TIGA BELAS

9.8K 406 20
                                    

            Hari ini terasa lebih baik dari sebelumnya. Risa tidak perlu merasa tertekan maupun ketakutan meski hanya sehari. Gadis itu sedang berbelanja di minimarket dekat rumahnya. Membeli beberapa cemilan dan beberapa bahan makanan instan yang mudah untuk dimasak. Setelah itu, ia kembali ke rumah sambil memakan es krim yang sempat dibeli.

Langkah kaki Risa terhenti saat melihat seseorang berdiri di depan rumahnya. Es krim yang belum habis itu jatuh karena tangan Risa mendadak lemas. Mata orang itu bertemu dengan Risa. Rasanya gadis itu ingin kabur sekarang juga.

"Gak dibuka pintunya? Itu temennya dari tadi nungguin," ucap seorang pemuda secara tiba-tiba membuat Risa melonjak kaget.

"I-iya, Bang," jawab Risa. Kemudian, pemuda itu pergi.

Risa menatap Alvan takut. Ia menghampiri laki-laki itu meski sebenarnya ia tidak ingin.

"Ngapain ke sini?" Tanya Risa saat ia sudah berhadapan dengan Alvan.

"Kenapa gak sekolah lagi?"

Bibir Risa terasa kaku, bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin ia memberitahu ke mana dirinya pergi dan menceritakan tentang Indah kepada Alvan.

"Lagi gak pengen sekolah aja."

"Gak mau ketemu aku?"

IYA! Rasanya Risa ingin meneriaki kata itu di depan wajah Alvan tapi, gadis itu tidak berani. Apalagi mereka sedang berbicara di luar sekarang.

"Kamu mau ngapain ke sini?" Tanya Risa. Ia berusaha untuk tidak berlama-lama berbicara bersama Alvan.

"Mau belajar bareng kayak biasa, emang gak boleh?"

"Aku lagi gak mau belajar."

"Yaudah, main aja."

Risa jengah dengan jawaban Alvan. Kenapa laki-laki itu tidak mau pergi? Risa tidak ingin bertemu Alvan. Baru saja ia bersyukur karena mereka tidak bertemu hari ini tapi, orang itu malah datang ke rumahnya.

"Gak baik, Al, laki-laki sama perempuan berdua di rumah, apalagi di rumah aku gak ada siapa-siapa."

"Emangnya kenapa? Lagian kita udah ngelakuin itu."

Refleks Risa membekap mulut Alvan karena mendengar apa yang Alvan ucapkan barusan. Apalagi suara yang dikeluarkan Alvan juga tidak kecil. Risa takut ada orang yang mendengar.

"Jangan bahas itu!" Tegas Risa.

Alvan melepas bekapan Risa di bibirnya, "Kalo gitu biarin aku masuk."

Risa menghela napas berat. Mau tidak mau ia harus mengalah pada Alvan. Dengan tangan gemetar, gadis itu membuka kunci pintu lalu membukanya. Tanpa disuruh, Alvan langsung melenggang masuk.

Risa berdiri di depan pintu. Rasanya enggan sekali untuk masuk dan menutup pintu. Ia takut Alvan akan berbuat semena-mena terhadapnya, termasuk pada tubuhnya.

Melihat Risa yang tidak kunjung masuk, Alvan menghampiri gadis itu, menarik Risa agar masuk ke dalam lalu menutup pintu.

Alvan duduk di sofa, ia mengeluarkan beberapa makanan dan menaruhnya di meja. "Mama aku baru pulang, terus dia bawa oleh-oleh, jadi aku mau kasih kamu, tapi kamu gak sekolah, makanya aku ke sini," jelas Alvan membuat Risa sedikit lega. Setidaknya, tujuan laki-laki itu tidak untuk menyentuhnya.

"Sini, cobain dulu."

Risa menurut dan menghampiri Alvan. Ia duduk di sebelah laki-laki itu dan mencoba makanan yang dibawa Alvan.

"Enak?"

Risa mengangguk.

"Makan yang banyak, ya. Aku juga tadi bawa bekel, dimasakin sama chef pribadi aku, kalo yang ini makanan kesukaan aku, kamu coba deh."

I'M A VICTIM!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora