"Satu bulan dua Minggu," sanggah Sephia.

"Apanya?"

"Kesempatan Lo, kan dua Minggu kemarin udah Lo pake buat latihan olimpiade. Itu Udah termasuk gue itung, jadi gue harap kedepannya Lo gak bakal sia-sia in lagi waktu Lo."

"Oke!" Musa beranjak dari duduknya sambil mengedipkan mata dan menjentikan jarinya, "sampai ketemu besok."

Melihat kepergian yang mantap itu membuat Sephia menganga bukan main, jika Candra pastinya dia sudah menawarkan untuk mengantar pulang. Tapi Musa? dia pulang duluan? serius dia pulang?

****

"Pi, gue boleh minta?" Shawn yang tampak kehausan karena baru saja tes kebugaran meminta minuman botol yang sedang Sephia teguk.

Awalnya Sephia agak kaget, karena minuman yang ia pegang sudah bekas bibirnya. Tapi Shawn yang tampak tidak masalah akhirnya mengambil botol itu dan berniat langsung meneguknya, namun sebuah tangan berhasil merebutnya dan langsung meneguknya duluan. Ya, orang itu adalah Musa yang tidak tahu darimana tiba-tiba ada di lapangan, padahal kelasnya sedang ada guru.

"Gue juga haus," gumamnya saat selesai meneguk minuman itu dan barulah memberikan kepada Shawn yang tampak kecewa.

Setelah Shawn meneguknya juga ia kembalikan pada Sephia yang langsung direbut kembali oleh Musa dan sekali lagi ia meneguknya, "barangkali Lo jijik minum bekas Shawn."

Sephia mengerutkan alisnya tak paham dengan perilaku Musa, "artinya Musa gak mau Lo minum dibekas bibir Shawn, dan Sebaliknya." Joly tampak mengerti atas kerutan alis Sephia yang bertanya-tanya.

"Betul!" ucap Musa menunjuk kearah Joly.

"Sephia kan bukan pacar Lo, ngatur banget jadi orang," sindir Shawn.

"Kalo gitu, apa gue harus ngatur Lo dulu?" Musa memasukan kedua tangannya ke saku celana dengan lagak menyerang.

Shawn tidak banyak berbicara, ia lalu melengos berjalan mengarah geng nya di sisi lapangan yang lain.

Joly bertepuk tangan,"kemana aja Lo selama ini? Sephia hampir mau ditikung Kak Candra loh."

Sephia menyenggol pinggang Joly karena tak mau ada masalah baru.

"Gue tahu, mangkanya gue dateng. Ternyata baru ditinggal beberapa hari aja udah hampir kecolongan gue." Musa menatap wajah Sephia yang saat itu sedang memakai jepit rambut bunga mawar.

"Apaansih."

"Saingan baru tuh," ucap Joly menekankan pandangan pada Shawn yang jauh Disana.

Musa ikut menatap kearah pandangan Joly, lalu menatap Sephia kembali,"inget Sephia, gue gak takut siapapun dan apapun."

Tanpa sebait jawaban dari Sephia, Pria gondrong yang kini rambutnya dicat putih itu berlalu meninggalkan lapangan menuju kelasnya yang ternyata sedari tadi sedang free class.

*****

Musa membuktikan ucapannya di halte, Senin itu ketika upacara selesai. Kepala sekolah mengumumkan kabar membanggakan, bahwa sekolah mereka telah berhasil mengalahkan sekolah unggulan lain di olimpiade matematika kemarin. Musa melangkah ke depan dengan semua tatapan menatap kearahnya sambil bertepuk tangan, ia meraih piala dan juga tak lupa berfoto yang akan diabadikan oleh eskul jurnalis.

"Musa, di cat lagi rambutnya?" kepala sekolah menegur dihadapan ratusan siswa, karena sebelum ini Musa pernah juga di cat warna merah dan biru.

"Ia, bagus kan, Pak?" Musa mengangkat alisnya dengan percaya diri.

"Inikan fotonya mau ditaruh di ruang guru, nanti jadi contoh tidak baik bagi siswa lain kalo melihat ada siswa yang dicat rambutnya."

"Oh itu, gampang, Pak. Nanti Bapak kasih tulisan saja difotonya anak ini albino."

Seketika gelak tawa memecah hari yang terik itu karena jawaban Musa.

"Yasudah kembali ke tempat kamu."

Ketika upacara sudah selesai dengan bukti tampak siswa yang berhamburan menuju kelasnya masing-masing seperti ratusan burung di langit jika dilihat dari ketinggian. Sementara Musa yang tampak berlari menyusul langkah Sephia, "gue gak bohong kan."

Musa menunjukan piagamnya untuk memperkuat, "mulai sekarang gue bakal pegang tangan Lo, dan gue pastiin gak ada tangan lain."



Terimakasih sudah membaca Jsktc, dukung aku dengan voted juga komennya ya. See you next chapter

Ig: Acha.nuralbi





Musa Mahesa, yang ditakuti tanpa harus dikenal jago berantem. Ia punya caranya sendiri untuk menakuti orang, salah satunya dengan otak dan uang.

 Ia punya caranya sendiri untuk menakuti orang, salah satunya dengan otak dan uang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jika Saja Ku Tolak Cintanya [End] BAGIAN ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang