Tatapan elok berbinar yang ditunjukan Sephia terlihat begitu sakti mampu membuat ucapan terimakasih terasa lebih dalam.

"Kalo gitu Lo baik-baik juga sama Musa." Randi ikut memperingati.

Setelahnya terdengar bunyi beberapa kali gebrakan, karena seseorang membuka lalu menutup pintu dengan kasar. Reflek keduanya mengernyit bersamaan lalu menoleh untuk menunggu siapa yang hadir setelah suara kerusuhan itu.

"Kak Randi!! ada Kak Musa ya!!"

Suara lembut, namun bernada tinggi itu memperlihatkan kehadiran seorang remaja sangat cantik berwajah timur tengah. Rambutnya yang ikal kecoklatan senada dengan warna bola matanya, juga senyum cerah yang mampu menghidupkan suasana ruangan itu.

"Gue liat ada motornya di depan, Kak Musa nya mana?" tanyanya lagi sembari duduk di sebelah Randi tanpa mengindahkan kehadiran Sephia.

"Beli makan."

"Gue tunggu di depan ah," gumamnya manja, lalu berjalan ke depan rumah sambil sedikit melompat tanda kebahagiaan.

"Siapa?" tunjuk Sephia saat gadis tadi sudah tak terlihat.

"Sabai, mantannya Musa."

"Hah?" alis Sephia sedikit terangkat karena kaget.

"Kenapa cantik ya? blasteran Lebanon dia."

Sephia hanya menunjukan wajah suramnya, bagaimana mungkin ia bisa dibandingkan dengan gadis bernama Sabai itu yang meskipun dilihat dari sisi manapun ia akan kalah.

"Mantannya Candra juga loh."

"Hah?" sekali lagi ungkapan Randi membuat ia terbelalak.

"Hah hoh hah hoh aja Lo," tawa Randi meledak mengitari ruangan.

"Lo bohongin gue ya!"

"Beneran Phia. Lo tanya aja sama Musa nanti."

Sephia membuang nafasnya penuh beban, ini memang bukan ajang kompetisi kecantikan. Tapi tetap saja. Bagi wanita, mantan itu merupakan hal yang sangat sensitif apalagi mantannya secantik Sabai.

"Jangan-jangan Musa sama Candra musuhan_"

"Bukan, tenang aja. Musa gak secinta itu sama Sabai sehingga dia rela menjual persahabatan." Randi memotong kalimat Sephia yang ia tahu arahnya akan kemana.

"Maksudnya gak secinta itu?"

"Sampai kapan pun, di mata Musa. Sabai akan selalu dianggap adiknya, dia duluan yang ngejar-ngejar Musa. Nembak berulangkali sambil nangis-nangis, akhirnya Musa Nerima cinta Sabai, itu juga karena dia merengek di depan umum. Intinya Lo tenang aja," jawab Randi meraih kembali ponselnya saat ada chat masuk.

"Terus Kak Candra?"

"Pas Musa dan Sabai pacaran cuma sebulanan, mungkin si Sabai jenuh sama sikap Musa yang super dingin. Eh datanglah Candra dengan sikap hangatnya, ya kecantol deh tuh bocah. Bukannya marah, Musa malah seneng kalo Sabai direbut Candra. "

"Mungkin itu sebabnya dia sensi juga sama Candra, karena takut dia rebut Lo dari tangannya lagi."

"Iya sih, Kak Candra orangnya act of service banget. Hangat juga," gumam Sephia menerawang jauh pada momen disaat dirinya masih dekat dengan Candra.

"Siapa yang hangat?" Musa menyambar sambil memperlihatkan Sabai yang sudah menggandeng tangan kirinya.

"Beli apa?" Sephia mengganti topik.

Musa dan Sabai lalu duduk bersebelahan di hadapan Sephia yang sudah meraih kantung plastik berisikan berbagai makanan yang dibeli Musa.

"Sabai, ini pacarnya Musa. Sephia." Randi membantu mengalihkan topik.

"Oh hai, Kak. Gue Sabai, mantannya Kak Musa." Uluran tangan Sabai yang langsung diraih Sephia tanda perkenalan.

"Liat ya, Sabai. Sekarang gue udah punya pacar, gak usah ganjen lagi sama gue." Musa menarik tangannya Yang sedari tadi tak gadis itu lepas.

"Kak Sephianya juga biasa aja," sindir Sabai.

Sementara Sephia tersenyum canggung, entah apa yang harus ia lakukan dalam situasi ini.

"Randi udah cerita banyak tentang Lo kok," ucap Sephia yang mendapatkan tatapan tajam dari Musa, "Lo gak takut gue direbut?"

"Aku gak bisa menahan apapun yang emang gak mau bertahan."

Suara tepuk tangan Randi menyapu suasana kecanggungan, "denger tuh Sabai, pacarnya Musa keren kan?"

"Pasti Kak Sephia nembak Kak Musa juga dengan cara yang keren ya?" tanya Sabai.

"Gue yang ngejar duluan," sanggah Musa.

"Ceritain, Sa. Sesusah apa deketin Sephia," ujar Randi mengompori.

"Kakak ngejar duluan?!" raut wajah Sabai menjadi kusam.

"Iya, gue sampe belajar sulap buat deketin dia." Musa terkekeh saat mengingat proses ia belajar sulap.

"Lo belajar sulap?" Randi yang sama kagetnya dengan Sabai.

"Terus Kak Sephia kenapa Nerima cinta Kak Musa?"

Kini semua tatapan ketiga orang Disana bersumbu pada orang yang sama, Sephia menyilangkan kakinya dengan santai, "Musa menjanjikan perlindungan buat gue."

Sesekali mata keduanya beradu, binar mata Musa seperti mengharapkan sebuah kalimat indah sebagai jawaban dari pertanyaan Sabai.

"Sebelumnya gue gak pernah merasa dilindungi, bahkan sama keluarga gue sendiri. Tapi saat ketemu Musa, gue ngerasa aman. Disaat semua laki-laki mengharapkan posisi pangeran pada pasangannya, dia hanya berharap menjadi prajurit buat gue. Dan itu udah cukup buat gue tahu kalo dia sayang sama gue," jawab Sephia sambil matanya melihat kearah Musa dengan tulus, terlihat juga seulas senyum sangat tipis membentuk di bibir Musa.

"Gue hampir meneteskan air mata," ucap Randi menggesek matanya yang berair.

"Kak Sephia tenang aja, gue gak bakal bisa rebut Kak Musa kok." Sabai mengusap tangan Sephia.

"Iya, gue tahu."

"Lo ga mau ngomong apapun, Sa?" Randi menyenggol pelan.

"Gue cinta sama Lo, Sephia."




Terimakasih sudah membaca JSKTC sampe chapter ini, tinggalkan pendapat kalian tentang chapter ini ya. Diwajibkan juga follow akun ku, dan share juga ke orng2 terdekat kalian.
Ig : Acha.nuralbi

Jika Saja Ku Tolak Cintanya [End] BAGIAN IWhere stories live. Discover now