🌿 PART 41 🌿

170 27 1
                                    


"Sok sibuk lo Ka." Hardik Bastian yang baru juga datang. Aska tidak menanggapi omongan yang tidak penting itu, ia terus berfokus pada layar laptopnya. Aska harus berlomba dengan waktu untuk mengerjakan tugas makalahnya.

Di saat yang lain sibuk dengan makanan serta minuman bahkan ada yang dengan santainya bermain game. Aska tidak terpengaruh sama sekali. Inilah akibat kalau sering bolos.

Bahkan makanan yang sudah Marvel pesankan belum di sentuh sama sekali. Sampai mie itu berkembang seperti negara.

"Ka, dimakan dulu itu mienya. Nggak ngehargai banget lo sudah gue pesenin juga." Kata Marvel dengan nada jengkelnya. Bukan karena ia yang memesannya namun sedari tadi anak itu belum makan.

"Kalau ada Fahira pasti dia yang bakal nyuapin sambil ngomel-ngomel." Bisiknya pada diri sendiri.

"Hah?"

"Apa?"

"Lo tadi ngomong apa?"

"Nggak ngomong apa-apa." Sahut Aska. Ia menyimpan tugasnya lebih dulu sebelum mengambil semangkuk mie ayam yang hampir dingin.

"Eh Aska lo harus datang ya." Reno menghela nafas, Apa susahnya sih buat Aska membuka grup chat mereka. Bukan cuma di buka tapi juga di baca, "Lusa Kenzo ngadain pesta ulang tahun dan lo sama Aksa harus datang. Temanya adalah kingdom."

"Lo ngadain acara kaya gitu?" Kenzo mengangguk malas, "bukan gue yang minta tapi Mami gue yang maksa. Malas banget sebenarnya gue." Bantah Kenzo, enak saja dari kemarin dia di ledekin hanya karena mengadakan pesta ulang tahun.

"Ya gak apa-apa sih. Bagus dong itu artinya Mami lo sayang sama lo. Makan gratisss.."

"Halah!!..makan gratis dong pikiran lo." Cecar Reno.

"Iya lo Bas, lo kaya nggak pernah di kasih makan saja."

"Hey! Jangan sekata-kata ya kalian. Tiap hari emak gue masakin gue, ya kalau ada rezeki kan nggak boleh di tolak." Dalih Bastian dengan menggebu-gebu.

"Inget ya temanya Kingdom nanti lo pada malah pakai kostum bajak laut." Tegas Kenzo mengingatkan teman-temannya.

Abizar yang biasanya diam tiba-tiba nyeltuk, "mau pakai kostum apa pun juga tetap ganteng gue."

"WEHHH TEMEN GUE PD-NYA UDAH NGGAK KETOLONG. TUMBEN LO NGOMONG HAHAHA..."

"Siapa yang temen lo?"

"Ya elo lah."

"Dih gue sih ogah banget temenan sama lo." Kena ulti langsung si Bastian. Kalau biasanya yang lain akan membatin maka Bastian akan mengumpatinya secara terang-terangan.

"Kau itu mirip anjing, babi, tikus,_"

"Lo kotorannya." Balas Abizar santai.

"Diam lo Bas! Malu di lihatin seisi kantin gara-gara congor lo." Ucap Marvel.

Perlu di akui bahwa circel mereka itu memang isinya visual semua. Di kampus ada yang diam-diam suka dan memilih memendamnya namun juga ada yang terang-terangan. Apalagi Aska yang awal masuk saja sudah banyak dapat hadiah serta surat cinta, macam artis korea saja.

"Vel lo mau ngajak si Ayu?" Tanya Aska.

"Ya kalau mau sih."

"Sebenarnya hubungan lo sama Ayunda tuh gimana? Kalian sudah jadian apa belum?" Bastian ini greget banget sama Marvel. Pengen deh  ia lempar Marvel dengan tong sampah.

Ayunda, salah satu gadis yang beruntung bisa dapat feedback dari Marvel. Waktu itu ketika OSPEK Marvel menjadi salah satu panitianya dan katanya sih Ayunda langsung tertarik dengan pesona Marvel.

Gadis itu bahkan secara gamblang menunjukan rasa ketertarikannya. Jelas pas awal-awal Marvel tidak merespon, tapi lambat laun Ayunda bisa dekat dengan Marvel karena bantuan dari Eleena.

