🌿 PART 55 🌿

244 27 2
                                    

Eleena memeluk erat tubuh yang terjatuh tepat di samping motor itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eleena memeluk erat tubuh yang terjatuh tepat di samping motor itu. Ia menangis bersama Aksa. Aksa yang menangis kerana fakta yang baru saja di ketahui sedang Eleena tak tahan mendengar tangisan pilu dari seorang yang kehilangan saudaranya.

Eleean tidak tahu seberapa sakit hati Aksa saat ini? Serta ada rasa khawatir dengan kondisi laki-laki itu.

Shaka dengan di bantu Eleena membawa Aksa ke dalam ketika mendapati anak itu tidak sadarkan diri. Shaka membaringkan tubuh yang sedikit kurus itu ke atas kasur dengan perlahan.

Kanaya serta Wardana menghampiri Aksa. Kanaya mengusap surai rambut putranya dengan penuh rasa iba. Hati ibu mana yang tidak hancur melihat darah daginya berada dalam kondisi terpuruk.

"Jangan buat bunda takut sayang," lirih Kanaya. Wardana mendekap istrinya yang tampak begitu lemah. Kondisi wanita itu sering drop sejak kepergian Aska tidak jarang kadang Kanaya akan berhalusinasi bahwa putra bungsunnya itu masih hidup.

Pernah satu hari Kanaya pergi ke pemakaman Aska tanpa sepengatuhan suami dan anak sulungnya. Hampir seharian Wardana dan Shaka mencarinya hingga mereka melihat Kanaya yang tertidur di samping makam Aska, kala itu hujan turun dengan derasnya membuat wanita itu jatuh sakit.

Setiap malam pun Kanaya akan tidur di kamar ini, di kasur Aska.

"Bangun ya sayang. Bunda takut, bangun ya" perlahan kedua mata itu terbuka menatap langit-langit kamarnya sebelum beralih pada orang-orang di sekitarnya.

Perlahan Aksa bangun dari posisinya. Ia memandang keluarganya dengan tatapan penuh rasa kecewa lalu matanya beralih menatap kesekelilingnya, tidak ada yang berubah. Hanya berkurang penghuninya.

"Aksa minum dulu sayang" Kanaya memberikan segelas air putih yang langsung di terima oleh Aksa. Ia meminumnya hingga tersisa setengah gelas.

"Aku mau ke makam Aska sekarang."

"Biar abang yang antar" Tawar Shaka yang di tolak mentah-mentah, "Biar Nara yang ngantar."

"Tapi-"

"Biarin Nara yang ngater!" Shaka mengangguk lalu memberikan kunci mobil pada Eleena. Gadis itu tidak lupa membawakan Aksa jaket. Tanpa mengucapkan apa pun Aksa keluar dari kamar dengan Eleena di belakangnya.

Selama di perjalanan Aksa hanya diam membisu. Tatapanya begitu kosong. Sesekali Eleena mencuri pandang pada Aksa, "Aku minta maaf Sa" Ucap Eleena memecah kehiningan di antara mereka.

"Maaf aku menyembunyikan hal ini dari kamu. Kita semua terpukul dengan kepergian Aska yang tiba-tiba entah hari itu harus senang atau sedih. Kita, bukan tidak mau memberi tahu kamu tapi mengingat kondisi kamu kala itu membuat kami harus menunda memberi tahu hal ini"

"Aku tahu kamu kecewa sama kita. Aku juga nggak tahu seberapa hancur kamu dengan hal ini, I am sorry"

"Sa please bicara! Jangan diam kaya gini" mohon Eleena ketika tidak ada respon dari lawan bicaranya.

Dendelion🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang