32. Kealayan II

1.3K 88 22
                                    

Mengandung kegajean yang menghaqiqi
Follow ig : @_lngitbiru

Happy reading

"Ma, Al kekamar dulu ya" izin Alvaro kepada Vania, Vania mengangguk kepalanya "Langsung tidur, jangan pikirin perkataan papa kamu" ucap Vania yang dibalas anggukan oleh anaknya.

Alvaro kini akan menangis didepan kamar orangtuanya, air matanya meluruh tanpa diminta, sesak mendengar isak tangis sang ibu yang tadi ia dengar.

"Hiks... Gue gak papa kalau pun papa nyiksa gue... Tapi jangan buat mama nangis..-da gue sakit...” Isak Alvaro dengan memegang dadanya

Kalian juga pernah mengalaminya bukan? Dimana ibu kalian menangis dengan suara yang menyedihkan, siapa anak yang tidak menangis karenanya? Alvaro memang anak yang kuat namun perihal ibunya ia terlihat begitu kuat.

Ting

Ponsel Alvaro berbunyi menandakan ada pesan yang masuk. Itu dari Elvano, baru saja ia ingin mengabaikannya namun pesan itu menyangkut adiknya.

Elvano

[Gue tau lo gak sudi bales chat gue.]
[Tapi gue mohon, ini menyangkut Vanya...]
[Tadi dia pulang dengan keadaan nangis, gue ga tau karena apa, dia ngurung diri dikamar gue sama sekali gak ngerti.]

Alvaro yang melihat pesan itu pun beranjak menuju kamar sang adik. Lalu mengetuk nya 3 kali.

“Dek? Lo didalem?”

“Iya, ada apa kak, gue pisngin endiri dulu” ucap Vanya dengan suara serak.

“Gue tau lo habis nangis, buka atau gue dobrak!” ancam Alvaro, kemudian vanya membuka pintunya, Alvaro bingung untuk apa adiknya memakai masker.

“Kenapa lo pake masker?” tanya Alvaro dengan datar. Hawa yang diciptakan Alvaro sangat tidak mengenakan.

“G-gue lagi pilek” cicit Vanya dengan gagab

“Lo bohong, buka!” perintah Alvaro, Vanya membuka maskernya lalu menunduk menahan tangis.

“Liat gue!” seru Alvaro, Vanya mendongak takut takutan kearah Alvaro.

“Bibir lo kenapa?” tanya Alvaro, Vanya hanya diam, bingung harus jawab apa. “Jawab gue bangsat!” bentak Alvaro dengan penuh emosi

“G-gue habis kepentok kak” ucap vanya gagab.

“Lo kira gue bodoh dek? Gue bisa bedain mana yang kepentok mana yang habis dicipok. Di cium siapa lo?” tanya Alvaro dengan aura mengeliminasi.

“JAWAB ANJENG!”

BUGH
PRANG

Kaca berukuran besar dikamar Vanya telah hancur ditangan Alvaro, punggung tangan Alvaro mengeluarkan darah karena menonjok kaca tersebut, namun rasa sakit itu tidak terasa karena dirinya sedang emosi.

“Hiks...k-kak tangan lo? Hiks .... Maafin gue”

“Jawab pertanyaan gue Vanya!”

“Nathan Rio William, inget kan?”

“William? Razendra Liandra William?” batin Alvaro.

“BANGSAT!”

“Huaaa.... Hiks.. maafin gue ... kak jangan marah sama gue ...”

“Lo terlalu percaya sama laki laki Anya! Laki laki jaman sekarang itu cuma ambil enaknya doang, Lo adik perempuan gue satu satunya, gue gak mau lo bikin malu keluarga gara gara hamidun, lo ngerti ga si?” 

ALVARO (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang