🌿PART 22🌿

221 25 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


__________🍀🍀🍀__________

Bukan aku tak menunjukkannya,
Aku mengabaikan tentang dirinya.

__________🍀🍀🍀___________

Dari siang hingga menjelang malam tidak hentinya bagi Aska untuk menghibur dua saudaranya dengan berbagai lelucon yang dia lontarkan. Dari bermain monopoli, mobil legend, dan diskusi panjang tentang bagaimana para pesulap itu melakukan sulap mereka, trik apa saja yang mereka gunakan. Semua makanan yang Aska bawa tadi dimakan sendiri.

Shaka hanya mengambil satu burger dan sebotol mineral dingin. Jarum jam menunjukan pukul sembilan kurang 3 menit tapi bocah kembar itu sudah terlelap. Berbeda dengan anak sulung Wardana juga Kanaya yang tengah sibuk bermesraan dengan laptopnya.

Sejak sejam yang lalu Shaka begitu sibuk dengan skripsinya. Sebenarnya sudah sejak masa KKN ia mengerjakannya namun beberapa judul yang dulu ia ajukan selalu mendapat tolakan dari dosen pembimbingnya. Entah hanya perasaannya saja atau memang pada kenyataannya dosennya itu mempersulit mahasiswanya untuk lulus.

Bukan Shaka saja yang merasakan itu tapi juga beberapa temannya. Sungguh Shaka begitu jengkel karena tidak bisa lulus sesuai targetnya.

Jari-jari putih itu begitu lincah bergerak di atas kayboard dengan mata tajamnya yang menatap layar. Tidak apa jika ia harus lelas bahkan hampir gila karena sesuatu yang bernama skripsi, satu hal yang selalu ia ingat dan menjadi semangat untuknya adalah...

Sebentar lagi di lulus dan akan menyandang gelar Shaka Arsyanendra S. Komunikasi. Tidak apa dulu ia harus menunda kuliahnya selama dua tahun, Shaka selalu meyakini bahwa setiap jalan orang berbeda-beda, tidak ada yang namanya terlambat selagi kita mau berusaha.

Sesekali ia melirik pada Aska yang tertidur di sampingnya dengan posisi duduk dan hanya berselimutkan jaketnya sendiri.

"Duh kok mata gue jadi berat gini," Shaka berusaha sebisa mungkin jangan sampai terlelap. Ia harus mencicil skripsinya,setidaknya setengah dari yang harus di revisi kelar.

Shaka meletakan laptopnya di atas meja dan merenggangkan otot-ototnya. "Mending gue ngopi dulu, semoga kantinnya masih buka"

Ketika Shaka berada di luar kamar rawat adiknya dia melihat kedua orang tuanya yang terlelap dengan posisi yang tidak nyaman. Ia bisa melihat jejak air mata pada pipi putih bundanya, tidak ada anak yang tidak menyanyangi orang tuanya. Apalagi seorang ibu.

Ia teramat sayang pada wanita yang telah melahirkannya itu, membesarkannya, merawatnya saat ia sakit. Namun di lain sisi ia kecewa dengan sikap Kanaya beberapa tahun belakangan ini.

Dendelion🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang