🌿PART 19🌿

237 24 0
                                    

Dering telpon itu terus berbunyi sejak beberapa saat yang lalu, tiga di antara empat anak itu masih setia dengan mimpi mereka masing-masing tanpa merasa terganggu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dering telpon itu terus berbunyi sejak beberapa saat yang lalu, tiga di antara empat anak itu masih setia dengan mimpi mereka masing-masing tanpa merasa terganggu. Dari nada yang berbeda itu menanandakan bahwa ada panggilan masuk di handphone mereka dalam waktu yang berdekatan.

Marvel berdecak kesal karena bunyi itu tidak kunjung berhenti. Dengan mata yang belum terbuka sempurna ia mengambil handphone yang berdering, kebetulan itu adalah ponsel miliknya.

"Ya hallo," terdengar helaan nafas lega dari sebrang sana. Marvel membulatkan matanya sempurna dan menatap ketiga temannya yang masih tertidur setelah mendengar apa yang di sampaikan oleh orang itu.

Panggilan itu terputus secara sepihak. Marvel kembali melirik Aska, dengan perlahan ia mengguncangkan bahu Aska bermaksud agar anak itu bangun. Bukannya Aska yang bangun namun malah Reno.

"Ka bangun!"

"Kenapa sih lo Vel, malam-malam brisik saja." Protes Reno dengan nada sebal.

Marvel tidak menggubrisnya, ia masih terus membangunkan Aska hingga pemuda itu terbangun. "Kenapa sih lo Vel? Ngantuk nih gue" semprot Aska dengan mata yang kembali terpejam.

"Bangun! Aksa masuk rumah sakit"

__________🍀🍀🍀__________

Aska berlari menyusuri lorong rumah sakit yang mulai sepi karena ini sudah pukul satu lebih di susul Marvel di belakangnya. Marvel tidak mengizinkan Aska untuk mengendari motornya sendiri di saat anak itu tengah dalam kondosi panik.

Di depan ruang tulip yang tadi sempat Shaka kirim lewat via chat, duduk dua laki-laki yang tengah memejamkan kedua matanya. Suara langkah kaki yang semakin mendekat membuat Shaka membuka matanya, "Aska" Marvel berdiri dari duduknya.

"Bagaimana kondisi Aksa?" Jelas sekali kekhawatiran terpancar dari suara serta mimik wajahnya.

"Kondisinya tadi sempat drop tapi mulai membaik sekitar jam 10 malam. Kalau kamu mau lihat Aksa kamu bisa masuk"

Aska memutar tubuhnya, berjalan menuju pintu ruangan tulip. Ketika ia membuka pintu pemandangan pertama yang di lihatnya adalah Aksa yang terbaring dengan selang infus serta selang oksigen. Bunyi monitor serta jam menjadi satu-satunya bunyi di ruangan itu. Kanaya yang tertidur dengan posisi duduk di samping ranjang Aksa.

Sekarang ada rasa sesal dalam hati Aska. Ia berpikir bahwa mungkin Aksa masuk rumah sakit karenanya.

"Nggak jadi masuk?," Aska kembali menutup pintunya dan menggeleng. Lalu tatapanya beralih pada sosok Ayah yang tampak begitu kelelahan.

"Kalau gue donorin jan-"

"Nggak usah mulai deh Ka. Mending lo tidur masih ngantuk kan lo."

Dendelion🍀Where stories live. Discover now