● Malam Bersamanya ●

949 132 32
                                    

Sesuai dengan jadwal, latihan malam tetap diadakan. Dimata beberapa murid, Letnan Lee terlihat seperti seseorang yang tak punya hati. Baru saja siang tadi, mereka mengalahi hal yang mengejutkan karena diserang monster bola. Tapi malamnya, tanpa ampun mereka kembali di gembleng.

Tanpa ada pengecualian, Letnan Lee terus meneriaki siswa untuk berlari lebih cepat. Beberapa dari mereka mulai terlihat kelelahan, bahkan harus jalan dengan kaki terseok-seok

"LARI!!!"

So Yeon tak dapat membendung amarahnya, kepada monster bola yang dianggap telah merubah hidupnya. Dia memukul ban dengan keras, hingga tangannya merah.

"Lari jika ingin bertahan hidup!!!" Letnan Lee kembali berseru kepada murid.

"Tidak ada yang akan melindungi kalian!!! Jangan membebani orang lain!!!" Suara Letnan Lee bersautan dengan suara tangis dan teriakan amarah dari beberapa siswa. Mereka seolah tak sanggup lagi menjalani semuanya.

So Yeon dan Yoo Jung berhasi melewati jeruji besi, namun sang ketua kelas merasa kakinya begitu lemas. "Aku ingin berhenti." Gumamnya dengan suara parau, dan masih merangkak.

"Yoo Jung-ah, pegang tangan ku."

Belum sempat gadis berkaca mata itu menggenggam tangan So Yeon, secara tiba-tiba Letnan Lee telah berada di dekatnya. Dia menarik tubuh Yoo Jung yang kadung lemas, agar bisa berdiri lalu mendorong gadis itu. "Tamtama, larilah!!!" Seru Letnan Lee.

"Larilah jika ingin bertahan hidup!!!" Kali ini Letnan Lee membentak Yoo Jung, membuat gadis itu menangis terisak. Para siswa sejenak terdiam dengan wajah yang berantakan.

"Aku tidak bisa...hiks.." Yoo Jung bergumam. Lalu dia menghadap ke arah Letnan Lee. "Komandan, aku tidak bisa." Dengan isak tangis, seraya duduk terlemas, dengan tatapan memohon.

Letnan Lee seketika berdiri mematung. Ia mengerti bagaimana keadaan mental para siswa saat ini. Tapi di sisi lain memikirkan tentang monster bola, membuat Letnan Lee mengenyampingkan perasaan iba. Manik So Yeon dan Letnan Lee bertemu, saling bertatap. Mata gadis yang kini memiliki genangan air mata tertahan, membuat Letnan Lee makin mematung.

...

Setelah hampir 2 jam berlatih, akhirnya mereka bisa istirahat. Semuanya terlihat kelelahan, dengan wajah kusut.

"Ini semua tidak masuk akal! Bagaimana kita mengikuti pelatihan gila ini dan CSAT di akhir tahun?" Soo Yoon berdecak kesal lalu melemparkan senapannya ke tanah.

"Kita terlalu naif seperti orang bodoh." Timpal Jun Hee dengan tatapan lelah.

"Komandan pleton senang menyiksa kita. Ku kira dia orang baik." Bo Ra ikut berkomentar dengan nafas terengah.

"Tch! Dari awal aku sudah tau bahwa pria itu memang sok berkuasa! Apakah dia tidak punya hati? Park Ssaem dan anak buahnya baru saja tewas, tapi dia terlihat biasa saja!" Jun Hee kembali berceletuk.

Perkataan Jun Hee tentu menarik perhatian So Yeon, yang sedari tadi hanya diam mendengarkan teman-temannya mengeluh. "Yak! Apa kau tau isi hati seseorang? Mungkin saja di belakang kita dia juga terluka." Bantah So Yeon, membela calon suaminya.

"Lalu kenapa dia menyiksa kita seperti sekarang? Hikss.. Seharusnya dia membiarkan kita pulang... Hikkss.. Eomma!" Kini Soon Yi yang ikut dalam obrolan, dengan tangisan seperti anak kecil.

So Yeon mulai terpancing emosi. "Apa kalian semua tidak melihat? Semua yang dilakukan sodaejangnim, itu untuk kita! Dia ingin kita semua bisa menembak, agar dapat bertahan hidup. Tapi apa? Sebagian dari kita hanya bisa menangis seperti bayi, dan menyalahkannya!!" Ucapnya dengan nada yang sedikit meninggi.

My LieutenantWhere stories live. Discover now