Joly menaiki motor Randi dan langsung memeluknya untuk berpegangan.

"Pulang aja Lo sana," usir Musa melihat sahabatnya akhir-akhir ini memang sibuk pacaran.

"Emang mau pulang!" Joly menjulurkan lidahnya mengejek.

"Tar gue ke rumah Lo." Randi juga berpamitan meninggalkan Musa yang masih bernaung dalam kegelisahan.

****
"Lagi baca apa, Nak?" Martin membuka pintu kamar Sephia tanpa mengetuk.

Dirabanya setiap helaian rambut sang anak dengan sangat lembut tak tersisa, ia bersidekap di samping Sephia setelah meletakan sebuah camilan malam berupa dadar gulung kesukaannya. Namun dadar gulung yang dibuat Martin berbeda, jika biasanya berwarna hijau karena terdapat unsur pandan dan isinya adalah parutan kelapa. Kali ini ia membuat dadar gulung coklat berbahan dasar bubuk coklat dan berisi krim coklat yang lumer, karena Sephia sangat menyukai apapun makanan dengan rasa coklat. 

Sephia menggapai camilan itu sambil pandangannya tidak mau beralih dari sebuah buku dongeng yang baru saja dibelikan Papa nya kemarin, Martin menarik sehelai tissu untuk menyeka sisa coklat di sela bibir Sephia. Begitulah cara Martin untuk membayar semua kesalahannya di 
masa lalu dan memanfaatkan kesempatan yang diberikan anak gadisnya, dengan menjadi sosok Papa yang sempurna dan perhatian untuknya.

Sebenarnya saat Sephia masih kecil pun ia sangat dimanjakan, tapi semenjak dia SMP dan kehidupan bagi Martin semakin berat. Nampaknya ia tidak bisa menyeimbangkan antara karir dan anaknya, sehingga terjadilah peristiwa traumatik bagi Sephia kemarin.

"Tadi di sekolah belajar apa?"  tanya Martin saat melihat Sephia menutup buku dongengnya.

"Sosiologi."

"Bukannya kamu suka Sosiologi?" tanya Martin.

"Suka, tapi belum mampu menerapkannya."

"Kata kamu, di SMA sekarang punya teman."

"Iya, ada. Namanya Joly, orangnya ceria, Pah."

"Kapan-kapan ajak kesini ya."

Sephia mengangguk melanjutkan aktifitas memakan dadar gulungnya.

*****

Saat keesokan harinya, waktu yang Musa harapkan lambat berputar nyatanya terasa tiga kali lipat terasa lebih cepat. Ia tidak ada persiapan apapun untuk menyatakan cinta pada Sephia, hanya sebuah buku dongeng yang ia genggam sedari tadi.

"Sephia!" Musa berlari sedikit cepat kala melihat Sephia sudah keluar kelas.

Musa mendorong Sephia untuk mundur kembali ke dalam kelas yang saat itu sudah sepi, mereka duduk berdekatan dengan raut wajah Sephia yang masih datar.

"Gue mau to the point ya," ucap Musa membuka pembicaraan.

"Tenggat waktu dua bulan yang kita janjikan udah habis hari ini." Musa mengatur nafasnya yang menggebu.

"Oh udah dua bulan ya?" Sephia mengangkat satu alisnya.

Dari respon Sephia saat itu, Musa kini percaya atas apa yang diucapkan Joly kemarin bahwa Sephia memang bodo amat pada dirinya. Bahkan tempo waktu yang ia janjikan pun tak ia hitung dan tidak mengetahui hari ini adalah hari terakhir. Menunjukan bahwa Sephia benar-benar tidak peduli.

"Gue ada ini." Musa mengulurkan sebuah buku dongeng dengan coover tebal limited edition, wajah Sephia berubah menjadi cerah.

"Mowgly!" Seru Sephia saat melihat coover terbaru the jungle book yang menggantung di tangan Musa.

"Mowgly siapa?" tanya Musa berkerut alis.

"Nama tokohnya." Sephia menunjuk pada buku dongeng itu dengan wajah gemas.

Jika Saja Ku Tolak Cintanya [End] BAGIAN IWhere stories live. Discover now