksi itu mahal Heejin. Jangan pesan !"

Heejin mengerutkan alisnya bingung. " Lah terus kita pulang naik apa ? Nunggu bus datang ??"

Jieun tersenyum renyah pada teman masa kecilnya tersebut. Dia menepuk pundak Heejin dan membersihkan beberapa debu disana.

" Gue bakal nunjukin kekuatan gue ke elo. Kebesaran nama Jieun dipertaruhkan disini " ungkap gadis Han itu.

Jujur deh, Heejin sebenarnya tak tau apa yang Jieun maksud. Terlalu rumit mencocok-logikan antara pulang dan nama besar Jieun di sekolah. Keduanya terlalu random untuk dicari kesamaannya.

Sebelum Heejin tambah bingung, Jieun sang teman dengan segala pengertiannya menunjukkan maksud omongannya tadi. Dia mengarahkan pandangan Heejin untuk segera beralih ke arah gerbang sekolah mereka.

Tepat dari gerbang tersebut, ada sebuah mobil keluar dari gerbang dengan kecepatan rendah berjalan menuju halte bus yang dua gadis itu tinggali.

" Jadi ini....., ?" tanya Heejin melirik tajam mobil yang masih melaju menghampiri. " Siapa lagi Jieun ??"

Jieun menunjukkan tawa renyahnya kala sang karib menatapnya bingung. " Hehe...dia tuh Soobin, anak baru yang bapaknya jadi duta di Jepang. Kemarin nawarin tumpangan ke gue, tapi gue tolak. Berhubung sekarang kita lagi butuh banget tumpangan, jadi gue kabari dia buat dateng " tutur gadis tersebut.

" Yok pulang..!" ajak Jieun begitu mobil yang Soobin kendarai datang.

Soobin sendiri telah melambaikan tangannya mengajak kedua gadis itu untuk segera masuk ke dalam. Atau mungkin hanya Jieun saja. Sebab pemuda tersebut cuma manggil nama Jieun.

°°~Guardian Spirit Mission : Gemini Shadow~°°{Ateez}Where stories live. Discover now