the Castle

56

Ibu Kota terasa asing bagi Aesbral. Bukan karena ia tidak pernah atau begitu jarang mengunjungi tempat ini, tetapi karena kekuatan magisnya yang terasa memudar. Di atas, jauh di sana, barrier transparan menjadi langit-langit baru Ibu Kota. Aliran sihir nampak begitu jelas dengan kemilaunya yang seakan menyerap seluruh energi sihir daerah yang dinaunginya.

Aesbral sudah dengar itu, barrier yang mulai dibangun tiga hari lalu pada setiap kota di seluruh negeri untuk menghalangi energi asing masuk dan mencegah menghilangnya orang-orang oleh portal-portal antardimensi yang tak terlihat. Energi yang dibutuhkan sangat besar sehingga seluruh rakyat diwajibkan mengambil bagian. Aesbral tak melihat prosesnya, tetapi ia mendengar pada saat itu semua orang keluar dari rumah mereka, menghadap langit, dan menyerahkan energi sihir mereka. Bahkan Raja dan Ratu, suatu kontribusi paling besar yang tanpa keduanya, barrier sekuat ini tak akan terbentuk.

Selama tiga hari itulah Ibu Kota, bahkan seluruh kota di negeri itu kehilangan daya magisnya. Seperti bintang yang kehilangan cahayanya. Tetapi selama tiga hari itu pula, seluruh negeri merasakan kelegaan luar biasa karena tak ada lagi orang yang hilang, tak ada lagi bongkahan-bongkahan batu raksasa yang secara misterius jatuh dari langit yang tak berujung, dan tak ada lagi gempuran sihir yang menghujami langit mereka di tengah malam secara tiba-tiba.

Aesbral menunggangi kuda hitam menyusuri jalan utama sejak memasuki barrier dan menginjakkan kaki di Ibu Kota karena berteleportasi menjadi tidak memungkinkan di dalam barrier. Ia mulanya menjalankan kuda dengan pelan, memperhatikan lalu lalang penduduk yang sama sekali tanpa sihir. Sampai perlahan setiap pasang mata di pinggir jalan, bahkan di teras-teras rumah dan emperan toko terarah padanya. Tatapan-tatapan itu penasaran pada sosok yang masih memiliki aura sihir yang pekat di tengah negeri magis yang telah hampa. Barangkali langsung mengetahui bahwa Aesbral berasal dari satu-satunya daerah di negeri penyihir yang tidak dinaungi barrier.

Pegunungan Suci Orznt hampir terlalu magis untuk dijamah kekacauan antardimensi-untuk saat ini. Tetapi tak semua orang mampu untuk tinggal di sana kecuali penduduk asli. Alamnya yang adalah sihir itu sendiri akan sulit bahkan bagi penyihir biasa untuk bertahan lama di sana. Keluarga kerajaan tentu juga pengecualian. Raja dan ratu dinobatkan dalam suatu ritual khusus yang melibatkan persekutuan Sang Alam, menjadikan mereka dan keturunannya hingga tingkatan ketiga-untuk beberapa kasus sampai keturunan keempat-akan diterima di mana pun mereka berada oleh alam.

Tak nyaman dipandang sedemikian rupa oleh banyaknya orang, Aesbral menjalankan kuda lebih cepat. Tetapi pemandangan daerah yang dilewatinya tak dapat ia abaikan. Beberapa rumah runtuh, ada yang hangus terbakar, ada yang ditimpa bongkahan batu raksasa, bahkan ada yang meleleh hangus seperti dihujani asam. Pegunungan Suci Orznt pernah dijatuhi beberapa bongkahan batu raksasa, yang untungnya dapat mereka atasi tanpa melukai penduduk. Namun Ibu Kota setengah hancur. Dan jika situasinya seburuk ini, kota-kota lain mungkin telah porak poranda.

Memang masih lebih banyak bangunan-bangunan yang berdiri tegak tanpa terpengaruh kekacauan, tetapi tak akan sulit untuk menemukan satu bangunan yang hancur total dalam sepuluh langkah.

Aesbral memacu kudanya lebih cepat. Melewati pemukiman, pasar rakyat yang selalu ramai, daerah pertokoan dan restoran elit yang dipenuhi orang-orang berbusana elok, tugu peringatan, kediaman bangsawan, bundaran kota, hingga sebuah bangunan yang Aesbral ingat merupakan tempat serba guna kini pada halamannya ditancapkan plang bertuliskan, PENGUNGSIAN.

Tak jauh di depan sana, sebuah bangunan megah yang tampak mencolok berdiri selayaknya penguasa. Bendera-bendera berkibar di puncak-puncak menara, menandakan identitas yang kokoh. Gerbangnya yang lebar dan menjulang tinggi terlihat begitu teguh dan elegan. Istana Orznt adalah satu-satunya yang tidak banyak berubah dari ingatan Aesbral. Menjadi satu-satunya objek yang berkilau, bagai sebuah istana penuh warna di kota yang usang dalam buku cerita anak-anak.