32. Pengakuan Zion

209 16 0
                                    

Hai hai!
Maaf baru update lagi, semoga gak lupa sama alurnya ya...

🌻Happy Reading 🌻

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Zion, kamu jangan stress ya dan bawa santai aja. Papa dan Mama yakin kamu pasti bisa. Besok adalah hari terakhir kamu belajar, gunakan hari itu dengan baik supaya kamu bisa melewati olimpiade dengan baik pula." Putra mengusap kepala Zion lembut, berusaha memberikan perhatian supaya Zion tidak stress.

Namun Zion merasa itu semua percuma. Dirinya masih takut, ia takut gagal. Takut mengecewakan orang tuanya. Zion menghembuskan nafas gusar. "Kalau Zion gagal, kalian jangan marah ya?" tanyanya.

"Sssttt! Kok kamu ngomong gitu sih? Kamu pasti bisa. Kamu sudah belajar dengan baik kan? Jadi jangan takut gagal." Nisa tersenyum tulus lalu memberi mangkuk berisi es krim yang sengaja dipesan untuk menenangkan Zion. "Nih, dimakan dulu es krimnya."

Zion melirik es krim vanila dengan saus caramel di atasnya tanpa selera. Bahkan makanan yang ia pesan pun tidak habis dimakan.

"Kalau kamu lolos, Papa punya hadiah untuk kamu." Seketika Zion teringat akan perkataan Abel yang juga berkata demikian. Akankah ia bisa mendapatkan hadiah dari dua orang yang ia sayanginya itu?

"Jangan murung terus dong... Mama suapin es krimnya ya?" Nisa menyendok es krim tersebut lalu membawanya ke mulut Zion. "Ayo dibuka mulutnya..."

"Aaaaa..." Putra membuka mulut supaya Zion membuka mulutnya juga. Mau tak mau Zion membuka mulutnya untuk menerima suapan itu.

"Yeyyy anak pinter!"

"Tunggu-tunggu." Putra mengambil ponselnya karena ada pesan dari seseorang. Senyumnya mengembang melihat pesan tersebut. "Nih, Zion, Papa baru aja dapet bocoran soal olimpiade geografi dua tahun lalu. Dulu anaknya temen Papa ikut olimpiade juga. Tapi sayangnya kalah. Nah kamu jangan sampe kaya gini ya? Harus menang pokoknya! Biar Papa bisa pamer ke temen Papa."

Jadi ini yang katanya makan malam untuk membuat dirinya tenang? Sumpah demi apapun Zion tidak bisa tenang sedikitpun, sedari tadi yang dibahas tentang olimpiade terus. Kapan dirinya bisa tenang kalau acara makan malamnya terus membahas hal tersebut?

"Papa kirim ke kamu ya." Zion hanya mengangguk. Diliriknya notifikasi di ponselnya, itu adalah file soal yang dikirim Papanya.

"Coba dibuka soalnya," suruh Nisa saat melihat Zion diam saja.

"Nanti aja, Ma," Zion capek. Dua kata terakhir itu hanya bisa sampai di tenggorokan. Tak mampu keluar karena dirinya masih terlalu takut untuk mengatakan.

"Loh kenapa?"

"Zion nggak fokus kalo di tempat ramai kaya gini." Itu bukan kebohongan, dirinya memang harus belajar di tempat yang sepi supaya lebih fokus.

ARKA-ABELWhere stories live. Discover now