Ya, meski pun sampai sekarang belum ada kejelasan dari hubungan keduanya.

"Buruan kasih kepastian. Nanti keburu hilang."

"Jodoh mah nggak akan kemana"

"Batu banget anak satu ini."

"Bi, lo nggak apa-apa kan nanti kalau semisal Aksa datang bareng Eleena?" Aska menoleh pada Abizar, bagaimana reaksi anak itu tapi wajahnya tampak datar saja. "Ya nggak apa-apa." Balasnya.

Kenzo dan Bastian kompak memicingkan meta mereka seraya tersenyum meledek pada Abizar, "iya deh percaya. Bas, tapi kok hati gue tiba-tiba sakit ya."

"Sama Ken. Panas ihh"

"Kanker hati kali lo."

"Sembarang kalau ngomong."

"Memang acaranya jam berapa?"

"Jam 7 Ka. Lo pokoknya harus datang. Oke!" Aska bukan orang yang susah di ajak untuk berpesta hanya itu semua tergantung Aksa. Mereka berdua sungguh bertolak belakang tapi Aska akan selalu menuruti ucapan Aksa.

Selesai makan Aska langsung pergi meninggalkan kampus. Hari ini hanya dua mata kuliah, sesuai rencana sore ini Aska akan pergi ke pemakaman.

Terhitung sudah dua kali setelah hari kematian Fahira Aska datang.

Laki-laki itu menaburkan puluhan kelopak mawar merah di atas tanah yang terbalut rerumputan hijau. Kedua matanya bersembunyi di balik kaca hitam, menutup pancaran kesedihan.

Ia terus berfokus pada nisan hitam itu. Kini perlahan Aska dapat menerima kepergian sang kekasih meski dirinya belum mampu untuk membuka hati kembali.

"Ra, apa iya kalau tindakan aku itu salah ya?"

"Aku kan cuma mau buat bahagia saudara aku. Mungkin iya aku nyakitin sahabat kamu tapi aku nggak pernah maksa. Aku nggak pernah minta dia buat jadi pacar Aksa"

"....aku cuma minta dia untuk belajar mencintai Aksa. Aku nggak ingin nyakitin El karena aku memang tidak bisa memberi apa yang dia ingin kan."

"Dan sekarang Aksa marah sama aku. Kira-kira kalau aku sogok pakai martabak dia bakal mafaain aku nggak ya?"

"Ra, semisal gimana kalau aku donorin jantung ku saja ya buat Aksa biar aku bisa ketemu kamu terus Aksa bisa sembuh. Dia nggak akan terus minder dan pesimis."

"Kalau bang Shaka tahu aku ngomong kaya gini, sudah pasti sih sepatu jordanya melayang ke kepala ku."

Aska terus bercerita tanpa ada yang menyahutinya. Sudah macam orang gila dia, sebab dulu sebelum mendiang pergi Aska selalu bercerita tentang semua keluh kesahnya lalu Fahira akan selalu menemukan solusinya.

Dan sekarang Aska hanya bisa duduk di samping gundukan tanah sambil terus bercerita.

"Sebenarnya aku marah kamu nggak tepati ucapan kamu. Kamu ingkarin janji kamu tapi kalau itu buat kamu nggak sakit lagi, gak apa-apa"

"Tapi, kalau kelak aku ingkar janji nggak apa-apa juga kan?" Tanyanya dengan nada candaan di iringi dengan tawa renyah yang mengalun di tengah kesunyian yang ada.

"Aku bakal berjuang sampai batas terakhir ku untuk jadi dokter. Biar kalau ada yang sakit aku bisa ngobatin."

"Aku benar-benar takut dengan kehilangan..."

Aska terdiam menatap langit yang masih cerah, akhir-akhir ini sering sekali turun hujan. Aska mendengus pelan lalu kembali menatap nisan di depannya "Ra, coba kasih tahu aku apa solusinya biar rasa kangen aku ke kamu itu teratasi? Kalau tiap ngelihat foto atau vlog kamu malah membuat rasa rindu itu semakin menggebu-gebu? Padahal aku sangat ingin melihat mu."

"Tolong dong bisikin ke aku!"

Dendelion🍀Where stories live. Discover now