41

1.2K 271 18
                                    

"ELIANA!"

Itu adalah kata terakhir yang Eliana dengar dari Alec sore itu di kastel. Ketika cahaya teramat terang yang tak biasa melahapnya bersama rasa sakit luar biasa di sekujur tubuhnya. Dan dia kembali terdampar di kastel Vyradelle.

Lalu, ingatan itu merebak di benaknya. Aneh, perjalanan lintas dimensi tidak pernah semenyakitkan ini. Dan pintu itu seharusnya tidak terbuka, selalu tertutup dan terkunci meski Eliana, Eliano, dan Alec selalu bisa menemukan kuncinya.

Ruangan itu cukup gelap dan sangat hening. Satu-satunya yang terdengar oleh Eliana hanya deru nafasnya yang baru saja terbebas dari sesak.

"Eliana?"

Kemudian, panggilan itu membuat kepalanya menyentak tertoleh. Ketika melihat ke belakang, Alec berdiri tak jauh darinya, dengan tatapan terkejut dan cemas anak lelaki itu menghampiri adiknya yang bersimpuh di lantai.

"Kau kenapa?" tanyanya berlutut di sebelah Eliana.

Tapi Eliana tak langsung menjawab. Ia memilih diam dan mengatur nafas dahulu sampai rasa sakit di badannya berangsur menghilang.

"Tadi sakit sekali," jawabnya pelan. "Sekarang tinggal sedikit."

Alec membantunya berdiri. "Ini aneh. Kau berteleportasi sebelum berdiri di lingkaran sihirnya. Dan aku juga ... langsung berpindah ketika baru melewati pintu."

"Iya..." Eliana mengerjap. Tapi kemudian senyumnya mengembang. Ia berjingkrak seakan hal yang terjadi barusan tidaklah penting. "Yang terutama sekarang aku mau bertemu Vyradelle!"

"El!" Alec langsung menahan lengan Eliana yang hendak kabur hingga tubuh kecil itu linglung sesaat. "Setelah apa yang terjadi kau masih berani ceroboh? Umurmu masih delapan—"

"Dan kau baru sembilan."

"Dengar dulu!" Alec melotot. "Kau mau mati sebelum umur sepuluh?"

"Aku tak mau mati selamanya."

"Karena itu!" Alec mendesis. "Ada hal aneh yang sedang terjadi."

"Kau sudah mengatakannya dua kali."

"Kalau begitu harusnya kau mengerti seberbahaya apa," Alec membalas semakin tajam.

Itu membuat Eliana terdiam selama beberapa saat. Wajahnya merengut, namun berubah ketika tersadar satu hal.

"Menurutmu ada hal berbahaya?" Ia bertanya pada Alec.

"Mungkin."

"Kalau begitu Vyradelle juga dalam bahaya?"

Alec menegak. Ia mengernyit makin dalam. "Mung...kin?"

"Wah! Kita harus menyelamatkannya!" Sekarang Eliana bergerak panik.

Ia melepaskan diri dari Alec secepat mungkin dan langsung berlari ke luar ruangan. Alec hendak memarahi namun terhenti ketika pintu yang terbuka menampilkan sosok anak perempuan di baliknya.

"Kalian ... sudah datang?"

Vyradelle berdiri di sana, nampak terkejut dengan sepasang netra amber yang melebar sedikit. Pembawaannya tenang tapi sorot matanya berbinar senang—selalu begitu setiap Eliana, Eliano, atau Alec datang. Perlahan, senyum di bibir tipisnya terbit.

"Halo."

***

"Begitulah, jadi Eliano tidak datang karena katanya harus mengerjakan tugas sekolah bersama sepupu kami," Eliana berucap mengakhiri ceritanya dengan wajah murung. Namun, sedetik kemudian senyumnya mengembang lagi. Ia merogoh saku gaunnya—yang kebetulan punya saku. "Aku bawa gula beku rasa buah. Kau pasti suka."

the CastleWhere stories live. Discover now