12

2.2K 409 8
                                    

"Apa yang dia lakukan?" Vyradelle beringsut mundur ke belakang Wanita Asap. Mengintip ragu-ragu lantaran ketakutan melihat warna aura aneh yang menguar dari tubuh anak laki-laki itu.

Vyradelle tidak pernah bertemu dengan manusia ataupun penyihir. Dirinya sendiri bukanlah manusia, sebab ia lahir bukan dari seorang ayah dan ibu. Vyradelle lahir dalam kesendirian dan hidup bertemankan Wanita Asap sebagai pengasuhnya. Namun, ia jelas tahu, bahwa aura anak laki-laki itu, bukan hal yang dapat disepelekan.

Di sisi lain, Alec masih mengepalkan tangannya erat-erat. Aura berwarna hitam pekat menyelimuti dirinya, menjelaskan semarah apa dirinya saat itu.

Wanita Asap mendesah. "Menjauh, Vyradelle. Auranya terlalu kuat. Dia akan menyerang dan sebaiknya kau berlindung. Aku mungkin akan memulangkannya saj—"

ZRASH!!

Seketika, sosok Wanita Asap tersentak ke belakang, melebur di udara menjadi tak berbentuk. Vyradelle yang berdiri tepat di belakangnya ikut terhempas hingga menghantam dinding kastel. Tubuh Eliana yang diselimuti asap kehilangan gaya angkat, jatuh ke lantai kastel yang dingin.

Tak sampai di sana, Alec kembali menyerang menggunakan sihir paling kuat yang pernah ia pelajari. Sambil melangkah maju, diangkatnya kedua telapak tangan, menyerang bertubi-tubi.

Namun serangannya terhenti kala si Wanita Asap dengan cepat membentuk dirinya kembali dan membalas serangan Alec lebih kuat, membuat bocah lelaki itu tak mampu bertahan dan jatuh memegangi dadanya yang terasa dihimpit menyakitkan.

Namun, menyerah tak pernah ada dalam diri seorang Alec. Ia kembali bangkit dan balas menyerang. Serangannya lebih kuat dengan sihir yang sama, menghantam Wanita Asap juga Vyradelle. Gadis kecil itu awalnya tengah berusaha bangun sambil merintih menahan sakit, namun serangan telak yang kembali ia terima kali ini sampai merenggut kesadarannya.

Tepat saat wanita asap terbentuk kembali, Alec menerima serangan sihir mematikan. Kali ini tubuhnya terhempas agak jauh. Ia terbatuk darah hingga kesulitan untuk bangkit berdiri. Satu tangannya dijulurkannya, hendak menyerang kembali Wanita Asap namun serangannya meleset. Alih-alih mengenai gumpalan asap itu, sihir Alec tersasar ke arah anak gadis bergaun ungu tua di ujung sana yang sudah tidak sadarkan diri.

Serangan itu disadari sang Wanita Asap. Ia menoleh ke arah si gadis kecil, terdiam sebentar kemudian suaranya terdengar, "Oh, tidak."

Alec yang sadar telah kalah, tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia berusaha sekuat tenaga untuk bangkit dan menghampiri Eliana yang terbaring tanpa kesadaran. Direngkuhnya tubuh sang adik kemudian dengan tertatih-tatih, bangkit berdiri dan membawanya pergi ke ruangan itu kembali.

"Vyradelle... " Suara Wanita Asap terdengar lagi. Ada setitik kecemasan di sana.

Alec berusaha tidak peduli. Ia tetap memacu langkahnya menuju ruangan yang membawanya ke tempat ini. Ruangan di balik pintu batu berukiran rumit yang sama dengan lingkaran di permukaan lantai ruangan itu.

"Tadinya aku ingin membiarkanmu pergi, Bocah Laki-laki Kecil," Wanita Asap berbicara. "Tapi kau melukai Vyradelle-ku."

Alec masih berusaha untuk tidak mempedulikan apapun selain dirinya dan Eliana. Ia tetap berusaha lari menuju ruangan di ujung kastel, sesekali menghindar saat dirasakannya Wanita Asap menyerang ke arahnya menggunakan sihir.

"Kali ini tak akan kubiarkan kalian lolos."

Tepat setelah suara Wanita Asap terdengar, tubrukan sihir kuat mengenai punggung Alec, membuatnya dan Eliana terhempas lagi hingga menubruk dinding kastel tepat di sebelah pintu batu yang ia tuju.

the CastleWhere stories live. Discover now