🌿PART 4🌿

316 40 0
                                    

__________🍀🍀🍀__________


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Akh sakit!" Jerit seorang gadis dengan kucir kuda beberapa tahun yang lalu. Gadis itu terduduk di aspal sambil memegangi lututnya yang berdarah, sepeda dengan roda dua tergelak begitu saja di samping gadis itu.

Anak laki-laki yang tak sengaja lewat dapat melihat seorang gadis kecil yang tengah menangis tadi. Dengan kaki kecilnya anak laki-laki itu berlari menghampiri gadis itu.

"Aksa jangan lari, nanti kamu dimarahin bunda." Jerit anak laki-laki lainnya yang baru datang dengan kesal. Dia berdecak mengamati saudaranya yang tengah cosplay menjadi pahlawan kesiangan.

"Dasar gadis cengen," ejeknya. Tangan mungilnya mengarahkan kamera analog yang di ambilnya diam-diam dari kamar kakak pertamanya. Bukannya membantu, anak dengan kaos biru dongker itu malah sibuk mengambil gambar di sekitarnya. Tersmasuk adegan dimana Aksa membantu gadis cengeng itu.

Meski gambar yang di ambil tak begitu bagus tapi itu cukup membuat kedua sudut bibir bocah itu terangkat.

Aksa mengambil sapu tangan dari saku celananya dan mengikatkannya pada lutut gadis itu. "Udah ya jangan nangis lagi,  muka kamu jadi jelek tahu." Ledek Aksa yang membuat tangisan itu semakin kencang.

"Eh..eh kok malah tambah nangis, Aksa salah ngomong ya?. Maaf, kata Ayah kita nggak boleh cengeng. Harus kuat"

"Pe..perih"

"Iya jangan nangis nanti tambah perih. Udah dong, kalau kamu berhenti nangis dan senyum nanti pasti sembuh." Kata Aksa ngawur tapi tak urung membuat tangisan itu sedikit reda.

Aksa tersenyum manis menatap wajah yang memerah dari gadis itu, mata yang sayu. Tangan kanan Aksa terulur menghapus sisa air mata dari orang di depannya. "Kamu nggak bisa naik sepeda kenapa nekat naik? Kan jadi jatuh."

"Tapi..aku mau naik sepeda..kaya yang lain,"

"Yaudah besok belajar sama aksa mau? Di lapangan komplek." Tawar Aksa yang langsung mendapat agukan antusias.

"Ah ya kamu udah tahu nama aku. Nama kamu siapa?"

"Eleena."

Ceklek

Aksa buru-buru kembali menyimpan foto kecil yang sedikit usang itu ke dalam laci. Ia beralih menatap Aska yang baru masuk dengan wajah lesu. Aska melempar tasnya ke lantai dan menghempaskan tubuhnya ke kasur. Sial! Gara-gara tugas yang mengalir bagai derai hujan Aska harus rela bergadang untuk menyelesaikannya dan hari ini setelah praktikum Aska masih harus pergi ke rumah Abizar untuk mengerjakan laporan.

Dendelion🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang