Diraihnya sebuah benda asing berwarna hitam yang tak ikut pecah meskipun vas sudah hancur, "Sephia.."

"Kamera," gumamnya, kedua pandangan mereka beradu seperti mempunyai fikiran sama.

"Siapa yang kasih ini?"

Deret masalah beberapa hari itu sungguh membuatnya frustasi, Sephia membulatkan matanya tak percaya atas apa yang sedang terjadi.

"Musa."

"Hah?"

"Ini dari Musa."

Joly melempar dan menginjak kamera itu sejadinya sampai hancur, "ubah kata sandi pintu Lo."

"Pasti Musa udah tahu kalo Lo disini, dia bakal kesini. Ayo Sephia!"

Sephia menuruti perintah sahabatnya, ditekannya satu persatu digit angka itu menciptakan kata sandi baru yang tidak diketahui Musa.

"Lo beresin barang-barang Lo, pulang ke rumah Lo sekarang. Gue antar," ucap Joly setelahnya.

Dan belum sampai disitu kepanikan keduanya, suara dering ponsel Joly ikut andil dalam membuat suasana semakin menegangkan.

"Halo."

"Hah?"

"Apa!"

"Aku kesana sekarang, Ma."

"Kenapa?" tanya Sephia ikut panik akibat raut wajah Joly.

"Randi..Randi ditikam orang!"

"Gue harus kesana, Sephia. Maaf gue gak bisa temenin Lo pulang."

Mereka berpelukan dengan air mata yang sudah rebas dari keduanya, kondisi Randi yang terbilang kritis membuat Joly hilang akal. Ia benar-benar takut kehilangan dia, tapi dia juga mencemaskan sahabatnya.

"Dengerin gue."

"Lo harus cepet pulang ke rumah orang tua Lo ya, dan putusin Musa. Lupain dia!"

Sephia mengangguk-ngangguk dengan cepat, menunjukan bahwa Joly sebaiknya fokus pada Randi saja dan segera berangkat.

****

Suara bel kost itu berulangkali berbunyi tanpa jeda, Sephia yang belum sempat untuk meninggalkan tempat itu merasa takut dan khawatir di dalam sana. Suara ketukan lalu bergema juga, "sayang, aku tahu kamu di dalam."

Sephia mengigit bibir bawahnya, tangannya terlihat gemetar tak tahu harus merespon apa.

"Kenapa kata sandinya diganti?" teriak sebuah suara di luar sana.

"Aku gak bakal melukai kamu, kenapa kamu jadi kayak gini Sephia?" Suaranya terdengar memelan dan putus asa.

"Sephia..."

Sephia melihat Musa dari monitor smart door viewer yang dirancang setiap kamar kost agar pemilik kamar mengetahui siapa tamu dibalik pintu. Namun setelah melihat wajah Musa yang nampak babak belur, membuat dirinya iba. Sekali lagi, apakah ia membuat pilihan yang salah?

Pintu itu terbuka, memperlihatkan Musa yang masih kokoh berdiri dibaliknya. Senyum pria itu merekah, ia tahu Sephia akan luluh jika melihatnya terluka. Musa lalu memeluk tubuh Sephia yang jauh lebih pendek darinya, meredupkan dagunya di bahu Sephia dengan manja dan hangat.

"Aku tahu kamu pasti akan buka pintunya."

"Aku pikir setelah apa yang terjadi tadi malam, semuanya udah berakhir begitu juga dengan kita."

"Maksud kamu?" Kerutan kening Musa terlihat keras.

"Sa, kita udahan ya. Hubungan kita udah gak sehat," ucap Sephia.

Jika Saja Ku Tolak Cintanya [End] BAGIAN IWhere stories live. Discover now