Kaget, jelas Hyera kaget, dia bahkan diam di tempatnya tidak bersuara sama sekali, untuk menjawab pun sepertinya susah minta ampun, dia bodoh, kenapa tadi lupa untuk mengganti baju? Bahkan lupa untuk mengelap keringat sendiri, Hyera harus menjawab apa kali ini.

Sebuah ide bagus langsung terlintas di kepalanya. "Ah, Ac apartemen nya rusak V." bohong Hyera.

Elvio jelas bingung, tadi pagi Ac nya baik-baik saja dan berjalan dengan lancar, kenapa sekarang rusak? Tanpa berfikir panjang, Elvio mengambil remot Ac yang berada di atas meja, lalu menyalakannya.

Mati kau Hyera. Hyera meringis kesal. Kedua kalinya dia bodoh, Elvio tak sebodoh itu untuk di bodohi dengan alasan AC rusak, pasti dia akan menyalakannya sendiri.

Sekarang alasan apa yang harus dia ucapkan? Dan Elvio juga pasti akan menanyakan terus menerus.

Hyera dengan pelan-pelan berbalik satu, dua dan tiga langkah tidak ada tanda-tanda Elvio memanggilnya.

"Kau mau kemana?" introgasi Elvio membuatnya langsung berbalik, seharusnya Hyera diam saja di sana, jadi tidak akan mencurigakan.

Hyera menggeleng, "Aku akan ke kamar, aku mengantuk." Hyera tersenyum hangat, walaupun di dalam lubuk hatinya pasti menyesali perkataan yang baru saja terucap.

Suara detikan jam terdengar jelas, Tak ada yang bersuara, keduanya diam bagaikan tak saling kenal, dan pada akhirnya Elvio pun yang membuka suara.

"Kau baru pulang?"

Hyera menunduk tak berani menjawab Elvio jika sudah begini, Elvio jelas geram tak ada jawaban dari sang lawan membuatnya menarik paksa lengan gadis itu dan memeganggnya erat seakan tak mau lepas.

"V... Sakit!" Hyera berusaha melepas tangannya dari Elvio, namun tidak bisa, tenaga Elvio lebih kuat darinya.

Elvio bersmirk ria, di wajahnya terlihat seakan meremehkan gadis di hadapannya itu. "Mau aku lepaskan?" Jawaban Elvio langsung di balas anggukan Hyera.

"Jawab, kau habis dari mana anak Garry Dapyo!" Elvio menekankan nama Ayahnya, yang sudah tiada itu.

Hyera melotot dan kembali menggerakkan tangannya paksa.
"Jangan bawa nama ayahku lagi, Elvio Melvin" tak kalah Hyera juga sudah berani menekankan nama suaminya itu di akhir kalimat.

Elvio marah, wajar saja, gadis itu tak pernah membantahnya ataupun melakukan kebohongan kepadanya dia selalu patuh apapun yang di ucapkannya, namun sekarang? Dia merasa gadis yang di depannya ini berubah, tak puas akan memegang tangan Hyera sampai memerah, kini Elvio menyeret paksa Hyera agar duduk di sofa, Hyera tertarik dan mendaratkan pantatnya di sofa dengan tak elit.

Kemudian Elvio menarik dagu mungil Hyera agar gadis itu menatapnya dan agar Elvio bisa melihat sorot matanya jika dia kembali berbohong.

"Kau dari mana Hyera!" Nada Elvio menaik seketika, Hyera diam dia kembali memikirkan, kalau dia mengatakan sejujurnya akan kah Elvio mempercayainya?.

Hyera menaikkan bola matanya, menatap Elvio balik, dia melihat di sorot mata Elvio ada sebuah ke khawatiran, tapi entah kekhawatiran apa yang di maksud Elvio. "Jika aku mengatakannya, kau akan percaya?" Tanya Hyera.

Elvio mengangguk samar.
"Tentu, tapi kalau kau tak berbohong kepadaku lagi, aku pasti akan mempercayaimu."

Hyera langsung meraba sofa yang di sampingnya, mencoba mengambil tas selempang yang ia simpan di sana. Sementara Elvio hanya menatapnya, Hyera langsung merogoh sesuatu di dalamnya, mengambilnya kemudian melihat kembali kartu pengenal pemuda yang bernama Elvano itu.

Elvio heran, dia menatap tanpa bersuara sama sekali, dan tiba-tiba Hyera memberikan sebuah kertas itu kepada Elvio.

"Kau pasti tau siapa di dalamnya." ujar Hyera sambil menyerahkan kertas kepada Elvio.

"Apa itu?"

"Ambil saja, dan coba lihat di foto itu siapa."

Tak memikirkannya panjang, Elvio langsung mengambil kertas di tangan Hyera dengan cepat, dan Hyera dia pastikan akan berbicara panjang lebar setelah itu.

Elvio menatap heran, dia terkejut, benar-benar terkejut, hingga Elvio berpindah ke sisi Hyera, duduk di sofa tanpa memalingkan dari kertas itu.

"Siapa ini?" Elvio akhirnya membuka suara, suara serak nya mendominasi pemuda itu.

"Elvano."

Elvio menatap tajam Hyera, seakan meminta jawaban lebih atas ucapannya.

"Dia adikmu bukan?, Elvano Melvin." Ujarnya, Elvio mulai tidak karuan, badannya terasa panas, otaknya tak sampai apa yang Hyera ucapkan.

"Adikku sudah meninggal, dia tidak ada!" bentak Elvio, kini raganya yang sudah berdiri, Hyera yang melihat itu langsung memegang tangan Elvio menenangkan.

"Kita cari tahu, itu adikmu apa bukan."

Elvio seketika menggeleng, menatap Hyera langsung, dia menggengam erat tangan Hyera lembut, genggaman yang tak pernah Hyera rasakan sebelumnya.

Elvio mendongak melihat ke atas-atas atap rumahnya. "Bisa aku meminta bantuanmu?" ujarnya pelan.

Seketika Hyera menelan salivanya terpaksa. "A-apa, Ba-bantuan apa?"

"Aku ingin bertemunya besok! Bawa aku kepadanya, Hyera!" Elvio memohon kepada Hyera, dengan raut muka yang memelas.

"Aku ingin bertemunya besok! Bawa aku kepadanya, Hyera!" Elvio memohon kepada Hyera, dengan raut muka yang memelas

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Minimal Follow, bantu Vote dan Komen lah gaes... Kan Gratis! 🤧

 Kan Gratis! 🤧

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Dear V ✓Место, где живут истории. Откройте их для себя