36. Status

25 6 1
                                    

"It's been a long time since the last time I played basketball."

Cuitan Mikha di Twitter tiga puluh menit yang lalu sukses membuat kerutan di kening Kina. Mikha? Basket? Sejak kapan? Pertanyaan bertubi-tubi muncul di hati gadis yang tengah duduk di teras usai menyiangi rumput yang tumbuh di bebatuan serta memotong daun kering pada tanaman hias.

Kina sama sekali tidak tahu jika Mikha gemar bermain basket atau mungkin cowok itu malah bergabung di klub basket di luar sekolah.

Dan, pada kenyataannya, tidak hanya Kina yang kaget, Dean yang baru bangun dan langsung membuka Twitter untuk melihat mutualnya saling mengejek gara-gara pertandingan bola dini hari tadi pun dibuat terbelalak.

Segera ia beralih membuka aplikasi perpesanan guna mengirim pesan kepada Mikha. "Lo basket?"

Tak kunjung dibaca, Dean mengirim pesan di grup yang berisi dia, Jevon, Caesar, dan Mikha. "Mikhacu, basket di mana lo? Berani lo nggak ngajak gue, hah?"

Mikhacu, begitu Dean dulu suka meledek saat Mikha baru saja pindah ke sekolahnya. Siapa sangka, dari ejekan itu, Mikha yang awalnya selalu merengut perlahan mau tersenyum, kemudian tertawa, dan akhirnya mereka akrab sampai sekarang.

"Serius lo?" balas Jevon.

"Cek IG story-nya Mario."

Ketikan Caesar membuat Dean dan Jevon segera meluncur ke Instagram.

"Can't wait to see the loser lose."

Status berlatar lapangan basket indoor yang dulu sering mereka sewa itu cukup menjadi petunjuk bagi Dean. "Gue tahu kalian nggak lebih pintar dari gue, tapi gue harap kalian paham korelasi twit-nya Mikha sama statusnya Mario," tulis cowok itu menyelipkan kenarsisan.

"Anjing!" Selang beberapa detik balasan Jevon terpampang di layar, sedangkan Caesar hanya mengirim emoji tangan yang mengacungkan jari tengah.

Dean mengirim emoji tertawa yang selanjutnya diikuti pesan, "Mau nonton nggak?"

"Apa tidak sebaiknya kita taruhan dulu, Kawan?" Caesar yang masih kesal karena klub bola kesayangannya kalah melampiaskannya dengan cara lain.

"Punya temen nggak ada yang waras." Jevon masih masih melanjutkan mengetik, "Kasih tahu ceweknya nggak, nih? Kayaknya bakalan tambah seru, deh."

"Emang ada?" Dean mendadak lemot.

"Kina belum sah juga sampai sekarang?" Agaknya obrolan berubah menjadi acara menggosip.

"Dia, mah, calon gue." Secepat kilat Dean membalas pertanyaan Jevon.

Dan mungkin, jika Caesar tidak ngegas percakapan itu tidak akan selesai, "Stop, anjir! Buruan ke TKP! Takutnya ada baku hantam juga."

"Kina gimana?" Dean kembali membahas sesuatu yang sempat terpotong.

"KABARIN, LAH! PAKE NANYA LAGI!"

Di kamarnya, Dean tertawa kencang. Tanpa melihat, dia sudah tahu semarah apa Jevon sekarang. "Gue nggak punya nomornya," tulisnya begitu tawanya reda.

"Ivanna kayaknya punya. Bentar gue tanyain."

***

Kina baru selesai mandi dan mau menonton series ketika ponselnya berdering dan menampilkan nama Ivanna. Ia sempat heran, tumben sekali temannya itu menelepon.

"Halo, Kina. Lo ada acara nggak hari ini?" tanya Ivanna begitu sambungan terhubung.

"Nggak. Ada apa, Iv?"

"Gue nggak tahu, sih, lo udah tahu atau belum, tapi Mikha sama Mario kayaknya mau tanding basket. Gue sama anak-anak mau nonton. Lo mau ikut nggak?"

Sontak saja Kina menyeletuk, "Serius? Kok, bisa?"

The Rain and I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang