16. Bunuh aku pah!

2.3K 127 2
                                    

Happy reading


Alvaro dan Elvano sudah berada diruangan kerja ayahnya, mereka sesekali melirik satu sama lain.

"Ehemm!" Revan memecah keheningan "Bagaimana hari kalian disekolah Al?El?" Tanya revan dengan jari yang bergerak menyentuh meja.

"Tidak ada masalah pa" Jawab Elvano lalu alvaro menyusul "Tidak ada yang istimewa"

"Baik, Papa udah tau nilai kalian seperti apa untuk Elvano, Nilai kamu emang selalu buat papa puas El, kamu memang kebanggaan papa" Ucap Revan dengan senyum lembut yang dilemparnya kepada Elvano.

Alvaro menatap seduh peristiwa itu, Alvaro tidak ingin munafik, dirinya iri kepada Elvano karena keseribu kalinya Revan memuji Elvano, sedangkan dirinya? Hahaha jangan terlalu berharap.

"Untuk kamu Alvaro!" Revan menjeda perkataanya dan menghembuskan nafas lelah "huh, nilai apa yang kamu dapat Alvaro! Nilai kamu sama sekali ga bisa dikasih apresiasi" ucap Revan dengan lantang.

"Emang papa pernah ngasih apresiasi keaku pa? Cih jangankan apresiasi, dukungan aja ga pernah aku dapetin dari papa!" Ucapan Alvaro membuat keduanya sontak kaget, muka Revan sudah memerah menahan amarah karena perkataan Alvaro yang mampu menggores ujung hatinya.

"Kak!" tegur Elvano yang tentu saja dianggap angin olehnya.

"Jawab lagi kamu Al! SEPERTI MANUSIA TANPA SOPAN SANTUN!" sinis Revan.

"Jika anda lupa, anda tidak pernah mengajari saya sopan santun tuan!" Ucap Alvaro dengan wajah datar, perkataannya barusan itu adalah sebuah fakta namun lucunya lagi kenapa Revan marah mendengarnya?

PLAK

"TUTUP MULUTMU ANAK SIALAN!" satu tamparan mengenai pipi kiri Alvaro, pipinya terasa panas saat ini namun hati rapuhnya juga tergores kembali karena perkataan ayahnya itu.

"KAMU ITU MEMANG HARUS DIBERI PELAJARAN ANAK PEMBAWA SIAL!" Revan berdiri lalu menarik tangan Alvaro dengan sangat kasar, bisa dipastikan tangan Alvaro akan memerah bahkan membiru karena itu.

"sttt.." desis Alvaro merasakan tangannya sakit karena tekanan tangan ayahnya yang sangat kuat.

Sedangkan, Elvano langsung mengejar kembarannya yang diseret kasar oleh ayahnya "PAH! LEPASIN KAK VARO PA!" ucap Elvano.

"JANGAN IKUT CAMPUR EL ATAU KAU TIDAK AKAN BERTEMU DENGAN KAKAKMU INI ESOK HARI!" ancam Revan, dan ingatlah satu hal. Seorang Revan Adhitama memang tidak pernah main main dengan segala ucapannya.

"Tapi pa" lirih Elvano, yang menatap nanar punggung Revan dana Alvaro yang perlahan tertutup oleh pintu gudang.

BRUK
Tubuh Alvaro dilempar ke sudut gudang dan tak sengaja kepala Alvaro terhantam besi yang ada digudang tersebut.

"Stttt... s-sakit p-pa" Lirihnya pelan.

Revan yang mendengarnya lalu menghampiri alvaro, kemudia menamparnya kembali "Ini belum seberapa sialan!"

"APAKAH KAU SUDAH MENGETAHUI LETAK KESALAHAN MU ALVARO ADHITAMA!" Revan sedikit menekan bagian marga di belakang nama Alvaro.

Alvaro terdiam seribu bahasa, dirinya hanya bisa pasrah kali ini "JAWAB SIALAN!" Teriak Revan didepan Alvaro, dengan reflek Alvaro sontak menggelengkan kepalanya.

"Apa perlu saya kasih tau satu persatu Alvaro?" tanya Revan dengan senyum misterius, kemudian dirinya mengambil sebuah benda. Benda itu adalah cambukan yang terbuat dari rotan.

"INI UNTUK KAMU YANG TELAH LAHIR ALVARO!"

CTAR
CTAR

"INI UNTUK KAMU YANG TELAH MEMBUNUH ISTRI SAYA!"

ALVARO (Revisi)Where stories live. Discover now