🌿PART 14🌿

191 26 1
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






Eleena berjalan sendiri. Entah kemana kakinya akan membawa dirinya, dia pamit lebih dulu untuk pulang. Apakah tidak ada tempat lain, mengapa harus kelapangan basket?. Kadua kakinya berhenti berjalan tepat di tengah lapangan. Gadis itu memejamkan kedua matanya, menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Beberapa helai rambut tersapu angin dengan anggunnya. Warna merah,kuning, serta oren melukis langit begitu menakjubkan. Namun itu tidak berjalan selaras dengan perasaan gadis penyuka kucing.

Mata itu perlahan terbuka bersamaan dengan helaan nafas. Eleena mendudukan dirinya, meletakkan tas ransel berwarna coklat susu pada sisi kananya tapi sebelum itu ia mengambil sebuah buku serta bulpoin.

"Aishhh! Kenapa juga gue harus dengar sih" runtuknya pada dirinya sendiri. Sore ini tiba-tiba saja moodnya jadi rusak. Andai tadi mereka tidak memainkan permainan itu mungkin sekarang Eleena masih di kediaman Wardana.

Iya Eleena tahu kok. Tapi tetap saja mendengar kalimat itu keluar dari orangnya sendiri rasanya berbeda dan sekarang Eleena tidak perlu bertanya lagi bagaimana perasaan Aska.

"Gue pikir hanya butuh waktu satu sampai setahun setengah untuk dia lupain lo. Ternyata gue salah besar, lo mau tahu sesuatu Ra?"

"Lo masih jadi pemenangnya." Eleena tersenyum kecut menatap langit sore.

"Bahkan sampai detik ini lo pemenang di hatinya meski lo sudah pergi jauh."

"Gini ya rasanya harus bersaing sama orang yang sudah nggak ada. Tapi cuma di anggap sebagai teman."

Eleena tahu bahkan sangat tahu siapa gadis bernama Fahira Gantari. Gadis yang di kenalnya bersama si kembar saat SMP. Mereka satu gugus lalu berakhir satu kelas, semua baik-baik saja untuk Eleena sampai dimana Aska menyatakan perasaannya pada Fahira. Mereka bersahabat.

Ia, Fahira, Aksa, dan Aska.

Senyum kecil itu terbit di wajahnya, tapi bukan senyum bahagia. Teringat jelas dalam benaknya bagaimana dulu Aska memperlakukan Fahira hingga terpukulnya laki-laki itu ketika sang pujaan hati tertidur untuk selamanya. Terkadang Eleena suka berandai, bagaimana rasanya menjadi Fahira yang begitu di cintai oleh Askara Arkatama.

Selama ini Eleena pendam rapat-rapat perasaannya. Untuk dirinya sendiri.

Entah apa yang gadis itu tuliskan pada lembar kertas kosong itu. Ia terisak, memegang dadanya yang terasa sesak.

Jangan jatuh cinta sama gue!

"Ayo sadar El! Sampai kapan pun perasaan lo nggak akan ada balasannya. Lo tuh cuma nyakitin diri lo sendiri El." Ia menyobek kertas itu. Meremasnya hingga kusut dan melemparkannya pada rerumputan di tepi lapangan.

"AAAAAAAAA"

Bagaimana kesalnya Eleena saat otak dan hatinya tak pernah selaras jika menyangkut Aska. Sepertinya memang benar jika orang tengah jatuh cinta ia akan menjadi bodoh.

Dendelion🍀Where stories live. Discover now