🌿PART 6🌿

283 33 0
                                    


__________🍀🍀🍀__________

"Nih minum dulu, cuaca siang ini panas banget

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

"Nih minum dulu, cuaca siang ini panas banget." Eleena mengambil duduk di sebelah Aska. "Lo udah makan Ka?,"

Aska mengangguk, "Aksa-"

"Aksa udah tidur makanya gue bisa jalan-jalan bentar. Lo khawatir banget ya sama Aksa. Sejujurnya gue kadang iri  kalian saling menyanyangi satu sama lain bahkan kalian juga dapat kakak kaya bang Shaka. Nggak semua orang seberuntung kalian Ka."

"Ya nggak semua orang selalu beruntung.." balas Aska menatap botol minuman di tangannya. Aska menatap Eleena begitu lekat sampai-sampai membuat gadis itu merasa heran.

"Kenapa sih lo natap gue kaya gitu?," Eleena langsung memutus kontak mata di antara mereka.

"Gue senang aja punya sahabat kaya elo, maksud gue sahabat cewek. Tetap gini ya El jangan berubah,"

"Apanya yang berubah?"

"Perasaan kita!." Tegas Aska, "Jangan suka sama gue, jangan cinta sama gue!. Biarin persahabatan ini murni sahabat. Jangan sampai kita jatuh sama perasaan yang pada akhirnya akan buat kita tersakiti!."

Eleena tertawa menatap raut serius dari cowok di sampingnya, tangannya mengahapus air yang membasahi kedua matanya dan tangan satunya lagi memegang perutnya yang terasa sakit. Sekarang malah Aska yang bingung melihat Eleena tertawa tanpa henti.

Setelah tawa itu reda Eleena berucap, "Siapa sih yang suka sama cowok belagu kaya elo. Nakal, suka banget ngambil mangga orang, suka buat gue kesel. Ya nggak mungkinlah. Ada-ada aja lo jadi orang hahaha..."

"Nih anak gue serius malah di kira bercanda,"

"Siapa yang bercanda?,"

"Yaudahlah pokoknya gitu. Ingat ya El jangan suka sama gue! Kalau elo nggak mau patah hati."

"Ingat juga ya Aska! Jangan suka sama gue kalau elo nggak mau sakit hati."

"Nggak akan!." Balas Aska sungguh-sungguh.

"Gue juga nggak akan!."

__________🍀🍀🍀__________

Mereka, Aksa, Shaka, dan kedua orang tuanya tengah berkumpul di ruang rawat Aksa. Mereka hanya diam tanpa ada satu orang yang berniat membuka pembicaraan. Shaka tengah sibuk dengan laptopnya, Aska dengan ponselnya, sedang Wardana hanya bisa diam melamun. Kanaya tak sedikit pun beranjak dari kursinya, ia terus mengelus surai Aksa yang masih menutup matanya.

Sebenarnya semua sama saja tidak ada yang di beda-bedakan dari ketiga putranya. Tapi entah sadar atau tidak semua mulai berubah semenjak Aksa jatuh sakit dan vonis yang di keluarkan oleh dokter sekitar empat belas tahun yang lalu tepatnya saat Aksa berusia enam tahun. Di tambah kondisi Aksa yang sering memburuk sejak satu setengah tahun ini Wardana sendiri sampai tak bisa berkata-kata lagi melihat hubungan istri dan dua anaknya yang lain.

Dendelion🍀Место, где живут истории. Откройте их для себя