EMPAT PULUH EMPAT

8.7K 565 135
                                    

Hadiah update cepet karena aku mau fokus UTS dulu. Selamat membaca!

*****

Risa keluar dari minimarket di dekat rumahnya. Gadis itu tiba-tiba menginginkan es krim dan cemilan manis lainnya. Berhubung di rumahnya tidak ada, jadilah ia memutuskan untuk membelinya di minimarket terdekat.

Di perjalanan, Risa melihat ada penjual telur gulung. Seolah lapar mata, ia memutuskan untuk membeli beberapa telur gulung juga. Ada beberapa anak kecil yang menunggu telur gulung yang mereka pesan dibuatkan oleh si penjual.

"Mas, aku mau telur gulunya lima ribu, ya? Jangan pake saos."

"Oke, Neng," balas si penjual.

Risa menatap dengan berbinar telur gulung yang dibuat memutar di wajan. Sudah lama ia tidak memakan jajanan ini. Mungkin terakhir kali saat ia masih SMP.

"Itu anaknya Bu Kinan, kan? Yang hamil di luar nikah?"

Perasaan senang Risa berubah kala mendengar ucapan ibu-ibu yang berkumpul di salah satu teras rumah.

"Iya, gak nyangka banget, ya? Padahal anaknya kelihatan kalem dan gak neko-neko, sekolahnya juga pinter," timpal ibu-ibu berbaju kuning cerah.

"Kita'kan gak tau kelakuan aslinya gimana. Bisa aja dari luar kelihatannya kayak anak baik-baik, padahal aslinya nakal?" Balas ibu berbaju ungu sambil menyuapi anaknya yang masih balita.

"Ih bener, Bu! Saya pernah lihat beberapa kali dia selalu bawa cowok ke rumah!"

"Ya Allah, yang bener, Bu?"

"Iya, sampe nginep segala."

"Astaghfirullah, kelakuan anak jaman sekarang banyak yang gak bener!"

"Cowoknya yang tinggi itu bukan, Bu?"

"Iya, ituloh yang ganteng. Dilihat-lihat anak orang kaya itu!"

"Pantes aja sering diajak ke rumah sampe nginep segala, orang cowoknya ganteng, anak orang kaya, pasti rela ngasih!"

Dada Risa semakin sakit mendengar ucapan ibu-ibu yang membicarakannya. Kenapa mereka langsung menyalahkannya tanpa mencari tau dulu kebenarannya seperti apa? Kenapa terkesan dirinya yang nakal dan menyerahkan diri pada Alvan?

"Padahal ibunya capek-capek kerja di luar kota. Eh anaknya malah enak-enakan tidur sama pacar, mentang-mentang rumahnya gak ada orang."

"DIAM!" Teriak Risa.

Gadis itu tidak sanggup lagi mendengar gunjingan tetangga yang menyalahkannya. Tubuh Risa langsung bergetar karena takut. Ucapan-ucapan menyakitkan itu seolah membunuhnya. Risa tidak kuat.

Keempat ibu-ibu itu terdiam dan menatap heran Risa yang berteriak sambil menangis. Mereka malah memandang Risa seperti gadis tidak baik yang tidak memiliki sopan santun karena meneriaki mereka. Padahal Risa sudah tidak sanggup mendengar ocehan sadis itu. Apalagi posisi Risa adalah korban, tapi mereka membicarakannya seolah semua ini terjadi karena kemauan Risa sendiri.

Tanpa mengucapkan apa-apa, Risa segera pergi tanpa mengambil telur gulung yang sudah dibuatkan. Ia tidak peduli lagi. Saat ini, yang Risa inginkan adalah mengurung dirinya di kamar. Ia tidak mau bertemu siapapun. Ia takut akan disalahkan lagi.

*****

Alvan menatap punggungnya yang dibaluti perban. Selalu seperti ini. Setelah ayahnya memukulinya tanpa ampun, pria dewasa itu akan memanggilkan dokter ke rumah untuk mngobati lukanya. Kemudian, bertindak seolah tidak ada yang terjadi.

Ingin sekali Alvan mendengar ayahnya bertanya mengenai keadaannya, mengucapkan kata-kata penuh kasih sayang. Bukan menyuruhnya untuk belajar dan menuruti semua kemauan ayahnya. Alvan juga ingin merasakan cinta dari ayahnya.

I'M A VICTIM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang