37. Tidak Mungkin Terwujud

0 0 0
                                    

Di pertengahan quarter terakhir permainan, Mario kembali memimpin setelah melakukan dua kali shooting jarak jauh yang menambah skor tiga poin di masing-masing tembakan.

Dan kini, gantian pemuda berkaus hitam tanpa lengan yang melakukan gerakan lay up shoot yang membuatnya mendapat tambahan skor sebanyak dua poin.

Sembari menyeringai tipis, Mario yang saat ini sedang men-dribble bola, berkata, "Nggak sia-sia lo latihan tiap malam di lapangan kompleks. Performa lo boleh juga."

Mikha tak acuh. Dengan gerakan cepat ditambah tubuhnya yang lebih tinggi beberapa sentimeter dari Mario, ia berhasil merebut bola, memasukannya ke ring dari tengah lapangan, dan masuk!

"Yeeeeee!" Sasha bersorak senang. Tak tanggung-tanggung, gadis itu sampai berdiri dan melompat-lompat. Padahal, dia tidak seheboh itu saat kakaknya beberapa kali mencetak three points.

Ekor mata Kina melirik ke gadis berjaket denim itu. Hatinya tidak bisa bohong kalau dia memang cemburu melihat Sasha secara terang-terangan mendukung Mikha. Ralat! Sebenarnya dua-duanya, tapi Kina pun mengakui kalau cewek itu lebih heboh dalam merayakan setiap poin yang dicetak gebetannya. Ugh, menyebalkan!

"Minum dulu biar nggak kepanasan. Takutnya kebakar." Dean mengangsurkan sekaleng soda usai mendapati Kina merengut dengan mata mengarah ke bangku lain.

"Apaan, sih!" Kina memilih mengambil air minum dari mini sling bag-nya.

Suasana di lapangan kian memanas melihat tinggal dua menit sisa waktu pertandingan sementara skor Mikha dan Mario terus kejar-kejaran.

"Lo emang maruk, ya!" desis Mario saat melakukan pivot demi melindungi bola di tangannya.

"For this time, ya!" Detik berikutnya, Mikha berhasil merebut bola dan melakukan lay up shoot yang kembali menambah skor untuknya.

Mario meradang. Bak orang kesetanan ia mengambil alih bola, men-dribble, dan melemparnya dari jarak jauh yang sayangnya meleset.

Mikha kembali menguasai bola dengan Mario yang menghadang dan berusaha merebut si oranye.

"Lo boleh kelihatan hebat dan kuat di depan orang-orang, tapi di depan gue, lo nggak lebih dari seorang pembunuh yang berlindung di balik topeng sok tenang lo itu," ucap Mario disusul seringai di sudut bibirnya.

"Apa yang menimpa Om Yudhi di luar kendali gue. Kalau gue tahu, gue juga nggak mau itu terjadi. Lo nggak lupa, kan, kalau gue juga deket sama beliau."

"Ya, dan gue juga nggak lupa kalau dari dulu lo udah pinter cari perhatian ke siapa aja, termasuk bokap gue."

"Dan sekali lagi, itu di luar kehendak gue karena gue sama sekali nggak berniat buat jadi orang yang kayak ada dipikiran lo!" Mikha berlari zig-zag, kemudian memasukkan bola ke ring. Pemuda itu merasa semangat dalam dirinya menjadi berkali-kali lipat setelah berhasil mengucapkan kalimat yang sejak dulu hanya mampu ia utarakan di depan cermin.

Mikha benar-benar tak memberikan kesempatan. Bahkan di detik-detik terakhir pertandingan sampai akhirnya Ganesh meniup peluit panjang yang menandakan permainan selesai.

Senyum Kina merekah dan tanpa sadar sudah berdiri melihat Mikha keluar sebagai pemenang. Gadis itu baru tersadar dengan tingkahnya ketika teman-temannya berdeham dengan nada menggoda.

"Emmm ... ehm ... ehm!"

Kina mengusap tengkuknya sambil merutuk dalam hati akibat dirinya yang tidak terkendali.

"Udah berdiri, kok, cuma diam? Jangan mau kalah, dong, sama yang itu." Lagi-lagi Dean yang menggoda terang-terangan. Cowok itu menunjuk Sasha yang kegirangan sambil menyerukan nama Mikha lengkap dengan berbagai macam pujian.

The Rain and I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang