22

1.8K 360 52
                                    

"Yang Mulia, dia di sini."

Seorang pria penyihir berpakaian formal kerajaan berlutut di hadapan takhta.

Ada dua kursi kebesaran di sana, diperuntukkan untuk raja dan ratu yang tengah berkuasa di kerajaan itu. Namun hanya ada seorang wanita dewasa yang duduk di takhta yang seharusnya diduduki raja.

Wanita itu menatap lurus ke depan dengan sorot mata keras yang angkuh. Kuku-kuku di jemari lentiknya serta rambutnya berwarna hitam, begitu pula iris matanya yang pekat. Pakaian hingga riasan yang melekat di tubuhnya hampir seluruhnya juga berwarna hitam.

Dia Quintessa. Satu-satunya penguasa kerajaan penyihir di dimensi Equator. Tidak berniat berkeluarga karena hanya ingin menguasai segalanya seorang diri.

Quintessa tersenyum lebar. Ia mengangkat sedikit dagunya seraya mengibaskan tangan.

"Kalian semua, tinggalkan ruangan ini," titahnya.

Usai mengatakan itu, hanya butuh waktu beberapa detik sampai ruang takhta ini benar-benar kosong, menyisakan Quintessa seorang diri. Hingga segumpalan asap perlahan muncul di hadapannya. Bergerak berkumpul membentuk bentuk tubuh seorang wanita.

Wujud asap yang serupa dengannya.

"Tak terasa dia sudah dewasa. Bagaimana? Kau sudah lama sekali tidak menemuiku. Dua tahun? Tiga tahun?" Quintessa mendengus geli. Namun tawanya perlahan memudar dan lenyap mandapati sosok asap di depannya tidak menjawab. "Kenapa kau diam saja?"

"Memang sejak awal, seharusnya kau lakukan ini sendiri," ungkap Wanita Asap pada akhirnya.

Quintessa mengernyit namun sambil terkekeh aneh. "Bukankah kau sendiri sudah setuju?"

"Delapan belas tahun adalah waktu yang terlalu lama untukku. Kau pasti mengerti."

Mendengar itu, tatapan Quintessa berubah datar. "Itu impas."

"Kau bilang itu impas di saat kau mendapat keuntungan lebih dariku," Wanita Asap membalas. "Kau juga tahu aku benci anak kecil. Delapan belas tahun ini terlalu menyiksa. Aku mulai bosan."

"Kenapa kau baru datang dan langsung memberontak begini? Apa yang kau inginkan hanyalah tubuh!"

"Kau," sahut Wanita Asap cepat, namun suaranya senantiasa terdengar begitu tenang. "Kau yang butuh. Tidak ingat tubuh siapa yang ada di depanku ini? Tubuhmu?"

Quintessa menggeram. Hendak membalas namun Wanita Asap lebih dulu menyela.

"Bukan. Itu tubuhku. Kau mengambilnya, kau tahu itu dengan jelas."

Ucapan Wanita Asap membuat Quintessa tak sadar melepas tawa hina.

"Secara tidak langsung kau mengakui kekalahanmu, bukan?"

Wanita Asap tidak menjawab selama beberapa saat. Ia lantas memilih mengalihkan topik.

"Jadi, kau sudah tidak butuh aku?"

"Oh, aku tidak pernah membutuhkanmu," desis Quintessa. "Kau melakukan ini untuk dirimu sendiri."

"Kau harus tahu. Aku sudah kehilangan tujuanku sejak kau membunuh ayah, ibu, dan kakak laki-lakiku," balas Wanita Asap tenang. "Sejak kau membunuh keluarga kerajaan ini."

Quintessa justru tertawa. "Kau masih memikirkannya. Kupikir perasaanmu sudah mati."

"Tidak." Ucapan Wanita Asap melenyapkan tawa Quintessa. "Kalau kau lupa, aku melakukan ini karena aku ingin tubuhku kembali. Lalu hidup bersama keluargaku seperti dulu."

"Dan kuberikan padamu lebih dari itu."

"Tidak ada lebih dari itu," sahut Wanita Asap. "Kau melanggar janjimu. Aku membesarkannya sesuai keinginanmu, agar kau memberikan kembali tubuhku. Kuberi kau media untuk hidup yang kupersiapkan agar sihirnya yang sejak awal sudah kuat semakin kuat, agar kau pergi lakukan apapun sesukamu dan mengembalikan milikku."

the CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang