33. Promise?

1.3K 96 9
                                    

Makasih udah bertahan sampai part ini...

Happy reading.

Dimalam yang sama, Revan sedang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi karena kesal, untung jalan raya saat ini sedang sepi, jika tidak mungkin kecelakaan beruntun akan terjadi.

Revan marah pada dirinya sendiri, emosi dan egonya selalu tidak bisa ia kendalikan. Hanya kemarahan yang kini ia rasa, marah terhadap Alvaro yang membuat namanya malu dan marah karena dirinya telah membanting beberapa barang didepan istri keduanya.

Revan telah mendarat dirumah mantan kakak iparnya, siapa lagi kalau bukan Arkan?

Tok-tok

Revan mengetok pintu rumah bercorak abu abu dengan dinding berwarna putih. Dengan sabar dirinya menunggu pintu itu terbuka.

Cklek

Seorang wanita membukakan pintunya, terkejut dengan keberadaan Revan dirumahnya "Apa perlu apa kmu kesini?" tanya wanita itu.

"Mau ketemu Arkan sekalian numpang nginep." Revan berucap dengan enteng tanpa beban.

"Ya sudah masuk saja, mbak mau manggil mas Arkan dulu," pamit wanita tersebut memanggil sang suami.

Revan beranjak masuk menuju ruang tamu rumah Arkan. Revan sendirian di ruang tersebut menunggu Arkan yang tak kunjung datang, entah apa yang Arkan lakukan sedari tadi, hingga membuat Revan Adhitama menunggu.

"Lo ngapain kesini? Kan semua berkas udah lo tandatangani kemarin," ujar Arkan malas.

"Bacot, gue mau nginep disini," sarkas Revan, Arkan menatapnya aneh, biasanya juga Revan tidur di apartemen milik Revan sendiri.

"Keponakan gue ga lo apa apain kan?" tanya Arkan penuh dengan kecurigaan.

"Gue apa apain pun, lo gak perlu ikut campur" tegas Revan dengan nada datar, Arkan hanya menggeleng tidak percaya

"Gue bingung sama lo Van, sebenci itu lo sama darah daging lo? Alvaro butuh kasih sayang ayahnya Van, dia butuh lo sayang, kayak lo sayang adik-adiknya." Arkan mulau mengeluarkan unek-uneknya yang sedari lama ia tahan, persetanan dengan pekerjaannya.

"G-gue selalu berusaha ngelawan ego gue, hati gue bilang 'gw harus peluk dia,' tapi beda sama ego gue yang selalu bilang 'hadapi kenyataan anak itu bunuh ibunya sendiri,' diantara itu gue bingung harus gimana" ujar Revan dengan sedikit bergetar. Dirinya bingung harus apa . . .

"Kalau lo gak bisa ngelupain adek gue buat apa lo nikahin Vania? Hah! Vania butuh cinta lo, dan Alvaro butuh kasih sayang lo!" sentak Arkan pada Revan, "Sadar Van, buka mata lo dan gunain otak lo yang kecil itu. Banyak yang butuh perhatian dari lo, dan lo? Malah stop kemasalalu lo," sambung Arkan kembali

"Ada kalanya lo akan menyesal seumur hidup lo, sebelum masa itu terjadi gue harap lo bisa memperbaiki semuanya Van. Gue harap lo ikhlas Alana, dia udah tenang disana " ucap Arkan, Revan terdiam seribu bahasa, bingung harus bagaimana.

Pikirannya berkelana entah kemana, menuju angan angan yang membuatnya semakin bingung. Yang dikatakan kakak iparnya pada benarnya juga, selama ini dia stop dengan mantan istrinya.

Arkan menepuk bahu Revan "Lusa hari ultah Al dan El, coba perbaiki semuanya ya bro," ucapnya.

Revan mulai berfikir cerah kali ini, tidak ada salahnya dia menurunkan egonya sejenak untuk sekedar memberi pelukan dan hadiah kecil untuk Alvaro.

"Manusia itu tidak akan terbuka hatinya, jika Allah tak menghendakinya"

oo0oo

ALVARO (Revisi)Where stories live. Discover now