DUA PULUH DELAPAN

7.1K 319 7
                                    

            Sore ini, di jam terakhir KBM, seluruh murid kelas dua belas berada di lab komputer untuk mengecek sistem komputer di sekolah mereka apakah ada masalah atau tidak. Sebelumnya, komputer-komputer di sekolah sempat mengalami masalah dan terkendala pada website sekolah.

Komputer milik Risa baik-baik saja, dan ia juga yang pertama berhasil mengerjakan soal-soal uji coba untuk mengetes apakah komputernya lancar atau tidak. Oleh karena itu, Risa diizinkan untuk pulang lebih dulu.

Baru saja gadis itu, keluar dari kelasnya tapi, tangannya lebih dulu diraih oleh seseorang membuat Risa mau tidak mau harus mengikuti langkah lebar yang membawanya ke suatu tempat.

"Lepasin! Lo mau apa?"

Risa berusaha sekuat mungkin untuk melepaskan tangan Dimas di lengannya. Laki-laki itu membawanya ke belakang gudang. Dengan keras, Dimas mendorong Risa pada pagar tembok yang permukaannya kasar. Tentu hal ini membuat gadis itu meringis kesakitan.

Belum selesai mengalami rasa sakit di punggungnya, kerah seragam Risa ditarik Dimas. Laki-laki itu menjepit Risa pada tembok, membuat gadis itu kesakitan karena permukaan tembok yang dibuat bergerigi oleh batu atau kerikil kecil. Ditambah lagi cengkraman di kerah seragam Risa begitu kuat sampai menekan lehernya.

Risa terbatuk-batuk dan terus berusaha memberontak agar terlepas. Namun, tenaganya tidak sebanding dengan Dimas sehingga laki-laki itu sama sekali tidak terganggu dengan berontakannya.

"Lo harus tanggungjawab!" Teriak Dimas murka. Laki-laki itu kini beralih menarik rambut Risa membuat gadis itu menjerit.

"Tanggungjawab buat apa?" Tanya Risa bingung. Setahunya, ia tidak membuat kesalahan apa-apa pada Dimas. Yang ada laki-laki itu membuat masalah dengan sahabatnya Leta.

"Gara-gara lo gue sama Leta putus!"

"Kok jadi salah gue? itu salah lo sendiri yang mau ngelechin Leta!"

"Ngelecehin? Gue cuma khilaf karena dia ikut-ikut parnoan kayak lo!"

Risa memejamkan matanya takut karena Dimas membentaknya tepat di depan wajahnya. Sebenarnya Risa sangat ketakutan. Tubuhnya sudah lemas dan gemetar tapi, ia tidak mau laki-laki itu semakin semena-mena padanya.

"Padahal seks di jaman sekarang tuh normal. Apalagi gue sama Leta pacaran. Lo-nya aja kolot bertameng trauma. Ngehasut Leta buat ikut-ikutan kolot kayak lo!"

"Oh, jadi tiap pacaran harus nge-seks gitu? Nanti kalo putus, seks lagi sama pacar barunya. Gitu aja terus sampe lo kena penyakit kelamin!" Teriak Risa di sela tangisnya.

"Bangsat! Di keadaan terpojok gini lo masih ngelawan?!"

Dimas menampar pipi Risa kencang hingga rasa perih dan nyeri menjalar begitu cepat. Air mata Risa terus luruh dengan deras meskipun ia sudah menahan isakannya.

Tidak hanya menampar, Dimas juga berkali-kali menghentakkan tubuh Risa pada tembok. Kemudian, dengan bringas Dimas mendorong Risa ke tanah.

Bugh!

Satu bogeman keras mendarat sempurna di pipi Dimas. Karena dirinya belum siap, laki-laki itu terhuyung hingga terjatuh ke tanah. Si pelaku menindih tubuh Dimas dan kembali memukuli laki-laki itu sampai babak belur.

Laki-laki yang memukuli Dimas terus memukuli dalam diam. Tidak ada satu katapun yang terucap. Yang ada hanya tatapan tajam menghunus dengan napas memburu karena emosi.

"Al udah!"

Risa berusaha menghentikkan Alvan yang kesetanan menghajar Dimas. Gadis itu ngeri melihat Dimas yang tidak bisa melawan dengan wajah babak belur pasrah saat Alvan menghajarnya.

I'M A VICTIM!Where stories live. Discover now