18

2K 361 29
                                    

Vyradelle mengurung diri di kamar. Jendela yang selalu terbuka kini ditutup. Tak ada penerangan yang menyala, kamar itu begitu gelap dengan hanya sedikit cahaya matahari yang menembus melewati celah jendela yang tertutup.

Kejadian beberapa jam yang lalu membuatnya tak lagi berani bahkan hanya untuk sekadar melangkah keluar kamarnya.

Vyradelle masih ingat, bagaimana ketika sihir itu melingkupi dirinya yang jatuh terjerembab di tanah berumput. Bagaimana tulang-tulangnya terasa remuk oleh sihir pemuda itu.

Tatapannya saja... sudah cukup menjelaskan seberbahaya apa laki-laki itu.

Tepat ketika kastel di hadapannya berubah kembali dalam satu kedipan mata, Vyradelle berlari masuk dan mengunci diri di kamarnya. Takut jika sang pemuda menyusulnya dan menyerangnya lagi.

Wanita Asap benar. Sangat benar. Dunia luar tak pernah aman untuknya.

Semua makhluk itu jahat. Bahkan Vyradelle baru pertama kali bertemu dengan penyihir, namun dirinya langsung terjerumus dalam bahaya.

"Vyradelle, kau ke luar?"

Suara itu membuat Vyradelle tersentak hebat. Dia yang semula memeluk lutut dan menyembunyikan wajahnya di sana, melengos melihat gumpalan asap berwarna putih membentuk tubuh wanita melayang beberapa langkah darinya.

Seketika, kelegaan luar biasa menyerbak memenuhi diri Vyradelle. Pundaknya hingga melemas lantaran sosok yang selama ini menjaganya kembali.

"Aku tak pernah melihatmu sepucat ini." Wanita Asap bersuara lagi, lantas mendekat dan mensejajarkan diri pada Vyradelle.

Vyradelle menggeleng untuk alasan yang tidak ia ketahui. Samar, tubuhnya bergetar ketakutan. "Kau... sudah kembali?"

"Menurutmu?" Wanita Asap memiringkan kepalanya. Ia menegakkan badannya. "Sebenarnya aku ingin menghukummu karena sudah keluar ketika aku melarangmu keras untuk melakukan itu. Tapi, melihatmu seperti ini... mungkin situasi yang kau hadapi di luar sudah menghukummu. Jadi, aku tak perlu memberikan hukuman ganda."

Vyradelle bungkam. Ia kembali menunduk.

"Kupikir aku selalu benar tentang itu," sahut Wanita Asap, lalu tanpa diduga tertawa tenang. "Jadi sudah tahu seberbahaya apa?"

Vyradelle mengangguk patah-patah. "Dia mencoba membunuhku. Bahkan ... aku tidak mengenalnya."

"Sudah kukatakan."

"Aku hanya keluar karena kabut tebal. Lalu saat berbalik melihat kastel, kastel ini berubah, jadi tampak jauh lebih tua dan tidak terawat," cerita Vyradelle tanpa diminta. Namun kata-katanya membuat Wanita Asap terdiam. "Aku bertemu seorang laki-laki. Dia terlihat ... berbahaya. Dia mengejarku jadi aku menyerangnya. Tapi kemudian sihirnya berhasil menangkapku dan itu ... sihir yang amat kuat dan terasa mematikan. Lalu entah bagaimana saat aku berusaha lepas darinya, aku melihat kastil ini lagi. Dan aku langsung berlari kemari, tapi ternyata laki-laki itu tidak mengejar, tak ada juga di depan. Aku ... tak tahu apa yang terjadi."

Wanita Asap masih diam, hingga suara deru nafas tak beraturan Vyradelle menjadi satu-satunya suara yang terdengar di sepenjuru ruangan.

"Aku seharusnya masih lama sebelum kembali," Wanita Asap memulai. "Tapi kemudian aku merasakan dirimu keluar dari kastel. Lalu keberadaanmu menghilang dari radarku. Jadi aku segera kembali, dan setelah ini, aku pun harus pergi kembali. Kau tahu, tadi aku sempat tidak merasakan sama sekali lokasimu."

Ucapan Wanita Asap membuat Vyradelle semakin memucat.

Wanita Asap melanjutkan, "Itu artinya kau sempat berpindah dimensi. Jadi keberadaanmu dari dunia ini... lenyap." Tubuh asap itu kemudian melayang mendekat, merendah hingga tepat berhadapan dengan Vyradelle. "Aku merasakan bekas sihir di tubuhmu. Sihir yang kuat."

the CastleWhere stories live. Discover now